Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja ekspor Indonesia diperkirakan masih mumpuni pada Mei 2021. Ini menjaga neraca perdagangan tetap surplus meski impor mulai menanjak.
Badan Pusat Statistik akan mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Mei 2021 pada 15 Juni 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh tinggi 56,145% dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy). Jika terwujud, maka akan menjadi catatan terbaik sejak Februari 2010.
Sementara impor diperkirakan tumbuh 68,18% yoy. Kalau kejadian, maka ini adalah yang tertinggi sejak Oktober 2008.
Meski pertumbuhan impor lebih tinggi ketimbang ekspor, tetapi neraca perdagangan diperkirakan tetap bisa membukukan surplus, malah cukup tinggi yaitu US$ 2,13 miliar. Kali terakhir Indonesia mengalami defisit transaksi perdagangan adalah April tahun lalu.
Surplus neraca perdagangan tercipta karena walau impor tumbuh tinggi tetapi secara nominal nilainya masih relatif rendah. Ini karena pada Mei 2020, yang digunakan sebagai basis pembanding, impor 'hanya' US$ 8,44 miliar. Ini adalah yang terendah sejak Juni 2009. Jadi walau impor tumbuh tinggi, tetapi karena basisnya rendah, secara nominal belum bisa menyalip ekspor.
Institusi | Pertumbuhan Ekspor (%yoy) | Pertumbuhan Impor (%yoy) | Neraca Perdagangan (US$ Juta) |
Bank Danamon | 64.5 | 99.6 | 353 |
CIMB Niaga | 50.2 | 60 | 2200 |
Bank Mandiri | 51.2 | 62.77 | 2071.74 |
BCA | 54.4 | 63.7 | 2300 |
Danareksa Research Institute | 57.49 | 68.96 | 2206 |
BNI Sekuritas | 76.65 | 94.96 | 2015.3 |
ING | 54.8 | 73 | 1700 |
Bank Permata | 54.51 | 63.8 | 2330 |
UOB | 75.3 | 118.9 | -145 |
Standard Chartered | 62.9 | 67.4 | 2902 |
MEDIAN | 56.145 | 68.18 | 2135.87 |
Halaman Selanjutnya --> Ekspor Moncer, Indonesia Bakal 'Lulus' dari Resesi?
Sejauh ini, data perdagangan terus membawa kabar gembira. Surplus neraca perdagagan yang terus terjadi selama lebih dari setahun terakhir menandakan pasokan devisa dari sisi perdagangan tetap memadai. Ini bisa menjadi modal untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kami memperkirakan surplus neraca perdagangan yang tinggi kemungkinan masih akan bertahan hingga semester I-2021 karena kinerja ekspor yang solid seiring penigkatan permintaan dunia dan kenaikan harga komoditas. Pada semester II-2021, impor akan mulai bisa mengejar karena peningkatan permintaan domestik baik untuk konsumsi maupun kebutuhan investasi," sebut Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri.
Selain itu, ekspor yang tumbuh tinggi membawa harapan akan masa depan ekonomi yang cerah. Kemungkinan besar Indonesia sudah bisa keluar dari 'jurang' resesi ekonomi pada kuartal II-2021. Salah satu 'juru selamat' ekonomi Tanah Air adalah ekspor yang ciamik.
"Dengan memperhatikan berbagai indikator yang membaik dan low base effect, kita harapkan ekonomi triwulan II akan tumbuh positif. Dengan catatan, vaksinasi lancar, masyarakat mematuhi protokol kesehatan, dan tumbuhkan keyakinan dunia usaha," kata Suhariyanto, Kepala BPS, beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, Indonesia tidak boleh terlena. Masih ada satu risiko besar yang menghantui perekonomian nasional yaitu pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ada tendensi bahwa penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu kembali mengganas.
Per 13 Juni 2021, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 1.911.358 orang. Bertambah 9.868 orang, tambahan harian terbanyak sejak 22 Februari 2021.
Dalam seminggu terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 7.903 orang per hari. Naik ketimbang rerata sepekan sebelumnya yaitu 5.714 orang per hari.
Kemudian selama 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif baru bertambah 6.808 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.449 orang per hari.
Kunci dari pemulihan ekonomi adalah pengendalian pandemi. Kalau pandemi tidak terkendali, apalagi kalau pada akhirnya aktivitas masyarakat terpaksa dibatasi, maka kemungkinan ekonomi bakal kembali ke 'jurang' resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA