Newsletter

Corona RI Jadi Pusat Perhatian, Bagaimana Pasar Hari Ini?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
28 June 2021 06:06
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street bergerak positif pada pekan lalu. Secara point-to-point, Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 3,44%, S&P 500 melonjak 2,74%, dan Nasdaq Composite menguat 2,35%.

Bursa AS pulih pada pekan ini karena investor menyambut positif dari pernyataan bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell. Ia mengisyaratkan tidak ada rencana mendadak dalam kebijakan mereka.

"Fed mengindikasikan optimisme tentang inflasi," kata Chris Low dari FHN Financial dikutip dari Reuters.

"Saat ini, tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti mana yang lebih dekat dengan kebenaran." tambah Low.

Pelaku pasar di AS sebelumnya khawatir dengan sikap The Fed yang mulai hawkish, di mana The Fed mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan bisa lebih cepat dari sebelumnya pada tahun 2023 dan inflasi tahun ini bakal lebih tinggi, mencapai 3% lebih.

Sementara itu pada pekan lalu, pelaku pasar menyambut gembira sejumlah rilis data ekonomi yang positif.

US Bureau of Economic Analysis melaporkan angka pembacaan final pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2021 adalah 6,4% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), tidak berubah dibandingkan pembacaan sebelumnya.

Kemudian Kementerian Ketenagakerjaan AS merilis jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 19 Juni 2021 turun 7.000 menjadi 411.000. Angka ini di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 380.000.

Lalu Kementerian Perdagangan. AS mencatat pembelian barang modal inti (di luar pesawat terbang) pada Mei 2021 tumbuh 0,9% dibandingkan bulan sebelumnya. Pemesanan barang modal inti atau core capital goods adalah indikator yang mencerminkan ekspansi dunia usaha.

Tekanan inflasi yang dialami AS saat ini disebabkan oleh peningkatan permintaan yang belum bisa diimbangi oleh kecepatan produksi. Ekspansi dunia usaha diharapkan mampu mempersempit jarak itu sehingga tekanan harga bisa diminimalisasi.

"Produktivitas akan meningkat. Sepertinya musim panas ini bakal 'panas' untuk perekonomian AS," ujar Lydia Boussour, Lead US Economist di Oxford Economics yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Pada pekan ini, Pasar masih memantau nasib stimulus infrastruktur. Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa Gedung Putih bakal meneken kesepakatan infrastruktur dengan senator bipartisan-sebutan untuk politisi yang duduk semeja meski beda partai.

Paket stimulus senilai US$ 1 triliun itu bakal melaju ke Kongres jika kedua belah pihak menyepakati, termasuk di antaranya belanja transportasi seperti jalan, jembatan, rel kereta, infrastruktur mobil listrik senilai US$ 579 miliar.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular