
Menunggu Sinyal Positif Pemulihan Ekonomi dari "Pasar Baru"

Hari ini sinyal geliat industri manufaktur nasional berpeluang muncul, dari rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) soal neraca perdagangan. Namun, rupiah berpeluang tertolong karena surplus perdagangan diprediksi masih tercetak, sehingga menambah devisa hasil ekspor nasional.
Lembaga yang berkantor di Jalan Sutomo, Pasar Baru, tersebut akan mengumumkan kinerja ekspor Indonesia per Februari 2021 siang nanti. Secara historis, sebelum pandemi, Indonesia merupakan negara yang berlangganan mencetak defisit neraca perdagangan sejak booming ekspor komoditas terhenti.
Tanpa lonjakan nilai ekspor dari komoditas, angka impor pun tak memiliki penyeimbang dan defisit tak terbendung. Pasalnya, struktur manufaktur nasional masih bergantung pada barang modal dan bahan baku impor, dengan kontribusi mencapai 90% dari total impor nasional.
Oleh karena itu, kenaikan impor secara ironis justru membagikan sentimen positif bagi pelaku pasar karena menandakan bahwa aktivitas manufaktur kembali bergeliat, di mana pabrik-pabrik menambah impor stok barang modal ataupun bahan baku untuk mendukung produksi mereka.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 ekonom/analis memperkirakan ekspor tumbuh 6,75% secara tahunan (year-on-year/YoY), sementara impor lompat 11,85%. Meski demikian, neraca perdagangan diproyeksi tetap positif US$ 2,145 miliar.
Hasil polling Revinitif dari 12 ekonom/analis juga cenderung sama, dengan perkiraan lonjakan impor sebesar 12,6% sementara ekspor menguat 8,73%. Dus, Februari diprediksi masih menjadi bulan surplus perdagangan, dengan nilai US$ 2,2 miliar.
Hal ini bakal memicu optimisme pelaku pasar, baik domestik maupun asing, untuk kembali mengambil posisi beli di aset saham. Bayang-bayang kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang selama ini secara psikologis ikut menekan IHSG memang masih ada. Namun, pasar akan mengambil jeda sebagaimana terlihat dari reli kontrak berjangka bursa AS pagi ini (WIB).
Dari luar negeri, pelaku pasar juga bakal memantau angka kenaikan kasus Covid-19 di Eropa yang cenderung menguat kembali. Jerman melaporkan munculnya gelombang ketiga penyebaran virus corona tersebut.
Italia, Polandia dan Hungaria juga melaporkan lonjakan kasus Covid-19 sementara Ceko dan Slovakia mencetak angka kematian tertinggi di dunia. Untuk mengatasi situasi tersebut, Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengumumkan pembatasan kegiatan masyarakat di akhir pekan.
Beberapa negara Eropa saat ini menghadapi kendala vaksinasi setelah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca, di antaranya Irlandia, Denmark, Norwegia, dan Islandia. Total sudah ada sembila negara di dunia yang menghentikan penggunan vaksin besutan perusahaan AS tersebut.
Di AS, vaksinasi terus menunjukkan lajunya dengan 27% warga dewasa mereka telah mendapat suntikan dosis pertama, yang melibatkan 107 juta tabung vaksin. Angka infeksi pun anjlok secara mingguan, hingga 11% pada Sabtu kemarin ke kisaran 50.000/hari.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pekan lalu menyatakan akan memantau dan meneliti persoalan vaksin tersebut, dan berjanji akan mengumumkan jika ada perubahan rekomendasi kepada publik segera.
(ags/ags)