
Wall Street Perkasa 3 Hari Beruntun, IHSG Ngamuk atau Loyo?

Bursa saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street kembali kompak menguat untuk kali ketiga secara beruntun dalam pekan ini pada penutupan perdagangan Kamis (22/7) waktu setempat. Penguatan Wall Street dipimpin oleh saham-saham raksasa teknologi, di tengah adanya lonjakan tak terduga data klaim tunjangan pengangguran yang kembali memunculkan kekhawatiran soal kondisi ekonomi.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 25,35 poin atau 0,07 ditutup pada 34.823,35. S&P 500 naik 0,20% ke posisi 4.367,48. Sementara indeks yang sarat akan saham teknologi Nasdaq Composite memimpin pasar dengan kenaikan 0,36%, mengakhiri perdagangan di posisi 14.684,60.
Pada perdagangan Kamis, investor kembali masuk ke saham teknologi favorit seiring tumbuhnya optimisme tentang sektor menjelang laporan pendapatan pada minggu depan untuk beberapa nama besar. Saham Salesforce menguat 2,5%, sementara Amazon dan Facebook naik 1,4%. Sektor teknologi sendiri memimpin indeks sektoral Nasdaq dengan terdongkrak 0,65%, di atas sektor consumer cyclical yang bertambah 0,42%.
"Di tengah penurunan suku bunga, ekspektasi pertumbuhan dan lonjakan kasus Covid-19 yang menambah sejumlah ketidakpastian, saham teknologi terlihat seperti tempat alami yang akan diminati investor dan trader sampai kita mendapatkan lebih banyak resolusi di beberapa bidang tersebut," kata Yung-Yu Ma, kepala strategi investasi BMO Wealth Management, dilansir CNBC Internasional.
Selain saham Amazon dan Facebook, saham Microsoft juga menguat 1,6% setelah Citi menaikkan target harganya, dan memprediksi raksasa teknologi itu berpotensi mengalahkan ekspektasi Wall Street ketika melaporkan pendapatan kuartalan minggu depan.
Citi memprediksi saham Microsoft akan naik lebih dari 30% sepanjang tahun depan. Adapun saham Apple terapresiasi hampir 1% setelah Canaccord Genuity mengatakan ada "permintaan yang kuat" untuk produk Apple menjelang rilis pendapatan perusahaan pada minggu depan.
Wall Street sempat tertekan pada awal perdagangan, setelah Pemerintah AS mengumumkan sepekan lalu ada 419.000 orang yang baru saja kehilangan pekerjaan dan mengajukan klaim tunjangan. Angka itu berbalik dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang mengekspektasikan angka 350.000. Catatan tersebut juga lebih buruk dari klaim sepekan sebelumnya yang sebanyak 360.000.
Sebagaimana diketahui, penurunan/kenaikan klaim tunjangan pengangguran bisa menjadi salah satu indikator awal untuk menakar kondisi pasar tenaga kerja dan 'kesehatan' ekonomi AS.
Pelaku pasar mengamati dengan cermat indikator pasar tenaga kerja untuk petunjuk kapan Bank Sentral AS alias Federal Reserve/The Fed, yang diperkirakan akan menyelenggarakan rapat minggu depan untuk pertemuan kebijakan moneter selama dua hari, akan memulai pembahasan tentang kenaikan suku bunga utama.
"Data pengangguran hari ini tidak memiliki dampak yang berarti pada pasar atau prospek ekonomi," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York.
"Sekarang ini semua tentang berapa lama lagi The Fed akan mentolerir suku bunga rendah," imbuh Carter. The Fed tampaknya, lanjut Carter, lebih menyukai kondisi lapangan kerja penuh ketimbang soal stabilitas harga.
Adapun imbal hasil Treasury 10-tahun AS bergerak melemah ke 1,265% seiring data pekerjaan yang kurang oke.
Hingga saat ini, di tengah musim rilis laporan keuangan kuartal II, 104 perusahaan di S&P 500 tercatat sudah melaporkan data kinerja keuangan. Menurut Refinitiv, dari jumlah tersebut, kinerja 88% perusahaan mengalahkan perkiraan konsensus.
Saham produsen obat Biogen Inc naik 1,1% setelah menaikkan panduan pendapatan setahun penuh, sementara perusahaan pembuat pizza Domino's Pizza Inc melonjak 14,6% ke level tertinggi sepanjang masa menyusul laporan kuartalan yang positif.
Saham maskapai Southwest Airlines Co membukukan kerugian kuartalan yang lebih besar dari perkiraan, membuat sahamnya ambles 3,5%. Selain itu, American Airlines Group Inc merosot 1,1% bahkan setelah melaporkan laba kuartalan yang membaik.
Adapun indeks S&P 1500 Airlines menutup perdagangan dengan turun 1,7%.
Sementara itu, saham perusahaan pembuat chip semikonduktor Texas Instruments Inc anjlok 5,3% setelah perkiraan pendapatan kuartal saat ini menimbulkan kekhawatiran investor, apakah perusahaan akan dapat memenuhi lonjakan permintaan dalam menghadapi kekurangan chip semikonduktor global.
Seperti saham Texas Instruments, saham Intel Corp tergelincir lebih dari 1% setelah pembuat chip itu membukukan hasil kinerja dan menaikkan perkiraan pendapatan tahunannya. Indeks Philadelphia SE Semiconductor mengakhiri sesi turun 0,9%.
(adf/adf)

Gempa Megathrust Meledak, Tsunami Gulung Dekat Bandara Baru Yogyakarta

Pendaftaran PPPK Paruh Waktu Segera Dibuka, Cek Jadwalnya di Sini!

Baru 6 Bulan Jadi Dirut Agrinas Pangan, Ini Alasan Joao Angelo Mundur

LCS Memanas! Kejar Patroli Tetangga RI, Kapal China Saling Tabrak

Apartemen di Jakarta Dilego Gede-gedean, Harga Mulai Rp 200 Jutaan

TNI Temukan Harta Karun Emas Soekarno, Ini Lokasinya

RI Bakal Punya BBM Baru, Ini Namanya
