Kapan Ekonomi Bisa Normal Lagi? Kira-kira 2 Tahun Lah...

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 January 2021 10:54
Virus Outbreak Britain
Foto: AP/Matt Dunham

Jakarta, CNBC Indonesia - Hasil survei yang dirilis Reuters baru-baru ini menunjukkan bahwa output perekonomian diproyeksikan tumbuh positif tahun ini. Namun kembali melonjakkan kasus infeksi Covid-19 masih menjadi ancaman bagi prospek pemulihan.

Dalam survei yang dilakukan terhadap 500 ekonom di 40 negara tersebut, pertumbuhan ekonomi global diramal tembus angka 5,3% setelah diperkirakan mengalami kontraksi 3,9% pada 2020. Angka ini tidak jauh berbeda dengan poling sebelumnya yang dilakukan di bulan Oktober.

Sementara itu untuk periode 2021, produk domestik bruto (PDB) dunia direvisi naik menjadi 4% dari sebelumnya 3,5%. Konsensus yang dihimpun Reuters ini lebih rendah dari proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang meramal ekonomi tumbuh 5,5% pada 2021 dan 4,1% di tahun depan.

Berbeda dengan konsensus Reuters, IMF merevisi naik pertumbuhan ekonomi global di tahun 2021 sementara tidak memberikan perubahan terhadap outlook untuk 2022.

Prospek pertumbuhan yang lebih positif akibat adanya program vaksinasi masal yang mulai dilakukan serta kebijakan yang masih akomodatif. Memasuki awal tahun, mulai banyak negara-negara terutama di kawasan Eropa yang menggenjot program vaksinasi.

Optimisme akan meningkat, kalangan pelaku usaha bersiap untuk ekspansi sementara kelompok rumah tangga bisa lebih pede untuk berbelanja. Volume perdagangan diramal naik 8% tahun ini.

Pertumbuhan volume perdagangan ditopang oleh perdagangan barang. Sementara untuk jasa masih relatif lebih rendah.

Untuk inflasi di negara-negara maju diperkirakan masih akan lebih rendah dari target bank sentralnya yang dipatok di 1,5%. Inflasi di negara-negara berkembang juga diperkirakan hanya 4% saja di bawah rata-rata historisnya untuk tahun 2021-2022.

Menurut IMF geliat ekonomi baru benar terasa pada paruh kedua tahun 2021 seiring dengan kapasitas manufaktur vaksin Covid-19 yang meningkat dan ketersediaannya, meski mendistribusikan vaksin secara efektif bukanlah pekerjaan yang mudah.

Masih terkait survei Reuters, sebagian besar ekonom melihat bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di banyak negara dan memicu terjadinya lockdown jilid ke sekian masih menjadi ancaman yang serius bagi perekonomian.

Dalam survei tersebut mayoritas ekonom sepakat bahwa output perekonomian global akan kembali ke level sebelum pandemi dalam kurun waktu dua tahun atau bahkan kurang.

Optimisme tersebut tak terlepas dari adanya kebijakan makroekonomi yang akomodatif dengan bank sentral yang longgar dan kebijakan fiskal ekspansif. 

Meskipun ramalan untuk perekonomian global positif akan tetapi pertumbuhannya tidak akan seragam satu sama lain. 

Untuk kasus negara maju, pertumbuhan PDB diramal berada di angka 4,3% naik 0,4 poin persentase dibanding proyeksi Oktober 2020. Untuk periode yang sama pertumbuhan ekonomi negara berkembang direvisi naik 0,3 poin persentase menjadi 6,3%.

Pertumbuhan ekonomi AS diramal mencapai 5,1% tahun 2021 atau direvisi naik 2 poin persentase oleh IMF. Adanya kebijakan stumlus fiskal mencapai US$ 1,9 triliun di bawah pemerintahan Joe Biden dan kebijakan moneter ultra-longgar The Fed menjadi motor penggerak perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi China diramal tembus 8,1% tahun ini oleh IMF. Konsensus Reuters bahkan lebih optimistis lagi karena memperkirakan PDB China bisa tumbuh di angka 8,4%.

China dan AS merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia. Geliat pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut tentu menjadi katalis positif bagi perekonomian domestik. Namun sayang, lagi-lago lonjakan kasus Covid-19 membuat prospek pemulihan menjadi penuh ketidakpastian.

Kasus Covid-19 di RI terus merebak dan kini total infeksi kumulatifnya sudah tembus angka 1 juta orang. Pembatasan aktivitas sosial juga masih diperketat melalui PPKM di wilayah Jawa dan Bali.

Tentu saja adanya pembatasan ini menjadi salah satu penahan momentum pemulihan di kuartal pertama tahun 2021. Namun jika dibandingkan dengan kuartal keempat tahun lalu pertumbuhan di kuartal keempat masih tetap membaik meski moderat.

Perbaikan pertumbuhan ini dipicu oleh beberapa hal menurut riset OCE Mandiri, pertama adalah kebijakan stimulus fiskal yang bersifat front loading terutama untuk vaksinasi dan bantuan sosial. Kedua adalah ekspor yang naik di tengah peningkatan permintaan eksternal dan kenaikan harga komoditas.

Lebih lanjut OCE Mandiri menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai puncaknya pada kuartal kedua tahun 2021 karena adanya fenomena low based effect. Maklum pada kuartal kedua tahun 2020, PDB Indonesia menyusut lebih dari 5% ketika awal-awal PSBB diterapkan.

Kemudian pertumbuhan ekonomi akan mulai mengalami fase normalisasi pada kuartal ketiga dan keempat tahun 2021. Secara umum pertumbuhan ekonomi akan lebih baik di paruh kedua tahun ini seiring dengan peningkatan konsumsi dan investasi yang didorong oleh optimisme vaksinasi dan transmisi kebijakan moneter yang longgar.

Kendati diprediksi bakal tumbuh positif tahun ini, laju pertumbuhannya tetap masih di bawah rata-rata lima tahun sejak 2014-2019 yang berada di angka 5% per tahun. Ini menunjukkan dampak pandemi yang begitu besar bagi perekonomian dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular