
Pasar Dibuka Dua Hari Pekan Ini, Bagaimana Sentimen Hari Ini?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street bergerak bervariasi pada pekan lalu. Secara point-to-point, Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,95%, dan S&P 500 menguat 0,95%. Namun indeks Nasdaq Composite pada pekan lalu merosot 1,03%.
Saham teknologi masih menjadi pemberat indeks Nasdaq, karena aksi jual investor di saham teknologi dan membuat sahamnya kembali ambruk.
Saham Tesla.Inc pada pekan lalu ambruk 5,23% ke level US$ 672,37/saham, sementara saham Netflix Inc. merosot 1,88% ke level US$ 503,84/saham pada pekan lalu, dan NVIDIA Corp. melemah 1,31% ke level US$ 592,49/saham pada pekan lalu.
Mayoritas saham teknologi kembali dilepas oleh investor karena potensi penggunaan teknologi diperkirakan bakal berkurang drastis yang berakibat pada aksi jual saham-saham teknologi.
Hal ini karena faktor pembatasan sosial (social restriction) di AS mulai dilonggarkan, seiring dari mulai terkendalinya kasus aktif virus corona (Covid-19) di AS.
US Centers for Disease Control and Prevention melaporkan, total pasien positif corona di New York per 2 Mei 2021 adalah 2.041.268 orang. Bertambah 2.200 orang dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (hingga tanggal 5 Mei 2021), rata-rata tambahan pasien baru adalah 3.714 orang per hari. Jauh lebih sedkit ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.590 orang. Terlihat kurva kasus mulai melandai.
Dilain sisi pada akhir pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan ada 266.000 tenaga kerja baru pada April dengan angka pengangguran 6,1%.
Sementara itu, angka tenaga kerja baru sebulan sebelumnya (Maret) yang semula di angka 916.000 ternyata harus direvisi menjadi 770.000.
Kedua angka tersebut jauh lebih buruk dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan ada 1 juta slip gaji baru dengan angka pengangguran 5,8% atau membaik dari sebelumnya 6%.
Berbekal data tersebut, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi masih akan melanjutkan kebijakan moneter longgar yang sekarang diberlakukan. Pelaku pasar sebelumnya khawatir dengan risiko inflasi yang bakal terjadi.
Riset Bank of America menyebutkan bahwa data pengangguran yang positif bakal memukul saham teknologi, jika berujung pada perubahan kebijakan moneter.
"Itu angka penciptaan lapangan kerja yang buruk, dan mengundang pertanyaan akan asumsi bahwa kuartal II akan melanjutkan momentum positif yang dibangun di awal tahun," tutur Ian Lyngen, Kepala Riset BMO, dalam catatan kepada investor yang dikutip CNBC International.
Sebelumnya, pelaku pasar global pada pekan lalu menanggapi sesaat terkait pernyataan Menteri Keuangan yang menilai bahwa suku bunga acuan seharusnya dinaikkan untuk mencegah ekonomi AS kepanasan.
"Ini bukan sesuatu hal yang saya prediksikan atau rekomendasikan," tuturnya.
Bank sentral AS juga mulai menjajaki peluang tersebut seperti yang disebutkan oleh Vice Chairman The Fed, Richard Clarida kepada CNBC International, yang menyebutkan bahwa perlu ada kemajuan tambahan selain pembaikan angka tenaga kerja di AS, dan kemudian bank sentral akan mengurangi kebijakan moneter longgar.
(chd/chd)