Newsletter

Semoga Hilal Kebangkitan Ekonomi Makin Keliatan Ya

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 April 2021 06:02
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Wall Street memang tidak kompak karena hanya dua indeks yang menguat. Namun sejatinya proyeksi IMF membuat risk appetite juga semakin membaik. Harga minyak pun terangkat. 

Minyak merupakan salah satu komoditas energi yang menjadi indikator kondisi perekonomian. Pergerakan harga minyak ke atas menjadi katalis positif untuk harga saham. Topik yang sedang disorot oleh investor dan para pelaku pasar memang pemulihan ekonomi. 

Untuk itu investor juga perlu mencermati rilis data perekonomian global. Hari ini setidaknya ada beberapa negara yang bakal merilis data ekonominya. Pertama adalah Jepang yang bakal merilis data transaksi berjalan dan indeks keyakinan konsumen.

Selain Jepang, bergeser ke Barat ada Prancis yang bakal merilis data perdagangannya dan Jerman yang bakal merilis data ekonomi di sektor manufaktur. 

Sementara itu dari dalam negeri sentimen juga datang dari rilis data ekonomi berupa penjualan ritel. Trading Economics memperkirakan penjualan ritel bulan Februari masih akan tertekan tetapi akan lebih baik dari bulan Januari yang minus 16% sendiri. 

Selain soal rilis data ekonomi, investor juga perlu mencermati perkembangan vaksinasi di Eropa yang sempat tersendat.

Setelah menuai kontroversi karena menyebabkan orang meninggal akibat pembekuan darah, Italia dan Inggris memutuskan untuk menetapkan batasan umur dan masih akan merekomendasikan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca.

Masih dari Inggris, Negeri Ratu Elizabeth tersebut juga memulai vaksinasi menggunakan produk buatan Moderna. Program tersebut dimulai di Wales. 

Di luar itu semua pasar juga harus mewaspadai akan adanya kenaikan dolar AS. Reuters mengadakan polling terhadap ahli strategi valuta asing (valas), dari 56 yang disurvei sebanyak 48 orang atau 85% memperkirakan dolar AS masih akan kuat setidaknya 1 bulan lagi.

Dari 48 orang tersebut, sebanyak 11 orang memprediksi penguatan dolar AS akan berlangsung dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, sementara 16 orang mengatakan akan berlangsung lebih dari 6 bulan lagi.

Rupiah memang layak waspada, sebab survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 58% ahli strategi valas memprediksi mata uang emerging market akan tertekan melawan dolar AS dalam tiga bulan ke depan.

Kenaikan dolar AS bisa dibilang mengkhawatirkan karena bisa memicu terjadinya outflow. Apalagi Indonesia termasuk negara yang rentan akibat aliran keluar modal asing.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular