Newsletter

Stay Strong, India!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 May 2021 06:00
Pabrik Astra Honda Motor di Sunter (Pool/AHM)
Ilustrasi Pabrik Sepeda Motor (Pool/AHM)

Sentimen kedua, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) periode April 2021. Pada bulan sebelumnya, PMI manufaktur Tanah Air tercatat 53,2, tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesia pada April 2021 berada di 54. Jika terwujud, maka tentu menjadi rekor terbaru.

Sebelumnya, IHS Markit telah merilis angka pembacaan awal (flash reading) PMI manufaktur untuk sejumlah negara. Hasilnya memuaskan, tidak sedikit yang membukukan rekor.

Sektor manufaktur adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Jadi kalau sektor ini bergairah, maka ekonomi secara keseluruhan aka terangkat. Ini tentu bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Ibu Pertiwi.

Sentimen ketiga, masih dari dalam negeri, adalah rilis data inflasi periode April 2021. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pada April 2021 terjadi inflasi 0,165% pada April 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan 1,45% dan inflasi inti tahunan 1,16%.

Dibandingkan Maret 2021, laju inflasi memang terakselerasi. Kala itu, inflasi bulanan adalah 0,08% mtm dan 1,37% yoy.

Namun perlu diingat bahwa bulan lalu bertepatan dengan Ramadan yang secara historis menjadi puncak konsumsi masyarakat. Selama periode 2010-2020, rata-rata inflasi bulanan saat Ramadan ada di 0,95%, nyaris 1%.

Sejak tahun lalu, inflasi Ramadan jauh dari rerata tersebut. Pandemi virus corona yang diatasi dengan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) membuat permintaan menyusut sehingga tekanan inflasi sangat minim.

Minimnya permintaan tercermin di inflasi inti. Pada Maret 2021, inflasi inti adalah 1,37% yoy dan sebulan kemudian diperkirakan melambat ke 1,16%.

inflasi inti adalah 'keranjang' berisi barang dan jasa yang harganya persisten, susah naik-turun. Jadi saat laju inflasi kelompok ini melambat, artinya dunia usaha berpikir ribuan kali untuk menaikkan harga karena minimnya permintaan. Bagaimanapun, ini bukan cerminan ekonomi yang sedang 'sehat'.

Kalau manufaktur adalah sektor utama penyumbang PDB dari sisi lapangan usaha, maka konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama PDB dari sisi pengeluaran. Selama konsumsi rumah tangga masih tertahan, maka pertumbuhan ekonomi mustahil bisa dipacu kencang.

"Pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi. Kita lihat memang pada triwulan I dan II meskipun terjadi vaksinasi tentu ada pembatasan mobilitas manusia. Itu yang menybabkan tingkat kenaikan konsumsi tidak setinggi yang kami perkirakan," jelas Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI).

Oleh karena itu, data inflasi bisa menjadi risiko bagi pasar hari ini. Data ini seakan menjadi penegas bahwa meski sudah ada perbaikan, tetapi perekonomian Tanah Air masih 'terpincang-pincang'.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular