Polling CNBC Indonesia

Neraca Dagang Diramal Surplus Lagi, Senang atau Sedih Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2021 15:13
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/2/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2021 diperkirakan masih membukukan surplus. Ekspor tumbuh tinggi sementara impor masih terkontraksi (tumbuh negatif)

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Januari 2021 pada 15 Februri 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 14,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara ekpsor diperkirakan tumbuh -2,4% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mencatat surplus US$ 1,78 miliar.

Institusi

Pertumbuhan Ekspor (%YoY)

Pertumbuhan Impor (%YoY)

Neraca Perdagangan (US$ Juta)

Bank Danamon

12.79

0.17

1082

ING

5.3

-2.4

422

Bank Mandiri

16.73

-0.06

1651.12

CIMB Niaga

10

-15.9

3000

Citi

16.8

-4.2

2.25

Mirae Asset

24

6

1780

BNI Sekuritas

17.23

-2.28

2050

BCA

14.49

-3.8

1880

Maybank Indonesia

13.68

-5.04

1947

MEDIAN

14.49

-2.4

1780

Dibandingkan Desember 2020, ekspor tumbuh sedikit melambat karena itu terjadi pertumbuhan 14,63%. Sedangkan impor Januari 2021 terkontraksi lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya yang -0,47%. Surplus neraca perdagangan juga menipis dari US$ 2,1 miliar menjadi US$ 1,78 miliar.

Harga komoditas andalan ekspor Indonesia masih naik. Misalnya batu bara, sepanjang Januari 2020 harga si batu hitam naik nyaris 3%.

Selain harga, permintaan pun melonjak. Bulan lalu, impor batu bara China dari Indonesia mencapai 15,92 juta ton, melonjak 186,85% YoY. Sementara ekspor batu bara Indonesia ke India pada Januari 2021 adalah 5,7 juta ton, melesat 102,85% YoY.

Halaman Selanjutnya --> Permintaan Lesu, Impor Juga Begitu

Sedangkan perlambatan impor sepertinya lebih disebabkan oleh permintaan domestik yang masih terbatas. Ini terlihat dari laju inflasi yang woles.

Pada Januari 2021, Badap Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi sebesar 0,26% month-to-month/MtM dan 1,55% year-on-yar/YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,45% MtM dan 1,68% YoY.

"Kalau kita lihat, memasuki 2021 ini dampak Covid-19 (Coronavirus Disease-2019) belum reda dan masih membayangi perekonomian berbaga negara, termasuk Indonesia. Mobilitas berkurang, roda ekonomi terhambat, dan berpengaruh ke permintaan," kata Suhariyanto, Kepala BPS, dalam jumpa pers pengumuman data inflasi periode Januari 2021.

Kelompok yang menggambarkan daya beli adalah inflasi inti. Inflasi inti adalah 'keranjang' yang berisi harga barang dan jasa yang susah naik-turun. Persisten, bandel. Jadi saat inflasi inti terus melambat, maka artinya harga barang dan jasa yang bandel saja sampai turun. Ini menandakan permintaan sangat lemah sehingga dunia usaha terpaksa menurunkan harga.

"Inflasi inti mengalami perlambatan yang menandakan permintaan domestik masih lemah. Dari sisi suplai mungkin terjaga, tetapi permintaan melemah karena pandemi Covid-19 masih membayangi perekonomian kita," tambah Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Jadi walau lagi-lagi neraca perdagangan mencatat surplus, bukan berarti semua baik-baik saja. Surplus ini malah semakin mempertegas bahwa ekonomi Tanah Air masih 'berdarah-darah' akibat dampak pandemi Covid-19.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Neraca Dagang Diramal Surplus Tinggi, Tanda RI Sedang Resesi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular