Newsletter

Berharap Sentimen Positif dari Pertemuan AS-China

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
27 July 2021 06:40
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia merilis capaian realisasi investasi kuartal I tahun 2021. (Tangkapan Layar Youtube BKPM)
Foto: Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia merilis capaian realisasi investasi kuartal I tahun 2021. (Tangkapan Layar Youtube BKPM)

Dengan positifnya bursa AS, pelaku pasar di Indonesia berpeluang mendapatkan suntikan energi untuk berburu saham. Apalagi, kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan pembaikan, meski masih belum keluar dari zona merah.

Kasus baru harian Covid-19 melandai di angka 28.228 per Senin (26/7/2021), sehingga total ada 3,194 juta kasus Covid-19 di Tanah Air. Kasus harian ini merupakan yang terendah dalam 3 minggu terakhir.

Kasus kematian bertambah 1.487 orang sehari menjadi 84.766 kasus, kesembuhan bertambah 40.374 menjadi 2,549 orang, dan kasus aktif turun menjadi 560.275. Kasus aktif merupakan pasien yang masih menjalani isolasi mandiri ataupun perawatan di rumah sakit hingga saat ini.

Penurunan kasus aktif ini pun membuat tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR) terutama di DKI Jakarta melandai. "Kapasitas rumah sakit seluruh Indonesia sebanyak 430 ribu. Minggu lalu yang terisi sekitar 92 ribu pasien Covid-19. Sekarang sudah turun ke 82 ribu pasien Covid-19," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin (26/7/2021).

Data yang patut dicermati adalah rilis data Penanaman Modal Asing (PMA) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Kementerian Investasi, yang akan menunjukkan tren minat investasi asing untuk memutar dananya ke sektor riil di Indonesia.

Secara makro, foreign direct investment (FDI) tersebut memang memberikan efek positif dalam jangka panjang. Namun bagi pelaku pasar, data tersebut menjadi sentimen penguat. Jika tren pemulihan minat investasi asing terus membaik pada kuartal II-2021, ada harapan bahwa pemulihan ekonomi kelak akan terjadi lebih cepat.

Dari luar negeri, ada baiknya kita memantau tensi hubungan AS dan China. Saat ini, pejabat kedua Negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut sedang bertemu di Tianjin, pinggiran Beijing untuk membahas hubungan kedua negara.

Keduanya tengah melakukan pembicaraan seputar penangkapan direktur keuangan Huawei dan sanksi terhadap perusahaan, pejabat, dan mahasiswa China. Namun, pejabat Negeri Panda tersebut telah mengatakan bahwa hubungan kedua negara berada di ujung kebuntuan dan menghadapi kesulitan yang serius.

"Secara fundamental, penyebabnya adalah beberapa orang Amerika menggambarkan China sebagai musuh dalam benaknya," tutur Menteri Luar Negeri China Xie Feng sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.

Sejauh ini, China membalas dengan mengetatkan aturan perusahaan digital mereka yang terdaftar di bursa negara Barat. Terbaru, pada Jumat pekan lalu Beijing melarang investasi asing di sektor pendidikan, serta mengetatkan aturan di perusahaan teknologi dan properti.

Jika dinamika politik kedua negara memburuk, kekhawatiran perang dagang pun berpeluang muncul kembali.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular