Polling CNBC Indonesia

PPKM Makan 'Tumbal', Inflasi Juli Diramal Datar

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 July 2021 16:05
ilustrasi Pembayaran Digital di Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia pada Juli 2021 diperkirakan sangat lambat, hampir flat. Sepertinya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah makan 'tumbal' yaitu kelesuan permintaan.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka inflasi Juli 2021 pada 2 Agustus 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,01% secara bulanan (month-to-month/mtm).

Sementara dibandingkan Juli 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 1,45%. Kemudian inflasi inti 'diramal' 1,365% yoy.

inflasi

Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan IV memperkirakan inflasi Juli 2021 sebesar 0,01% mtm. Dengan demikian, inflasi sepanjang 2021 atau tahun kalender (year-to-date/ytd) menjadi 0,75% dan inflasi tahunan adalah 1,45%.

"Penyumbang utama inflasi Juli 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas cabai rawit sebesar 0,04% (mtm), tomat sebesar 0,02% (mtm), bawang merah, kangkung, bayam, kacang panjang dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain daging ayam ras sebesar -0,09% (mtm), telur ayam ras sebesar -0,03% (mtm), emas perhiasan dan jeruk masing-masing sebesar -0,02% (mtm), dan tarif angkutan udara sebesar -0,01% (mtm)," demikian keterangan tertulis BI.

Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, menilai ada tiga hal yang membuat laju inflasi selow. Pertama adalah terbatasnya mobilitas masyarakat karena penerapan PPKM Darurat dan Level 4, kedua karena ekspektasi inflasi yang memang rendah, dan ketiga kenaikan harga sejumlah kebutuhan diikuti dengan penurunan di sisi lainnya.

"Harga bahan pangan akan menjadi kontributor inflasi. Secara bulanan, harga sejumlah kebutuhan pokok bergerak naik seperti daging sapi (1,54%), telur ayam ras (1,36%), bawang bombay (12,04%), bawang putih (2,69%), dan cabai merah (6,89%).

"Namun karena PPKM Darurat, mobilitas masyarakat berkurang sampai 32%. Jadi tekanan inflasi dari sektor transportasi akan terbatas, bahkan mungkin mengalami deflasi," papar Tirta dalam risetnya.

Halaman Selanjutnya --> Permintaan Memang Lesu

Laju inflasi yang lambat ini bisa dipandang dari dua kacamata. Pertama adalah pasokan yang memadai, dan kedua adalah permintaan yang melambat. Sepertinya yang disebut terakhir lebih mendekati realitas di lapangan.

BI sudah memberi wanti-wanti bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sepertinya akan melambat. Ini karena penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai 3 Juli lalu.

"Pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah sehubungan dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian delta Covid-19. Penurunan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga karena terbatasnya mobilitas, di tengah peningkatan stimulus bantuan sosial oleh pemerintah, dan tetap kuatnya kinerja ekspor," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juli 2021.

Tidak hanya BI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sudah memberi peringatan. Kehadiran virus corona varian delta yang lebih menular membuat sejumlah negara memberlakukan pengetatan aktivitas publik, termasuk Indonesia.

Pengetatan ini akan berdampak ke perekonomian nasional karena penurunan mobilitas masyarakat. "Ini dilema. Dari sisi kesehatan dan akan berdampak ke tren pemulihan ekonomi kita," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juli 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular