Newsletter

Ampun Bang Jago! PPKM Diperpanjang, IHSG Mau ke Mana?

Putra, CNBC Indonesia
25 January 2021 06:31
Joe Biden berkantor di Gedung Putih. (AP/Evan Vucci)
Foto: Joe Biden berkantor di Gedung Putih. (AP/Evan Vucci)

Koreksi IHSG sendiri sejatinya berbanding terbalik dari bursa saham acuan global, Wall Street. Indeks Dow Jones berhasil terapresiasi 0,59% sepekan terakhir, S&P 200 reli 1,94%, dan Indeks Nasdaq terbang 4,19%.

Pekan ini sendiri indeks acuan Wall Street mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarahnya setelah Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden dilantik menggantikan Donald Trump.

Selain pelantikan Biden, Senat AS yang sebelumnya dikuasai oleh Partai Republik, kini dikuasai oleh Partai Demokrat. Sehingga blue wave atau kemenangan penuh Partai Demokrat berhasil dicapai. Hal ini tentunya memudahkan Biden dalam mengambil kebijakan, termasuk dalam meloloskan paket stimulus US$ 1,9 triliun.

Parlemen AS menganut sistem 2 kamar, House of Representative (DPR) yang sudah dikuasai Partai Demokrat sejak lama, dan Senat yang pada rezim Donald Trump dikuasai Partai Republik.

Sebelumnya, 3 senator dari Partai Demokrat dilantik, Raphael Warnock dan Jon Ossoff dari Negara Bagian Georgia, serta Alex Padilla dari California. Partai Demokrat kini memiliki 50 senator sama dengan Partai Republik, tetapi memiliki satu suara lebih banyak yakni dari Wakil Presiden Kamala Harris.

Untuk diketahui, jumlah anggota Senat di AS sebanyak 100 orang, dimana setiap negara bagian memiliki 2 senator.

Berdasarkan undang-undang dasar AS, pasal 1 ayat 3, Wakil Presiden AS merupakan presiden Senat, dan tidak memberikan suara, kecuali saat voting hasilnya imbang. Artinya ketika mengambil keputusan hasil voting seimbang 50 lawan 50, maka Wakil Presiden Kamala Harris berhak memberikan suaranya. Hal tersebut tentunya membuat Partai Demokrat kini menguasai Senat AS.

Untuk saat ini, blue wave menjadi kabar baik, stimulus fiskal US$ 1,9 triliun bisa segera cair. Tetapi dalam jangka panjang, ada kemungkinan akan memberikan sentimen negatif ke pasar saham, sebab Joe Biden berencana menaikkan pajak.

Rencana stimulus fiskal sebesar US$ 1,9 triliun yang akan digelontorkan Biden menjadi pemicu penguatan Wall Street. Dengan stimulus tersebut diharapkan perekonomian AS bisa bangkit lebih cepat, begitu juga dengan penanggulangan Covid-19.

"Isu lainnya bisa mundur dulu dikalahkan oleh perhelatan di Washington karena investor mencari perubahan kebijakan yang besar ke depannya dan outlook pemerintahan yang baru," tutur Kepala Perencana Pasar TD Ameritrade JJ Kinahan kepada CNBC International.

Proposal stimulus Biden memasukkan bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 1.400 ke warga AS dan perpanjangan tunjangan penganggur serta bantuan untuk pemerintahan lokal dan negara bagian. Demikian juga dengan dana penanggulangan pandemi dan program vaksinasi.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular