Newsletter

No One Ever Said It Would Be This Hard...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 March 2021 06:00
Virus Outbreak Germany
Foto: AP/Klaus-Dietmar Gabbert

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mengalami koreksi pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah.

Kemarin, IHSG ditutup di 6.156,14 atau terpangkas 1,54% dibandingkan hari sebelumnya. IHSG senasib dengan indeks saham Asia lainnya, yang juga terkoreksi lumayan dalam. Di Hong Kong dan Tokyo, koreksinya lebih dari 2%.

Sementara rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.420/US$ atau melemah 0,21%. Sepanjang bulan ini, rupiah sudah melemah 1,19% secara point-to-point.

Sepertinya investor khawatir dengan perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), terutama di Eropa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 24 Maret 2021 adalah 43.099.204 orang. Bertambah 207.424 orang dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 215.930 orang per hari. Lebih tinggi dibandingkan rerata sepekan sebelumnya yaitu 192.688 orang per hari.

Perkembangan ini membuat sejumlah negara kembali memberlakukan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Jerman memperpanjang lockdown hingga 18 April 2021 sehingga masyarakat Negeri Panser terpaksa merayakan musim libur Hari Paskah #dirumaaja.

"Ide penutupan aktivitas masyarakat saat Hari Paskah disusun untuk tujuan yang baik. Kita sangat perlu untuk menghentikan gelombang serangan ketiga (third wave outbreak). Ini adalah tanggung jawab saya seorang, saya memohon maaf kepada seluruh rakyat Jerman," kata Angela Merkel, Kanselir Jerman, sebagaimana diwartakan Reuters.

Prancis juga menerapkan lockdown di tujuh daerah, termasuk ibu kota Prancis, selama sebulan. Jam malam pun diberlakukan yaitu pukul 19:00.

Pemerintah Belanda juga memperpanjang lockdown hingga 20 April 2021. Warga Negeri Kincir Angin dianjurkan untuk tidak bepergian ke luar negeri sampai 15 Mei 2021. Jam malam juga diberlakukan yaitu pukul 22:00.

"Angka pasien positif corona yang membutuhkan perawatan intensif meningkat. Gelombang serangan ketiga mulai terlihat nyata, itu yang membuat kebijakan ini (lockdown) diperpanjang. Kita harus menghadapi ini bersama-sama," kata Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda, seperti dikutip Reuters.

Dinamika ini membuat pelaku pasar mencemaskan prospek pemulihan ekonomi dunia. Ada kemungkinan laju pertumbuhan ekonomi tidak akan secepat perkiraan sebelumnya jika lockdown masih saja terjadi.

Halaman Selanjutnya --> Lockdown Eropa Bikin Wall Street Cemas

Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun tipis 0,09%, S&P 500 berkurang 0,55%, dan Nasdaq Composite ambrol 2,01%.

"Mood di pasar sedang rapuh. Optimisme yang membuat pasar saham reli selama 2-3 pekan mereda seiring gelombangan serangan ketiga d Eropa dan lockdown," kata Michael Hewson, Chief Market Analyst di CMC Markets, seperti dikutip dari Reuters.

Memang sempat ada sentimen positif yaitu aktivitas bisnis di Eropa yang secara mengejutkan diperkirakan naik. Pembacaan awal (flash reading) terhadap aktivitas bisnis yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) di Zona Euro untuk periode Maret 2021 adalah 52,5. Naik dibandingkan Februari yang sebesar 48,8 sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak 2018.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

Namun, ekspansi manufaktur ini dinilai tidak akan bertahan lama. Lockdown kemungkinan besar akan membawa PMI Zona Euro kembali ke zona kontraksi (di bawah 50).

"Pada Maret, PMI Zona Euro akhirnya berada di atas 50, pertama dalam enam bulan terakhir. Namun dengan berbagai kebijakan pengetatan, perbaikan ini tidak akan berkelanjutan," tegas Jessica Hinds, Ekonom Capital Economics, sebagaimana diberitakan Reuters.

Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen kembali melakukan Rapat Kerja dengan Kongres, kali ini di Komite Perbankan Senat. Dalam rapat itu, Powell menegaskan bahwa prospek ekonomi AS akan cerah.

"Akan sangat-sangat kuat pada tahun ini. Kemungkinan besar seperti itu," tegas Powell menjawab pertanyaan tentang prospek ekonomi Negeri Paman Sam.

Namun pasar tidak mudah percaya dengan pernyataan Powell. Sebab ada tendensi data ekonomi AS yang tadinya ciamik mulai berubah menjadi tumpul.

Misalnya, pemesanan barang tahan lama (durable goods) pada Februari 2021 turun 1,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini adalah penurunan pertama setelah pertumbuhan selama sembilan bulan beruntun.

Kemudian permohonan pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada pekan yang berakhir 19 Maret 2021 turun 2,5% dibandingkan pekan sebelumnya. Pengajuan KPR sudah turun selama tiga minggu berturut-turut.

Sementara penjualan rumah baru pada Februari 2021 turun 18,2% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 775.000 unit. Ini adalah penjualan terendah dalam sembilan bulan terakhir.

"Kita tahu bahwa ekonomi katanya mulai terakselerasi pada kuartal II. Namun kita belum melihat akselerasi itu, kita masih menunggu," tegas David Kelly, Chief Global Strategist di JP Morgan Asset Management, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang bisa mempengaruhi pasar. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang menggembirakan. Koreksi di New York dikhawatirkan menular ke Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua, investor juga harus mencermati perkembangan pandemi virus corona, utamanya di Eropa. Sepertinya prospek ekonomi Benua Biru tidak akan secerah perkiraan sebelumnya.

Phillip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (ECB), mengungkapkan bahwa ekonomi Eropa tahun ini diperkirakan tumbuh 4%. Ini sudah memasukkan faktor lockdown.

Namun Lane memperingatkan bahwa kuartal II-2021 sepertinya bakal lumayan berat. "Sekarang kita akan segera masuk ke kuartal II, yang sepertinya akan terasa lama," ujarnya kepada CNBC International.

Well, pada awal tahun banyak yang menyatakan bahwa 2021 akan menjadi tahun kebangkitan, tahun yang gilang-gemilang. Namun ternyata situasinya seperti ini. Pandemi yang katanya mulai bisa terkendali karena vaksinasi ternyata masih menghantui.

Kalau kata Coldplay di lagu The Scientist: nobody said it was easy, no one ever said it would be this hard...

Sentimen ketiga, semoga bisa menjadi kabar baik, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS kembali bergerak turun. Pada pukul 04:15 WIB, yield untuk tenor 10 tahun berada di 1,6137%, turun 2,4 basis poin (bps).

Akhir-akhir ini, kenaikan yield US Treasury Bonds menjadi momok bagi pasar keuangan global. Kenaikan yield surat utang pemerintah Presiden Joseph 'Joe' Biden membuat instrumen lain menjadi tidak menarik.

Akhir pekan lalu, yield US Treasury Bonds sempat berada di atas 1,7%. Tidak jauh dari dividend yield indeks S&P 500 yang berada di kisaran 1,9%. Artinya, instrumen aman seperti obligasi memberi imbalan yang bersaing dengan aset berisiko.

Namun dengan data ekonomi AS yang akhir-akhir ini kurang greget, mungkin ekspektasi inflasi menjadi mereda. Sepertinya permintaan di Negeri Adidaya masih belum pulih betul, sehingga belum kuat untuk mendorong laju inflasi.

Meredanya ekspektasi inflasi kemudian tercermin dengan penurunan yield obligasi. Semoga penurunan yield obligasi pemerintah AS memberi semangat bagi investor untuk kembali memburu aset-aset berisiko di negara berkembang. Namun dengan suramnya prospek ekonomi dunia akibat lockdown di Eropa, entah apakah ini bisa terjadi.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data perkembangan uang beredar Indonesia periode Februari 2021 (10:00 WIB).
  2. Rilis data pembacaan awal Indeks Keyakinan Konsumen Jerman periode April 2021 (14:00 WIB).
  3. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (15:00 WIB).
  4. Rilis data pembacaan final pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal IV-2020 (19:30 WIB).
  5. Rilis data klaim tunjangan pengangguran AS periode pekan yang berakhir 20 Maret 2021 (19:30 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Untuk mendapatkan informasi seputar data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular