Newsletter

Bitcoin Crash, Coronials Mau Balik ke Bursa Lokal Nggak Ya ?

Putra, CNBC Indonesia
19 April 2021 08:25
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (tangkapan Layar Youtube Jasa Keuangan)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Kenaikan IHSG di pekan ini tidak lepas dari bursa saham AS (Wall Street) yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Pergerakan kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya akan tetap mempengaruhi pergerakan IHSG.

Salah satu pemicu penguatan Wall Street yakni yield obligasi (Treasury) AS yang mengalami penurunan. Yield Treasury tenor 10 tahun sepanjang pekan lalu turun 9,3 basis poin ke 1,573% yang merupakan level terendah dalam 1 bulan terakhir.

Penurunan yield Treasury tersebut selain menguntungkan IHSG, juga akan memberikan dampak positif ke SBN. Sebab, selisih yield akan semakin melebar dan SBN akan menjadi lebih menarik bagi para investor.

Ketika aliran modal masuk ke pasar obligasi, begitu juga pasar saham, nilai tukar rupiah akan menjadi bertenaga.

Selain itu, rupiah seharusnya bisa menghentikan rekor buruk tidak pernah menguat dalam 9 pekan beruntun pada pekan depan, sebab indeks dolar AS sedang dalam tren melemah.

Sepanjang pekan lalu indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut turun 0,66% ke 91,556 yang merupakan level terendah dalam 1 bulan terakhir. di pekan sebelumnya indeks dolar AS juga anjlok 0,92%. Artinya dalam 2 pekan mengalami penurunan lebih dari 1,5%.

Baik Treasury maupun indeks dolar AS tertekan setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, pada Rabu lalu yang menyebutkan perekonomian AS memang sudah membaik, dan inflasi juga akan terus naik. Tetapi hal tersebut masih belum cukup bagi The Fed untuk menaikkan mengubah kebijakan moneternya, yang masih akan dipertahankan hingga krisis berakhir.

Sementara itu dari dalam negeri, perhatian tertuju pada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada hari Selasa (20/4/2021). BI kemungkinan besar belum akan merubah kebijakan moneternya, tetapi pelaku pasar akan melihat bagaimana pandangan BI terkait pemulihan ekonomi Indonesia, apalagi setelah IMF menurunkan proyeksinya di tahun ini.

Pandangan BI terkait nilai tukar rupiah yang sudah 9 pekan melemah juga bisa menggerakkan Mata Uang Garuda.

Selain itu pasar mata uang kripto yang baru saja tumbang pada akhir pekan ini berpotensi menyebabkan dana investor ritel yang sempat kabur ke Bitcoin Cs kembali ke pasar modal lokal. Sebelumnya pada Januari 2021 silam ketika investor ritel corona ramai bertransaksi di bursa, per harinya transaksi IHSG bisa mencapai Rp 20 triliun disokong oleh saham-saham sahabat ritel seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan lain-lain.

Setelah saham ANTM dan saham-saham farmasi lain tiba-tiba ambruk, investor ritel mulai melarikan dananya ke aset kripto yang saat itu sedang reli naik, dampaknya transaksi IHSG turun hingga dibawah Rp 10 triliun per hari.

Melansir data Refintiv, harga bitcoin mencapai rekor tertinggi US$ 64.899,97/BCT pada Rabu (14/4/2021) lalu. Setelahnya, malah berbalik merosot hingga pagi tadi menyentuh level US$ 5.1431,1/BTC. Artinya, sejak menyentuh rekor tertinggi hingga ke level terendah pagi ini, harga bitcoin anjlok 20,75%.

Tidak hanya bitcoin, mata uang kripto lainnya juga bernasib sama. Ethereum yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar kedua setelah bitcoin, Jumat lalu menyentuh rekor tertinggi US$ 2.551,85/ETH, tetapi pagi tadi merosot ke US$ 1.954,75/ETH. Secara persentase ambrol 23%.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular