Newsletter

No One Ever Said It Would Be This Hard...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 March 2021 06:00
Virus Outbreak Britain
Foto: AP/Matt Dunham

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang bisa mempengaruhi pasar. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang menggembirakan. Koreksi di New York dikhawatirkan menular ke Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua, investor juga harus mencermati perkembangan pandemi virus corona, utamanya di Eropa. Sepertinya prospek ekonomi Benua Biru tidak akan secerah perkiraan sebelumnya.

Phillip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (ECB), mengungkapkan bahwa ekonomi Eropa tahun ini diperkirakan tumbuh 4%. Ini sudah memasukkan faktor lockdown.

Namun Lane memperingatkan bahwa kuartal II-2021 sepertinya bakal lumayan berat. "Sekarang kita akan segera masuk ke kuartal II, yang sepertinya akan terasa lama," ujarnya kepada CNBC International.

Well, pada awal tahun banyak yang menyatakan bahwa 2021 akan menjadi tahun kebangkitan, tahun yang gilang-gemilang. Namun ternyata situasinya seperti ini. Pandemi yang katanya mulai bisa terkendali karena vaksinasi ternyata masih menghantui.

Kalau kata Coldplay di lagu The Scientist: nobody said it was easy, no one ever said it would be this hard...

Sentimen ketiga, semoga bisa menjadi kabar baik, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS kembali bergerak turun. Pada pukul 04:15 WIB, yield untuk tenor 10 tahun berada di 1,6137%, turun 2,4 basis poin (bps).

Akhir-akhir ini, kenaikan yield US Treasury Bonds menjadi momok bagi pasar keuangan global. Kenaikan yield surat utang pemerintah Presiden Joseph 'Joe' Biden membuat instrumen lain menjadi tidak menarik.

Akhir pekan lalu, yield US Treasury Bonds sempat berada di atas 1,7%. Tidak jauh dari dividend yield indeks S&P 500 yang berada di kisaran 1,9%. Artinya, instrumen aman seperti obligasi memberi imbalan yang bersaing dengan aset berisiko.

Namun dengan data ekonomi AS yang akhir-akhir ini kurang greget, mungkin ekspektasi inflasi menjadi mereda. Sepertinya permintaan di Negeri Adidaya masih belum pulih betul, sehingga belum kuat untuk mendorong laju inflasi.

Meredanya ekspektasi inflasi kemudian tercermin dengan penurunan yield obligasi. Semoga penurunan yield obligasi pemerintah AS memberi semangat bagi investor untuk kembali memburu aset-aset berisiko di negara berkembang. Namun dengan suramnya prospek ekonomi dunia akibat lockdown di Eropa, entah apakah ini bisa terjadi.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular