Newsletter

Akhirnya, Aksi "Powell Rangers" Bakal Selamatkan Pasar

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 March 2021 06:23
Wall Street
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menutup perdagangan Rabu (17/3/2021) dengan lonjakan fantastis. Pemicunya adalah konfirmasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal mempertahankan kebijakan dovish untuk menjaga likuiditas pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average melesat 189,42 poin (+0,6%) ke 33.015,37 atau menjadi rekor tertinggi baru, dan pertama kali dalam sejarah indeks acuan berisi 30 saham unggulan AS ini meyentuh level psikologis 33.000.

Sementara itu, indeks S&P 500 lolos dari zona koreksi dengan ditutup menguat 11,4 poin (+0,29%) ke 3.974,12 dan Nasdaq ditutup menguat 53,63 poin (+0,4%) ke 13.525,2 setelah sempat ambruk hingga 1% di awal perdagangan.

Koreksi Nasdaq pada pagi (waktu setempat) terjadi setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali naik ke 1,689%. Itu merupakan level tertinggi sejak Januari 2020. Kenaikan imbal hasil telah mengganggu kinerja saham teknologi.

Namun, situasi berbalik setelah pada siang harinya, bos The Fed Jerome Powell menggelar konferensi pers mengumumkan bahwa suku bunga acuan (Fed Funds Rate) dipertahankan di evel nyaris nol persen.

Usai pengumuman tersebut, yield obligasi pemerintah AS pun langsung surut ke level 1,64%. Yield dan harga bergerak berlawanan arah, sehingga penurunan yield mengindikasikan bahwa harga sedang menguat alias diburu pemodal.

Bonus sentimen positif muncul dari mulut Powell setelah dia menyampaikan proyeksi ekonomi yang lebih positif dari sebelumnya, mengimplikasikan efek pemulihan ekonomi yang nyata, dan menargetkan angka pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 6,5%.

"Ia terdengar sebagai skenario yang sempurna bagi investor dan outlook ke depan, dan anda tengah melihat respons pasar terhadap pandangan yang sangat optimistis ini," tutur Michael Arone, Kepala Perencana Investasi State Street Global Advisors kepada CNBC International.

Kebijakan moneter, lanjut dia, kini terkonfirmasi akan masih tetap akomodatif tak peduli imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar, inflasi dan harga aset akan bergerak seperti apa.

Dari sisi inflasi, The Fed memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) tersebut pada tahun ini diprediksi bisa menyentuh angka 2,2%, meski dalam jangka panjang The Fed memperkirakan rerata inflasi masih akan berada di level 2%.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular