Polling CNBC Indonesia

Resesi! Ekonomi RI 2020 Diramal -2,1%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 February 2021 12:35
Indonesia Resesi
Foto: AP/Dita Alangkara

Indonesia pernah merasakan dampak buruk krisis keuangan global 2008-2009. Indonesia juga kerepotan kala Amerika Serikat (AS) dan China terlibat perang dagang yang merusak rantai pasok global.

Namun dua fenomena besar itu tidak sampai membuat ekonomi Indonesia menciut. PDB Ibu Petiwi masih tumbuh meski lajunya melambat.

Tentu butuh sesuatu yang luar biasa untuk membuat ekonomi Indonesia sampai minus. Sesuatu yang lebih dahsyat dari krisis sub-prime mortgage atau US-Sino Trade War.

Ya, krisis kali ini memang luar biasa. Asal-muasalnya bukan dari sektor keuangan, sikap rakus berburu cuan yang menjadi senjata makan tuan, tetapi dari makhluk tidak kasat mata bernama virus corona.

Pada awal 2020, mulai terdengar samar-samar bahwa ada virus yang mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Kebetulan virus itu mewabah berdekatan dengan musim perayaan Tahun Baru Imlek, puncak mobilitas rakyat Negeri Tirai Bambu. Miliaran perjalanan terjadi, baik di dalam maupun ke luar negeri, termasuk yang dilakukan oleh warga Wuhan.

Mimpi buruk itu pun dimulai. Dari Wuhan, virus corona 'sukses' menyebar ke seluruh penjuru bumi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan penyebaran virus corona sebagai pandemi global.

WHO mencatat, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 2 Februari 2021 adalah 102.942.987 orang. Virus corona telah menyebar di lebih dari 200 negara dan teritori.

Untuk menekan risiko penyebaran virus corona, berbagai negara di dunia mengedepankan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Warga diminta sebisa mungkin #dirumahaja, jangan bepergian kecuali untuk urusan mendesak. Berbagai tempat dan aktivitas yang bisa menimbulkan kerumunan diatur ketat, termasuk perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan, restoran, lokasi wisata, rumah ibadah, bandara, stasiun, terminal, dan sebagainya.

Dari sinilah pandemi yang merupakan fenomena kesehatan dan kemanusiaan berubah menjadi krisis sosial-ekonomi. Saat orang-orang #dirumahaja, praktis roda ekonomi tidak berputar. Pabrik dan perkantoran kekurangan pegawai sehingga produksi di bawah kapasitas, sementara konsumen yang 'terpenjara' tidak bisa makan di restoran, ngopi-ngopi cantik, pelesiran ke tempat-tempat instagramable, karaoke, dan lain-lain. Ini membuat ekonomi terpukul dari dua sisi sekaligus, supply dan demand.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular