
Masih Menunggu Data Inflasi AS, IHSG-Rupiah Kuat Nanjak Gak?

Bursa Wall Street AS ditutup beragam seiring investor menunggu berita tentang tarif pajak perusahaan minimum global, kekhawatiran soal inflasi, dan kurangnya katalis penggerak pasar pada Senin.
Indeks S&P 500 terkoreksi tipis 0,08% menjadi 4.226,52. Saham sektor material dan industri mengalami kerugian terbesar pada hari Senin, sehingga membebani pergerakan S&P 500. Dow Jones turun 126,15 poin, atau 0,36%, menjadi 34.630,24. Berbeda, indeks yang banyak berisi saham-saham teknologi, Nasdaq, menguat 0,49% ke posisi 13,881,72.
"Secara tematis, kita sudah selesai dengan [rilis] pendapatan, jadi Anda memiliki jeda di antara pendapatan ketika apa yang mendorong pasar adalah poin data ekonomi," kata Joseph Sroka, kepala investasi di NovaPoint di Atlanta kepada Reuters.
"Tidak banyak dorongan bagi investor untuk mengambil tindakan hari ini," imbuhnya.
Sroka menambahkan, sentimen yang akan dicermati pelaku pasar selama sepekan ini ialah soal laporan data inflasi AS yang akan dirilis pada Kamis. Para pelaku pasar tampaknya masih silang pendapat soal apakah inflasi bakal bersifat sementara atau berlangsung lebih lama.
Pada bulan April indeks harga konsumen (CPI) AS naik 4,2% dari tahun sebelumnya, menjadi kenaikan tercepat sejak 2008. Jika harga terus naik, hal itu dapat menyebabkan the Fed kembali memberlakukan pengetatan kebijakan moneternya.
Saham meme kembali menjadi sorotan lagi awal pekan ini. AMC melonjak 25% sepanjang hari dan akhirnya ditutup melejit 15%, sementara GameStop dan BlackBerry juga menguat sebanyak dua digit.
"Anda telah melihat demokratisasi pasar selama beberapa dekade yang didukung teknologi dan tentu saja ada kelompok investor individu yang berduyun-duyun ke ide-ide ini," kata Sroka.
"Kita melihat perdagangan spekulatif di zaman banyak outlet dan media sosial memperkuat berita yang ada," jelasnya.
Selain soal inflasi, pada Sabtu pekan lalu, negara kaya-raya yang tergabung ke dalam G7 sepakat untuk mendukung tarif pajak perusahaan global minimum setidaknya 15%. Kesepakatan soal pajak ini bertujuan untuk menyerok banyak uang dari perusahaan multinasional seperti Amazon dan Google.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan ini merupakan "komitmen yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya".
Selain itu, Anggota parlemen di Washington sedang berfokus pada upaya untuk menyusun paket pengeluaran infrastruktur. Anggota parlemen dari partai Demokrat sedang bersiap untuk memulai proses pemungutan suara untuk RUU infrastruktur pada Rabu di DPR AS.
(adf/sef/adf)