Newsletter

Angin Segar dari Ekonomi AS, Akankah Menular ke yang Lain?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 July 2021 06:43
Nikah di Tengah Pandemi Covid-19 (AP/Mindaugas Kulbis)
Foto: Nikah di Tengah Pandemi Covid-19 (AP/Mindaugas Kulbis)

Setelah pada kuartal I-2021 Amerika Serikat (AS) mencetak pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3%, pada kuartal kedua kemarin pertumbuhan tersebut sukses dipertahankan meski menghadapi gelombang penyebaran virus Covid-19 varian delta plus.

Dengan tumbuh 6,5% pada kuartal II-2021, negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut memang tak mampu mencapai konsensus dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,4%.

Namun, pasar tetap mengapresiasi perkembangan tersebut karena masih terhitung menguat dibandingkan kuartal sebelumnya. Apalagi, jika kita memasukkan faktor risiko yang masih besar sepanjang 3 bulan lalu berupa penyebaran virus Covid-19 varian delta.

Perkembangan tersebut juga mengonfirmasi proyeksi optimistis yang dipatok Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang 2 hari lalu telah menaikkan proyeksi pertumbuhan AS tahun ini, menjadi 7% (naik 0,6 persen poin dari proyeksi sebelumnya 6,4%).

Tahun depan, pertumbuhan ekonomi AS diprediksi kembali normal menjadi 4,9% (naik 1,4 persen poin dari angka estimasi sebelumnya). Proyeksi tersebut memasukkan faktor belanja infrastruktur, yang juga kemarin membagikan kabar baik, karena Senat telah sepakat membahas proposal infrastruktut senilai US$ 550 miliar.

Situasi demikian pun sejalan dengan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mempertahankan kebijakan uang ekstra longgar, dengan menjaga suku bunga acuan di level terendah sepanjang sejarah (0-0,25%) dan mempertahankan pembelian obligasi di pasar sekunder senilai US$ 120 miliar per bulan.

Kombinasi kabar positif tersebut terbukti mendongkrak selera trading para investor di Wall Street malam tadi, dan kemungkinan besar akan menular ke perdagangan di pasar global hari ini. Meski belum ada kepastian mengenai kapan tapering (pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder) akan dilakukan, setidaknya pasar tahu dalam jangka pendek ada alasan untuk bullish.

Namun, lagi-lagi, ada faktor pembeda yang harus diperhatikan investor di Indonesia hari ini, yakni perkembangan pandemi. Di AS, tingginya tingkat vaksinasi membuat penyebaran virus varian delta cenderung terkendali. Kondisi ini masih belum tercapai di Indonesia.

Data Kementerian kesehatan merilis 1.893 orang meninggal pada hari ini. Jumlah ini menggenapi tren kenaikan kasus kematian selama 2 pekan terakhir. Alhasil total kasus kematian selama pandemi telah menembus 90.552 orang.

Pada hari yang sama, Indonesia mencatat ada 43.479 kasus baru. Hal ini menambah total kasus Covid-19 di Indonesia sehingga mencapai 3,331 juta orang. Penambahan kasus yang masih tinggi ini membuat kasus aktif atau orang yang membutuhkan perawatan bertahan di angka yang cukup tinggi yakni 554.484 orang.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular