YNWA! Rupiah Memang Lemah, Tapi Tak Sendiri di Jalur Merah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 March 2021 10:13
mata uang Rupiah bank indonesia bi
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun merah di perdagangan pasar spot.

Pada Rabu (24/3/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.455. Rupiah melemah 0,23% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Mata uang Tanah Air pun lesu di pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.430 di mana rupiah melemah 0,28%.

Rupiah tidak berjalan sendirian di jalur merah. Hampir seluruh mata uang utama Asia pun melemah di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya yen Jepang yang mampu terapresiasi.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:01 WIB:

Dolar AS masih saja kuat menanjak. Pada pukul 09:11 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%.

Dalam sebulan terakhir, Dollar Index sudah naik 2,61%. Sejak akhir 2020 (year-to-date), indeks ni melesat 2,69%.

Investor kembali berburu dolar AS, yang berstatus sebagai aset aman (safe haven), merespons pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali mengkhawatirkan. Di Eropa, lonjakan kasus corona memaksa sejumlah negara menerapkan karantina wilayah alias lockdown.

"Padahal di AS situasinya semakin membaik dengan vaksinasi yang semakin masif, stimulus fiskal, dan pembukaan kembali aktivitas ekonomi (reopening). Lockdown di Eropa menggerus kepercayaan bahwa ekonomi global akan pulih dengan merata," sebut riset Westpac.

Kekhawatiran semakin menebal kala US National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) menyatakan ragu dengan hasil uji klinis interim vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford. Ditengarai hasil uji itu menggunakan data dan informasi yang sudah lama, basi, outdated.

Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford punya tingkat kemanjuran 79% untuk membentuk antibodi melawan virus corona. Namun NIAID meragukan angka itu.

"Kami khawatir AstraZeneca memasukkan informasi lama yang menyebabkan hasil yang tidak komprehensif dalam menentukan tingkat efikasi. Kami mendesak perusahaan untuk bekerja sama dengan Data Safety Monitoring Board (DSMB) untuk mengkaji ulang data efikasi dan memastikan data itu lebih akurat dan terkini sehingga bisa dipublikasikan secepat mungkin," sebut keterangan tertulis NIAID.

Vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford memang sedang menghadapi tantangan. Setidaknya selusin negara Eropa menangguhkan penggunaan vaksin ini karena kekhawatiran efek samping seperti pembekuan darah (blood clotting).

Padahal vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford adalah salah satu andalan, senjata untuk melawan virus corona. Namun kalau ternyata senjata itu bermasalah, maka akan membuat perang melawan pandemi menjadi sulit dimenangkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular