
Akhirnya, Aksi "Powell Rangers" Bakal Selamatkan Pasar

Konfirmasi yang dinanti-nanti dalam 3 hari terakhir itu akhirnya muncul juga. Bank sentral Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa kebijakan moneter longgar-yang memungkinkan suku bunga rendah dan aksi gelontor likuiditas di pasar-bakal tersebut berlanjut.
Ini memberikan kelegaan tersendiri bagi pelaku pasar global, terutama di AS, karena memungkinkan mereka untuk terus mendapatkan limpahan dana di pasar, yang pada gilirannya bakal terciprat ke pasar negara berkembang (termasuk Indonesia).
Koreksi rupiah, obligasi, dan saham yang terjadi dalam 3 hari kemarin pun kemungkinan besar akan terhenti pada hari ini. Pasar akan kelebihan likuiditas, dan investor global akan "terposisikan" untuk betah menempatkan dananya di aset portofolio emerging market.
Maklum, dana tunai yang berlebih memang membutuhkan tempat untuk menampung dan mengembangkannya. Namun, ada harga yang harus dibayar dari uang beredar yang berlebihan di pasar, yakni inflasi.
Dalam pidatonya, The Fed mengakui bahwa inflasi tahun ini bisa menyentuh angka 2,2%, di atas rerata patokan yang biasa mereka pakai untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas (overheated).
Namun, secara bersamaan The Fed menegaskan akan tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya tersebut demi pasar tenaga kerja dan ekonomi yang membaik.
"Kami memang berharap bahwa akan ada kemajuan lebih cepat di pasar tenaga kerja dan inflasi setelah sekian tahun, berkat kemajuan vaksin, dan karena dukungan fiskal yang kita dapatkan," tutur Ketua The Fed Jerome Powell sebagaimana dikutip CNBC International.
Artinya, inflasi boleh saja tinggi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun (yang jadi acuan pasar) boleh naik mendekati angka 2%, suku bunga nyaris nol persen akan dipertahankan.
Dus, dalam jangka menengah, pasar global masih akan aman dari risiko taper tantum (capital outflow masif dari pasar negara berkembang ketika The Fed mengurangi atau menghentikan pembelian obligasi di pasar).
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan menggelar konferensi pers seteah Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret 2021. Hasilnya, suku bunga acuan bulan ini kemungkinan akan ditahan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan dipertahankan di level 3,5%. Dua belas ekonom/analis dalam pembentukan konsensus memperkirakan tidak ada perubahan. Sepakat bulat, aklamasi, tidak ada dissenting opinion.
Dengan kondisi afirmatif akan outlook pemulihan dan kebijakan moneter longgar, maka tak ada alasan bagi pasar saham untuk kembali terkoreksi hari ini. Apalagi, harga komoditas juga naik seperti minyak sawit mentah (+1%), batu bara (+1,7%), timah (+2,2%), dan nikel (+0,5%).
(ags/ags)