
Dear Investor Saham & Kripto, Sebelum Trading Simak Kabar Ini

Untuk jangka pendek penguatan Wall Street menjadi sentimen positif untuk pasar keuangan Asia yang bakal buka pada hari ini, Jumat (21/5/2021). Namun investor juga perlu mencermati isu lain yang kemungkinan akan menggerakkan pasar hari ini terutama mereka yang memegang aset digital cryptocurrency dalam portfolionya.
Di Amerika Serikat (AS) Departemen Keuangannya berupaya untuk memperketat aturan penggunaan aset kripto. Departemen Keuangan pada hari Kamis mengumumkan bahwa mereka mengambil langkah-langkah untuk meregulasi pasar dan transaksi cryptocurrency.
Dalam rilisnya Departemen Kueangan mengatakan setiap transfer menggunakan aset kripto senilai US$ 10.000 atau lebih perlu dilaporkan ke Internal Revenue Service.
"Cryptocurrency sudah menimbulkan masalah deteksi yang signifikan dengan memfasilitasi aktivitas ilegal secara luas termasuk penggelapan pajak," kata Departemen Keuangan dalam rilisnya sebagaimana dilaporkan oleh CNBC International.
Harga Bitcoin yang sempat crash ke bawah US$ 40.000 kini mulai menguat dan tembus level tersebut lagi. Namun jika dihitung secara bulanan aset kripto dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar ini masih kehilangan hampir 30% dari nilai awalnya.
Untuk pertama kalinya dalam 14 pekan terakhir Bitcoin ambles dari level US$ 63.000 ke US$ 40.000. Faktor yang memicunya banyak mulai dari pemangku kebijakan yang semakin berupaya untuk mengatur transaksinya hingga Elon Musk yang memilih untuk mengambil keputusan tak menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran Tesla.
Di saat harga Bitcoin tertekan, harga emas justru mengalami kenaikan. Di arena pasar spot harga emas sudah tembus ke atas US$ 1.875/troy ons. Harga emas semakin menjauhi rata-rata pergerakan harga jangka panjangnya (MA200).
Analis meyakini bahwa penurunan harga aset kripto akan menguntungkan emas. Apalagi di tengah ancaman kenaikan inflasi yang tinggi. Emas diramal bisa tembus lagi ke US$ 2.000/troy ons jika reli terus berlanjut.
Dari sisi data makro, investor juga perlu mencermati rilis data PMI manufaktur di berbagai negara mulai dari Asia seperti Jepang hingga Eropa yang dirilis hari ini. Data PMI manufaktur untuk pembacaan awal bulan Mei diperkirakan bakal lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Apabila angka riilnya lebih baik, maka hal ini akan menjadi katalis positif untuk aset-aset berisiko seperti saham.
Bagaimanapun juga pergerakan pasar tetap sangat sulit untuk diprediksi. Berbagai risiko ketidakpastian yang masih ada seputar perkembangan pademi Covid-19 global, pemulihan ekonomi dan risk sentimen yang cepat berubah-ubah membuat harga berbagai aset terutama yang berisiko seperti saham dan komoditas bergerak dengan volatilitas tajam.
Untuk itu investor harus mulai terbiasa dengan kata 'ketidakpastian' dan 'volatilitas tinggi'. Bahkan untuk perdagangan hari ini sekalipun.
(twg/sef)