Newsletter

Terjepit antara Lockdown Eropa & Arah Kebijakan The Fed AS

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
27 April 2021 06:31
Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada perdagangan Senin (26/4/2021), menyusul positifnya kinerja emiten kuartal I-2021 yang bermunculan pekan ini tetapi memicu kekhawatiran seputar inflasi.

Indeks S&P 500 naik 0,2% ke 4.187,62. Nasdaq menguat 0,9% ke 14.138,78. Namun, Dow Jones Industrial Average anjlok 61,92 poin (+0,2%) ke 33.981,57`karena terseret kinerja saham emiten konsumer seperti Procter & Gamble, Walmart, dan Coca Cola.

Pelemahan saham perusahaan konsumer terjadi di tengah kenaikan harga komoditas, yang merupakan komponen biaya terbesar dalam bahan baku mereka. Harga kontrak perdagangan jagung menyentuh level tertingginya dalam 7 tahun terakhir setelah bergerak volatil, sementara tembaga naik ke titik tertingginya nyaris dalam 1 dekade.

"Inflasi menjadi topik utama di musim rilis kinerja kali ini," tutur Savita Subramanian, Kepala Perencana Saham dan Kuantitatif Bank of America, dalam laporan risetnya. "Bahan mentah, transportasi, tenaga kerja, dll disebut sebagai pendorong utama inflasi dan banyaknya rencana (atau sudah dilakukan) untuk menaikkan harga akan memicu kenaikan biaya."

Investor mengantisipasi rapat bank sentral AS pekan ini, dimulainya program Presiden AS Joe Biden "American Families Plan" rilis data inflasi dan beberapa rilis kinerja emiten unggulan di AS yang jumlahnya mencapai 30% dari konstituen indeks S&P 500.

Dengan dimulainya pembukaan ekonomi global secara bertahap, saham perusahaan seperti Boeing, Ford dan Caterpillar diharapkan mampu menekan beban. Saham Apple, Microsoft, Amazon dan Alphabet (induk usaha Google) juga akan merilis kinerjanya.

Sebanyak 25% perusahaan AS di indeks S&P 500 melaporkan kinerja kuartal I-2021, dengan 84% di antaranya melaporkan kinerja positif dengan 77% di antaranya membukukan pendapatan di atas estimasi pasar.

Angka 84% tersebut sejauh ini menjadi yang tertinggi sejak tahun 2008, ketika FactSet pertama kali melakukan penghitungan kinerja keuangan emiten. Namun demikian, beberapa kalangan menilai bursa saham telah mencetak valuasi yang tinggi sejak awal tahun.

Rencana Biden menaikkan pajak penghasilan (Pph) atas capital gain menjadi 39,6% masih membayangi pergerakan pasar saham di Amerika Serikat (AS), termasuk juga pasar mata uang kripto. Kebijakan pajak tersebut bakal membuat beban potongan pajak yang dinikmati seperlima investor individu terkaya AS terpangkas rata-rata hingga 20% lebih.

Biden akan mengumumkan detil rencana tersebut dalam rapat dengan Kongres pada Rabu. Rencana itu telah menekan bursa saham AS dan mata uang kripto pekan lalu. Tekanan terutama terlihat di pasar mata uang digital, setelah nilai pasarnya merosot US$ 200 miliar dalam sepekan atau setara dengan Rp 2.900 triliun.

Data Departemen Perdagangan menyebutkan pesanan barang modal non-militer di luar pesawat menguat hanya 0,9% bulan lalu, atau di bawah estimasi Dow Jones yang memprediksi kenaikan 2,2%.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular