Newsletter

Terjepit antara Lockdown Eropa & Arah Kebijakan The Fed AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
27 April 2021 06:31
Virus Outbreak Germany
Foto: AP/Markus Schreiber

Minim sentimen. Itulah kondisi bursa saham sepanjang April ini yang cenderung sepi transaksi, manakala BP Jamsostek-pengelola dana buruh se-Indonesia-tengah mengurangi portofolionya di bursa saham. Pelaku pasar pun akan mengalihkan perhatian ke kebijakan moneter Negeri Adidaya, sembari mengawasi perkembangan Covid-19 di Eropa.

Jelang rapat Federal Reserve (The Fed) yang akan membuahkan hasil pada Kamis nanti, pelaku pasar di Wall Street cenderung menahan diri bertransaksi. Mereka mendasarkan posisi pada rilis kinerja emiten unggulan.

indeks dolar menguat dari posisi terendahnya dalam 8 pekan terhadap euro pada Senin kemarin. Investor global mengantisipasi nada pembalikan arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut, sehingga mulai mengoleksi kembali aset berbasis mata uang Greenback. Penguatan dolar AS bahkan terjadi terhadap Swiss franc (yang dianggap sebagai aset lindung nilai/hedging).

Sepanjang bulan berjalan, dolar AS telah terkoreksi hingga nyaris 3% setelah imbal hasil (yield) US Treasury yang telah menguat tahun ini bergerak dengan range pendek. Jika pembalikan arah tersebut berjalan konsisten, maka rupiah pun berpeluang menghadapi tekanan sepanjang perdagangan menuju akhir pekan.

"Ada risiko bahwa The Fed pekan ini bakal mengirimkan sinyal berbeda mengenai nasib kebijakan tapering [aksi borong obligasi di pasar] akhir tahun ini," tutur analis pasar senior Western Union Business Solutions Joe Manimbo, sebagaimana dikutip CNBC International.

Di pasar mata uang kripto, Bitcoin kembali naik ke level US$ 50.000 atau naik 10% dan dalam jalur untuk menghentikan koreksi dalam 5 hari sebelumnya akibat rencana Presiden AS Joe Biden menaikkan pajak penghasilan (Pph) atas keuntungan transaksi bagi investor kaya.

Dari dalam negeri, kasus baru Covid-19 kembali naik dengan 5.944 kasus harian yang dibarengi dengan kenaikan kasus aktif. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, Senin (26/4/2021) hingga pukul 12:00 WIB, kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.647 juta orang.

Kasus aktif atau jumlah pasien yang harus mendapat perawatan kembali naik, dengan tambahan 178 orang. Total, kasus aktif atau orang yang membutuhkan perawatan sebanyak 100.652 orang. Jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 51.878 orang dengan jumlah suspek 68.297 orang.

Kabar baiknya, jumlah pasien yang sembuh bertambah 5.589 orang sehingga totalnya, 1,501 juta orang. Meski jumlah pasien sembuh terus meningkat, masih ada angka kematian baru akibat virus ini sebanyak 177 orang.

Namun, kasus Covid-19 di negara Eropa saat ini cenderung memburuk, dengan gelombang ketiga penyebaran. Jerman, salah satu negara yang menghadapi situasi yang mengkhawatirkan tersebut, menerapkan aturan pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown) yang lebih ketat dan bakal berlaku hingga Juni nanti.

Aturan tersebut meliputi pembatasan jumlah kunjungan di toko, pusat keramaian, dan membatasi kontak antar individu. Pada pukul 22:00 hingga 05:00, warga Jerman bakal dilarang keluar rumah kecuali untuk bekerja, berobat, dan mengajak anjing keluar.

Kebijakan baru tersebut dikhwatirkan menekan prospek ekonomi Jerman, yang saat ini menjadi yang terkuat di kawasan Euro. Ketika aktivitas masyarakat disekat-sekat, ada efek buruk berupa tersendatnya aktivitas ekonomi sehingga menunda prospek pemulihan ekonomi di Eropa, yang pada gilirannya berdampak juga ke ekonomi global.

Kombinasi beberapa kondisi fundamental perekonomian dan moneter tersebut bakal membuat gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbatas pada hari ini, ibarat terjepit di antara dua sentimen yang diperkirakan memburuk bagi prospek rupiah dan juga IHSG ke depannya.

Peluang kenaikan indeks bursa menuju level psikologis 6.000 hanya terbuka jika pemodal memutuskan beli di tengah koreksi harga (buy on weakness) dalam skala masif.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular