Newsletter

Wall Street Tumbang? Gak Papa! Justru Kabar Baik buat IHSG

Putra, CNBC Indonesia
23 April 2021 06:49
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir hijau tipis setelah sempat jatuh ke zona merah pada perdagangan hari ini. Pada penutupan perdagangan IHSG naik tipis 0,02% ke level 5.994,18 pada perdagangan Kamis (22/4/21).

Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 8,6 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 189 miliar di pasar reguler. Tercatat 194 saham terapresiasi, 297 terkoreksi, sisanya 157 stagnan.

Senat AS baru saja meloloskan aturan Endless Frontier Act. Di mana AS siap menginvestasikan US$ 100 miliar selama lima tahun ke depan untuk penelitian teknologi dasar dan teknologi canggih ditambah US$ 10 miliar untung membangun hub teknologi antar negara.

Meskipun demikian, tensi global terutama diantara dua negara terbesar di dunia AS dan China bisa kembali memanas setelah dua partai terbesar di senat AS, Demokrat dan Republik juga setuju untuk menurunkan aturan yang akan menekan Beijing mengenai masalah hak asasi manusia dan kompetisi ekonomi.

Selanjutnya masih dari AS, pada pekan yang berakhir 16 April 2021, pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Negeri Paman Sam naik 8,6% dibandingkan pekan sebelumnya. Ini adalah kenaikan pertama dalam tujuh pekan terakhir.

"Kami memperkirakan permintaan akan tetap kuat. Lapangan kerja yang membaik mendorong peningkatan permintaan perumahan," kata Joel Kan, Associate Vice President di Mortgage Bankers Association of America, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Masih dari sektor properti, pembangunan rumah baru (housing starts) pada Maret 2021 naik 19,4% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,74 juta unit. Ini adalah yang tertinggi sejak Juni 2006.

Kemudian indeks sentimen konsumen pun naik dari 84,9 bulan lalu menjadi 86,5 pada April 2021. Ini adalah angka tertinggi sejak Maret 2020.

Nilai tukar rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (22/4/2021), setelah sempat masuk ke zona merah. Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah sebenarnya masih lemah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,17% ke Rp 14.500/US$. Setelahnya rupiah sempat melemah tipis 0,03% ke Rp 14.530/US$. Di penutupan perdagangan, rupiah kembali menguat 0,07% ke Rp 14.515/US$.

Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan kemarin.

Sikap investor kembali beragam, di mana pada SBN acuan bertenor 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan pelemahan harga dan kenaikan imbal hasilnya (yield). Sedangkan sisanya ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan penguatan harga dan penurunan yield.

Yield SBN bertenor 5 tahun dengan kode FR0081 naik tipis 0,3 basis poin (bp) ke level 5,552%. Sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun dengan seri FR0088 naik tipis 0,1 bp ke level 6,446%.Sementara untuk SBN dengan tenor 30 tahun berkode FR0089 cenderung stagnan di level 7,018%, dan sisanya mengalami penurunan yield.

Bursa saham acuan global Wall Street kembali tumbang pada penutupan perdagangan dini hari tadi setelah kabar yang beredar bahwa Presiden Biden akan menaikkan pajak keuntungan saham secara besar-besaran.

Indeks acuan Dow Jones tumbang 0,94%, S&P 500 yang sempat mendekati level tertinggi sepanjang masanya juga terpaksa ambruk 0,92%, sedangkan indeks Nasdaq terjungkal 0,94%.

Presiden Biden dikabarkan mempertimbangkan untuk menaikan pajak keuntungan investasi hingga hampir dua kali lipat ke angka 39,6% di segmen masyarakat berpendapatan besar untuk membiayai subsidi anak dan pendidikan dalam rencana American Family Plan milik Biden.

Hal ini sontak menyebabkan para investor kabur dari pasar modal dan menyebabkan indeks acuan runtuh meskipun kabar rilis laporan keuangan berberapa emiten tergolong baik.

Laporan keuangan yang baik ini dilupakan oleh para investor apalagi mengingat bahwa pembukaan ekonomi global masih belum dekat mengingat India baru saja melaporkan kenaikan kasus corona tertingginya Kamis lalu.

Meskipun demikian, tren kasus Covid-19 di AS menurun seiring dengan Presiden Joe Biden yang mengkonfirmasi bahwa Paman Sam sudah memvaksinasi lebih dari 200 juta warga negaranya.

Baiknya rilis data ekonomi terutama di sektor lapangan kerja juga merefleksikan kesuksesan vaksinasi massal Paman Sam yang tentunya mempercepat pemulihan ekonomi negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut.

Di minggu terakhir 17 April 2021 tercatat 547 ribu masyarakat AS mengajukan bantuan pengangguran, turun 30 ribu dari minggu lalu di angka 586 ribu, dimana angka ini lebih baik daripada estimasi ekonomi sebesar 610 ribu.

Ambruknya bursa saham acuan globa Wall Street tentu saja membawa hawa negatif ke perdagangan Benua Kuning terutama di Indonesia pagi ini. Akan tetapi sejatinya alasan ambruknya bursa Wall Street menguntungkan negara-negara emerging market seperti Indonesia.

Presiden Biden yang dikabarkan mempertimbangkan untuk menaikkan pajak keuntungan investasi hingga hampir dua kali lipat ke angka 39,6% ini tentu saja bisa dimanfaatkan oleh investor asing untuk mengalihkan investasinya dari AS ke negara-negara berkembang.

Hal ini tentu saja menyebabkan adanya kemungkinan muncul capital inflow ke bursa saham emerging market seperti Indonesia. Ini tentu saja menjadi kabar gembira bagi para investor lokal karena akhir-akhir ini pasar modal lokal sedang lesu setelah dana asing terus-terusan keluar.

Selain itu kabar positif bagi bursa lokal juga datang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memastikan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) di tahun ini diberikan secara utuh. Anggaran telah disiapkan sebesar Rp 30,6 triliun, termasuk PNS Pemerintah Daerah sebesar Rp 14,8 triliun.

"Total (anggaran THR) mencapai Rp 30,6 triliun," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (22/4/2021).

Saat ini Kemenkeu sedang menyusun Peraturan Pemerintahnya untuk segera ditandatangani Presiden Joko Widodo. Lewat pemberian THR secara penuh diharapkan ada efek yang signifikan terhadap roda perekonomian.

Bahkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menambahkan, pencairan THR lebih cepat dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu pada H-10. Bahkan bisa dimungkinkan cair pada akhir April ini.

Cairnya THR ini tentu saja merupakan kabar baik bagi roda perekonomian RI yang sempat mengalami masalah daya beli yang ditunjukkan oleh inflasi di tahun 2021 yang masih tergolong rendah dan tidak setinggi yang diprediksikan konsensus.

Dari segi rilis data ekonomi, investor masih akan memantau rilis data penjualan rumah baru di Amerika Serikat dimana konsensus memprediksikan akan ada 885 ribu penjualan naik jauh dibandingkan bulan Februari silam di angka 775 ribu.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Inflasi Jepang Periode Maret 2021 (06:30 WIB)
  • PMI Perancis Periode April 2021 (14:15 WIB)
  • PMI Jerman Periode April 2021 (14:30 WIB)
  • PMI Uni Eropa Periode April 2021 (15:00 WIB)
  • PMI Britania Raya Periode April 2021 (15:30 WIB)
  • PMI Amerika Serikat Periode April 2021 (20:45 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/sef) Next Article Ampun Bang Jago! PPKM Diperpanjang, IHSG Mau ke Mana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular