Kapan Ekonomi Bisa Normal Lagi? Kira-kira 2 Tahun Lah...
Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil survei yang dirilis Reuters baru-baru ini menunjukkan bahwa output perekonomian diproyeksikan tumbuh positif tahun ini. Namun kembali melonjakkan kasus infeksi Covid-19 masih menjadi ancaman bagi prospek pemulihan.
Dalam survei yang dilakukan terhadap 500 ekonom di 40 negara tersebut, pertumbuhan ekonomi global diramal tembus angka 5,3% setelah diperkirakan mengalami kontraksi 3,9% pada 2020. Angka ini tidak jauh berbeda dengan poling sebelumnya yang dilakukan di bulan Oktober.
Sementara itu untuk periode 2021, produk domestik bruto (PDB) dunia direvisi naik menjadi 4% dari sebelumnya 3,5%. Konsensus yang dihimpun Reuters ini lebih rendah dari proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang meramal ekonomi tumbuh 5,5% pada 2021 dan 4,1% di tahun depan.
Berbeda dengan konsensus Reuters, IMF merevisi naik pertumbuhan ekonomi global di tahun 2021 sementara tidak memberikan perubahan terhadap outlook untuk 2022.
Prospek pertumbuhan yang lebih positif akibat adanya program vaksinasi masal yang mulai dilakukan serta kebijakan yang masih akomodatif. Memasuki awal tahun, mulai banyak negara-negara terutama di kawasan Eropa yang menggenjot program vaksinasi.
Optimisme akan meningkat, kalangan pelaku usaha bersiap untuk ekspansi sementara kelompok rumah tangga bisa lebih pede untuk berbelanja. Volume perdagangan diramal naik 8% tahun ini.
Pertumbuhan volume perdagangan ditopang oleh perdagangan barang. Sementara untuk jasa masih relatif lebih rendah.
Untuk inflasi di negara-negara maju diperkirakan masih akan lebih rendah dari target bank sentralnya yang dipatok di 1,5%. Inflasi di negara-negara berkembang juga diperkirakan hanya 4% saja di bawah rata-rata historisnya untuk tahun 2021-2022.
Menurut IMF geliat ekonomi baru benar terasa pada paruh kedua tahun 2021 seiring dengan kapasitas manufaktur vaksin Covid-19 yang meningkat dan ketersediaannya, meski mendistribusikan vaksin secara efektif bukanlah pekerjaan yang mudah.
Masih terkait survei Reuters, sebagian besar ekonom melihat bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di banyak negara dan memicu terjadinya lockdown jilid ke sekian masih menjadi ancaman yang serius bagi perekonomian.
Dalam survei tersebut mayoritas ekonom sepakat bahwa output perekonomian global akan kembali ke level sebelum pandemi dalam kurun waktu dua tahun atau bahkan kurang.
Optimisme tersebut tak terlepas dari adanya kebijakan makroekonomi yang akomodatif dengan bank sentral yang longgar dan kebijakan fiskal ekspansif.