
Daud & Goliat Duel! Wall Street Kebakaran, IHSG Gimana ?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Rabu (27/1/21) terkoreksi 0,50% ke level 6.109,16. Meskipun terkoreksi parah, sejatinya IHSG berhasil memangkas koreksi karena pagi kemarin sempat anjlok ke bawah level 6.000 atau terkoreksi hingga 2,30%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp109 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 19,5triliun.Tercatat 141 saham apresiasi, 357 terkoreksi, 136 stagnan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menerima suntikan vaksin Covid-19 untuk dosis kedua di Istana Kepresidenan, kemarin. Berdasarkan pemantauan CNBC Indonesia melalui live streaming Youtube Sekretariat Presiden, Jokowi yang terlihat mengenakan jaket merah sudah berdiskusi dengan petugas tim vaksinasi.
Setelah berkonsultasi dan melakukan klarifikasi data kesehatan terakhir, Jokowi kemudian bergeser untuk melakukan vaksinasi dosis kedua. Vaksinator Jokowi adalah Wakil Ketua Dokter Kepresidenan, Abdul Muthalib, yang juga vaksinator Jokowi saat melakukan vaksinasi dosis pertama, pada dua pekan sebelumnya.
Selanjutnya, optimisme mengemuka setelah IMF mendongkrak proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menyusul dimulainya vaksinasi di banyak negara. Lembaga yang di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,5% pada 2021, merefleksikan kenaikan sebesar 0,3 poin persen jika dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang dipatok pada Oktober.
"Kebanyakan sekarang bergantung pada hasil balapan antara virus yang bermutasi dan vaksin untuk mengakhiri pandemi, dan pada kemampuan kebijakan untuk menyediakan dukungan efektif hingga itu terjadi," tutur Ketua IMF Gita Gopinath dalam blog-nya.
Namun terhadap Indonesia, IMF lebih pesimistis. Lembaga yang dipimpin oleh Kristalina Georgieva itu memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun lalu tumbuh -1,5% dalam WEO Oktober 2020. Di WEO Januari 2021, angkanya direvisi ke bawah menjadi -1,9%.
Untuk 2021, IMF memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,8%. Ini dikoreksi cukup dalam dibandingkan WEO Oktober 2020 yang sebesar 6,1%.
Selanjutnya, nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (27/1/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambrol pagi tadi membuat rupiah masuk ke zona merah, sebelum perlahan berhasil bangkit.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.040/US$, setelahnya sempat melemah 0,18% ke Rp 14.065/US$. Sebelum tengah hari, rupiah berbalik menguat tipis 0,04% ke Rp 14.035/US$ dan bertahan hingga penutupan perdagangan.
Sementara itu, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Rabu (27/1/21) mayoritas ditutup melemah. Imbal hasil SBN seri FR0082 berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan acuanyieldobligasi negara naik 1,1 bps ke level 6,33% hari ini.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup anjlok pada perdagangan Rabu (27/1/2021), di tengah kenaikan kecemasan pelaku pasar atas kasus corona global yang sudah menyentuh angka 100 juta kasus positif.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 2,05%, S&P 500 melemah 2,57%, sementara Nasdaq ambles 2,61%.
Indeks Volatilitas Cboe, atau yang dikenal sebagai indeks kecemasan pelaku pasar, tercatat melompat di atas 27 dan ditutup di level tertingginya 37, menjadi yang tertinggi sejak 30 Oktoner.
Muncul spekulasi bahwa merahnya Wall Street terjadi setelah saham-saham unggulan terpaksa dilego oleh investor raksasa dan hedge fund untuk menutupi posisi jual kosong (short sell) mereka di saham-saham lain yang tiba-tiba melesat.
Melesatnya saham-saham ini terjadi setelah investor ritel dari forum "r/wallstreetbets" melakukan pembelian terhadap saham-saham yang banyak di jual kosong dan mengajak 'perang' investor raksasa seperti hedge funds.
Saham-saham yang banyak di jual kosong yang melesat kencang diantaranya termasuk Gamestop, AMC Entertainment, Blackberry, Nokia, dan lain sebagainya yang merupakan perusahaan yang sudah kehilangan tajinya sehingga investor raksasa bertaruh perseroan akan kolaps dalam waktu dekat.
"Ini permainan yang berbahaya dimainkan oleh kedua pemain yang membeli maupun yang menjual," ujar Mathhew Keator, managing partner dari Keator Group.
Pemberat indeks Dow sendiri datang dari saham Boeing yang anjlok 3,97% yang merugi 6,5 miliar dolar AS setelah terserang pandemi virus corona dan permasalahan keamanan pesawat Boeint 737 Max.
Ambruknya Wall Street di zona merah dengan koreksi yang cukup parah tentu saja bisa menjadi sentimen negatif tersendiri bagi Bursa Asia. Depresiasi bursa Paman Sam bisa menyebrang benua dan menjadi penyebar ketakutan di pasar dimana bisa saja menyebabkan indeks acuan kalah sebelum bertanding.
Di AS sendiri, sesuai dengan ekspektasi pasar dimana The Fed ternyata tidak akan meningkatkan suku bunga dan tetap akan melakukan pembelian obligasi dalam jumlah besar untuk menginjeksi likuiditas ke pasar sehingga ketakutan pasar akan adanya taper tantrum tidak berdasar karena posisi yang dilakukan The Fed masih posisi kebijakan moneter longgar.
Komite pasar terbuka The Fed menjaga suku bunga tetap berada di level 0% hingga 0,25% dan menjaga pembelian obligasi berada di posisi US$ 120 miliar per bulan.
Bank Sentral AS tersebut memberi signa; bahwa jalur ekonomi AS akan bergantung terhadap kasus corona, salah satunya bagaimana progres dari vaksinasi, di mana The Fed mengatakan krisis kesehatan publik ini menganggu aktivitas ekonomi,
Gubernur The Fed sendiri mengatakan bahwa Bank Sentral AS ini akan mengambil langkah Wait and See terhadap potensi terjadinya inflasi setelah pandemi corona meskipun menurutnya hal ini masih akan lama.
"Ekonomi masih akan berada jauh di bawah target tingkat pengangguran dan inflasi dan masih akan lama sampai progress yang substansial akan tercapai" ujar Jay Powell.
Powell juga mengatakan saham-saham yang melesat dalam beberapa periode terakhir bukan diakibatkan oleh kebijakan moneter yang dilakukan akan tetapi lebih terhadap kebijakan fiskal dan ekspektasi terhadap vaksin.
Dari dalam negeri, baru-bari ini kasus corona menembus angka 1 juta kasus. Bahkan pasca menembus 1 juta kasus pada kemarin lusa, kasus Covid-19 di Indonesia terlihat belum juga terkendali. Hal ini tercermin pada kasus baru yang bertambah hampir 12 ribu orang dan jumlah kematian yang mencetak rekor baru kemarin.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pasien Covid-19 bertambah 11.948 orang pada Selasa (26/1/2020) pukul 12.00 WIB hingga Rabu (27/1/2020) pukul 12.00 WIB. Jumlah ini membuat total kasus menembus 1.024.298 orang.
Sementara itu, pasien sembuh bertambah 10.974 orang dalam sehari sehingga totalnya menjadi 831.330 orang. Adapun kasus kematian bertambah 387 orang sehingga totalnya menjadi 28.855 orang. Jumlah ini merupakan rekor untuk kasus kematian harian dan memecahkan rekor yang tercipta sehari sebelumnya.
Tingginya angka penularan di masyarakat menjadi salah satu sebab masih banyaknya kasus baru setiap harinya. Bahkan Satgas Penanganan Covid-19 sendiri mencatat secara positivity rate, sejak pekan keempat Desember terus mengalami kenaikan dari semula di bawah 20% menjadi 27% pada pekan kedua Desember. Padahal WHO menentukan standar bahwa seharusnya positivity rate bisa ditekan di bawah 5%.
Selain tingginya penularan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan 3T (testing, tracing, dan treatment) yang dilakukan masih belum optimal. Dari sisi testing dan tracing masih salah sasaran, karena testing adalah mereka yang mau bepergian bukan orang yang menjadi suspect atau orang yang memiliki riwayat tinggal di wilayah yang melaporkan transmisi lokal atau kontak dengan pasien terkonfirmasi Covid-19 dalam 14 hari terakhir.
Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Indeks Keyakinan Konsumen Korea Selatan Periode Januari 2021 (04:00 WIB)
- Indeks Keyakinan Bisnis Australia periode Desember 2020 (07:30 WIB).
- Inflasi Australia periode Desember 2020 (07:30 WIB).
- Indeks Keyakinan Konsumen Jerman periode Februari 2021 (14:00 WIB).
- Indeks Keyakinan Konsumen Perancis periode Januari 2021 (14:45 WIB).
- Pemesanan Barang Tahan Lama Amerika Serikat periode Desember 2020 (20:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Data dan Indikator Ekonomi Makro | Satuan | Nilai |
Pertumbuhan Ekonomi Q320 | %yoy | -3.49 |
Inflasi 2020 | %yoy | 1.68 |
BI 7 Day Reverse Repo Rate Januari 2021 | % | 3.75 |
Surplus/Defisit Anggaran 2020 | %PDB | -6.34 |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan Q320 | %PDB | 0.36 |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Q30 | US$ Miliar | 2.05 |
Cadangan Devisa November 2020 | US$ Miliar | 135.9 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp) Next Article Powell Buat Pasar Happy, IHSG Bisa Cuan Saat Window Dressing