
PPKM Makan 'Tumbal', Inflasi Juli Diramal Datar

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia pada Juli 2021 diperkirakan sangat lambat, hampir flat. Sepertinya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah makan 'tumbal' yaitu kelesuan permintaan.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi Juli 2021 pada 2 Agustus 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,01% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Sementara dibandingkan Juli 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 1,45%. Kemudian inflasi inti 'diramal' 1,365% yoy.
![]() |
Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV memperkirakan inflasi Juli 2021 sebesar 0,01% mtm. Dengan demikian, inflasi sepanjang 2021 atau tahun kalender (year-to-date/ytd) menjadi 0,75% dan inflasi tahunan adalah 1,45%.
"Penyumbang utama inflasi Juli 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,04% (mtm), tomat sebesar 0,02% (mtm), bawang merah, kangkung, bayam, kacang panjang dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain daging ayam ras sebesar -0,09% (mtm), telur ayam ras sebesar -0,03% (mtm), emas perhiasan dan jeruk masing-masing sebesar -0,02% (mtm), dan tarif angkutan udara sebesar -0,01% (mtm)," demikian keterangan tertulis BI.
Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, menilai ada tiga hal yang membuat laju inflasi selow. Pertama adalah terbatasnya mobilitas masyarakat karena penerapan PPKM Darurat dan Level 4, kedua karena ekspektasi inflasi yang memang rendah, dan ketiga kenaikan harga sejumlah kebutuhan diikuti dengan penurunan di sisi lainnya.
"Harga bahan pangan akan menjadi kontributor inflasi. Secara bulanan, harga sejumlah kebutuhan pokok bergerak naik seperti daging sapi (1,54%), telur ayam ras (1,36%), bawang bombay (12,04%), bawang putih (2,69%), dan cabai merah (6,89%).
"Namun karena PPKM Darurat, mobilitas masyarakat berkurang sampai 32%. Jadi tekanan inflasi dari sektor transportasi akan terbatas, bahkan mungkin mengalami deflasi," papar Tirta dalam risetnya.
Halaman Selanjutnya --> Permintaan Memang Lesu