
Ngeri di Sana-sini, Awas IHSG, Rupiah hingga SBN Berguguran!

Jebloknya Wall Street tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar Asia yang sudah ambrol dalam 2 hari terakhir. Saat Wall Street mampu mencetak rekor di awal pekan, bursa saham Asia malah jeblok kemarin, indeks Shanghai Composite China ambrol 2%, disusul Hang Seng Hong kong minus 1,66%.
Pasar saham Indonesia libur Hari Kemerdekaan kemarin, sehingga hari ini IHSG berisiko menyusul ke zona merah.
Seperti disebutkan sebelumnya, penyebaran corona delta memicu jebloknya Wall Street. Peningkatan kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam memang cukup mengerikan belakangan ini. 5 negara bagian di Amerika Serikat mencatat rekor rata-rata penambahan kasus.
Negara bagian Lousiana menjadi yang tertinggi, rata-rata penambahan kasus selama 7 hari hingga Minggu (15/8/2021) tercatat sebanyak 126 orang per 100.000 penduduk. Di urutan kedua ada negara bagian Mississipi 100 kasus per 100.000 penduduk, dan Florida 101 kasus per 100.000 penduduk.
![]() |
Di urutan ke empat ada Hawaii, dan Oregon melengkapi lima besar. Secara keseluruhan, di Amerika Serikat rata-rata kasus sebanyak 39 orang per 100.000 penduduk.
"Kita berada di pertengahan musim panas, orang-orang mulai berkumpul, mereka dalam kelompok yang besar. Vaksin telah membuat mereka merasa aman, dan mereka lupa dengan protokol kesehatan," kata dr. Perkin Halkitis, dekan di Rutgers School of Public Health, dalam wawancara bersama CNBC International.Â
Jika dilihat rata-rata kasus dalam 7 hari hingga awal pekan ini sebanyak 133.068 kasus dari total penduduk, menjadi yang tertinggi sejak 3 Februari lalu. Jika dilihat dari rata-rata pertengahan Juni lalu sekitar 12.000 kasus, artinya mengalami kenaikan sekitar 1000%.
Ngerinya lonjakan kasus tersebut membuat pelaku pasar melihat risiko pelambatan ekonomi di AS semakin meningkat, bahkan China juga sudah mengalaminya. Alhasil, pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset aman (safe haven) kali ini dolar AS menjadi pilihan.
Dolar AS juga didukung oleh situasi di kekacauan yang terjadi di Afganistan.
"Konsumen AS berhati-hati melihat lonjakan corona delta, dikombinasikan dengan pelambatan ekonomi China serta gejolak politik di Afganistan, membuat investor keluar dari aset berisiko dan beralih ke dolar AS," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto, sebagaimana dikutip CNBC International.
Indeks dolar AS pada perdagangan Selasa melesat 0,54% ke 93,132, dan berada di level penutupan tertinggi sejak 30 Maret lalu, ngeri! Rupiah pun berisiko terpuruk pada hari ini, begitu juga dengan SBN, sebab ada risiko terjadi capital outflow.
Apalagi, pelaku pasar menanti notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) edisi Juli yang akan dirilis Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar akan melihat petunjuk-petunjuk atau detail informasi untuk memprediksi kapan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan.
Ketua The Fed, Jerome Powell, yang berbicara tadi malam mengatakan masih belum diketahui apakah penyebaran virus corona berdampak atau tidak pada perekonomian.
"Masih belum jelas apakah corona delta akan memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian, kita akan melihat itu nanti," kata Powell.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari ini (2)
(pap/pap)