Newsletter

Investor Tak Takut Covid-19 Lagi, IHSG Meroket Nih?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 April 2021 06:12
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Bursa saham AS (Wall Street) melesat pada pekan lalu dan membukukan rekor tertinggi sepanjang masa. Ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang akan lebih cepat dari prediksi, serta bank sentral AS (The Fed) yang menegaskan tidak akan merubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat membuat Wall Street terus menanjak.

Indeks Dow Jones selama pekan lalu mampu melesat nyaris 2%, sementara S&P 500 lebih tinggi lagi, 2,7%. Indeks Nasdaq memimpin setelah meroket 3,1%.

Khusus pada hari Jumat (9/4/2021) indeks Dow Jones melesat 0,9% ke 33.800,60, yang merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Indeks S&P 500 juga menguat 0,77% ke Rp 4.128,8, yang juga menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.

Sementara itu indeks Nasdaq meski memimpin penguatan tetapi masih belum mencetak rekor tertinggi baru.

Tanda-tanda pemulihan ekonomi AS terus bermunculan. Data terbaru yang dirilis pekan lalu menunjukkan indeks harga produsen (producer price index/PPI) meroket 4,2% pada bulan Maret. Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 9 tahun terakhir. Selain itu, kenaikan PPI mengindikasikan roda bisnis mulai semakin menggeliat, dan para wirausahawan mulai meningkatkan aktivitasnya.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik juga diprediksi oleh The Fed. Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Maret yang dirilis pekan lalu menunjukkan The Fed menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 6,5% dari prediksi sebelumnya 4,2%.

Besarnya revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti dengan pembaharuan panduan kebijakan yang akan diambil, sehingga menimbulkan tanda-tanya di pasar.
Selain itu, The Fed juga memproyeksikan tingkat pengangguran di akhir tahun nanti sebesar 4,5% dan inflasi berada di 2,2%.

Yang menarik, meski proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi cukup besar, tetapi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Suku bunga 0,25% masih akan dipertahankan hingga tahun 2023, sementara program pembelian aset (quantitative easing/QE, senilai US$ 120 miliar belum akan dikurangi nilainya alias tapering.

Artinya, dengan pemulihan ekonomi AS diprediksi lebih cepat dari prediksi, serta The Fed yang tidak akan merubah kebijakan moneternya tentunya memberikan efek ganda ke pasar finansial.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular