Polling CNBC Indonesia

Inflasi Meninggi, Daya Beli Rakyat Kuat Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2021 09:03
Penumpang Kereta Api Jarak Jauh di Stasiun Senen
Foto: Suasana penumpang kereta api Sawunggalih yang baru saja tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (19/5/2021). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia semakin terakselerasi. Ada dua kemungkinan, satu faktor musiman kenaikan konsumsi karena momentum Ramadan-Idul Fitri, dua memang daya beli rakyat mulai pulih.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi nasional periode Mei 2021 pada 2 Juni 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi bulan kelima tahun ini di 0,305% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Sementara laju inflasi dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy) diperkirakan sebesar 1,67%. Kemudian inflasi inti tahunan 'diramal' 1,37% yoy.

Institusi

Inflasi mtm (%)

Inflasi yoy (%)

Inti yoy (%)

Bank Mandiri

0.32

1.68

1.25

ING

-

1.7

-

Bank Danamon

0.27

1.63

1.4

CIMB Niaga

0.39

1.75

1.26

Maybank Indonesia

0.36

1.72

1.37

BNI Sekuritas

0.3

1.66

-

Bank Permata

0.31

1.67

1.28

BCA

0.29

1.65

1.49

Danareksa Research Institute

0.3

1.67

1.54

MEDIAN

0.305

1.67

1.37

Bank Indonesia (BI) melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan keempat memperkirakan inflasi pada Mei 2021 sebesar 0,28% mtm. Sedangkan inflasi tahunan dipekirakan 1,64% yoy dan inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) 0,86%.

"Penyumbang utama inflasi Mei 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas angkutan antarkota sebesar 0,09% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,06% (mtm), daging sapi dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03% (mtm), jeruk dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,02% (mtm), kelapa, kangkung, kentang, bayam, udang basah, ikan tongkol, ikan kembung dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi antara lain cabai rawit dan cabai merah masing-masing sebesar -0,05% (mtm), serta telur ayam ras sebesar -0,01% (mtm)," sebut keterangan tertulis BI.

Melihat pantauan BI, nampak bahwa pendorong inflasi adalah sektor transportasi utamanya antarkota. Ini adalah fenomena tahunan, jelang Idul Fitri adalah puncak mobilitas masyarakat karena mudik.

Meski sudah dilarang oleh pemerintah, tetapi merayakan lebaran bersama keluarga dan handai taulan di kampung halaman sulit untuk dibendung sepenuhnya. Para pemudik mengakali aturan dengan berangkat selepas larangan mudik berakhir yaitu 17 Mei 2021.

Berdasarkan catatan PT KAI, jumlah penumpang kereta api jarak jauh pada 18 Mei 2021 adalah sekitar 65.000 orang. Kemudian pada 19 Mei 2021 sekitar 59.000 orang dan 20 Mei 2021 sekitar 44.000 orang. Kala larangan mudik masih berlaku, jumlah penumpang kereta api jarak jauh di bawah 30.000 orang setiap harinya.

Oleh karena itu, mobilitas masyarakat tersebut terekam di data inflasi Mei. Sepertinya tidak hanya di data inflasi, fenomena ini juga mulai meninggalkan jejak di kasus positif virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang secara harian mulai menunjukkan tren peningkatan.

Halaman Selanjutnya --> Daya Beli Rakyat Pulih Lagi?

Di luar fenomena tahunan puasa-lebaran, ada kemungkinan kedua yaitu permintaan masyarakat mulai meningkat. Ini ditunjukkan oleh laju inflasi inti.

Pada April 2021, inflasi inti tercatat 1,18% yoy, terendah sejak BPS kali pertama merilis data inflasi inti yaitu pada 2004. Pada Mei 2021, inflasi inti diperkirakan berada di atas 1,3% yoy, yang jika terwujud akan menjadi laju tercepat sejak Februari 2021. Plus, akan menjadi peningkatan pertama sejak April tahun lalu karena sejak Mei 2020 laju inflasi inti terus melambat.

Indikator kedua adalah peningkatan impor barang konsumsi. Pada April 2021, BPS mencatat impor barang konsumsi mencapai US$ 1,63 miliar, melonjak 34,11% yoy.

Indikator ketiga adalah perkembangan penyaluran kredit. Pada April 2021, penyaluran kredit perbankan tercatat Rp 5.4777,5 triliun, turun 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit sudah tujuh bulan beruntun membukukan kontraksi atau pertumbuhan negatif.

Namun berdasarkan golongan debitur, penyaluran kredit terhadap perorangan sudah tumbuh positif 2,5% yoy. Sementara penyaluran kredit kepada korporasi masih tumbuh -5,6% yoy.

Otomatis data ini tergambar dari kredit berdasarkan jenis penggunaan. Pada April 2021, penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) kepada korporasi masih mengalami kontraksi. Sementara Kredit Konsumsi (KK) bagi rumah tangga sudah tumbuh positif.

kreditSumber: BI

Indikator keempat adalah porsi pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi atau prospensity to consume. Pada April 2021, porsi penghasilan yang dipakai untuk konsumsi atau berbelanja mencapai 75,51%. Ini adalah yang tertinggi setidaknya sejak 2012.

So, tanda-tanda bahwa permintaan masyarakat mulai pulih setelah dihantam pandemi virus corona memang sudah terlihat. Jika ke depan berbagai data di atas terus menunjukkan peningkatan, maka kita bisa percaya bahwa peningkatan permintaan ini sudah stabil dan tidak hanya akibat faktor Ramadan-Idul Fitri belaka.

Semoga...

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular