Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kembali ditutup mixed pada perdagangan Kamis (7/1/2021) kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 1,45% di level 6.153,63.
Bursa Asia mayoritas mengalami penguatan pada perdagangan kemarin, di mana indeks KOSPI Korea Selatan memimpin penutupan Kamis kemarin.
Jika dibandingkan dengan indeks Asia lainnya, IHSG berada di posisi kelima dari daftar indeks yang mengalami penguatan.
Hanya dua dari sebelas indeks Asia yang ditutup di zona merah, yakni indeks Hang Seng Hong Kong, dan BSE Sensex India.
Tidak senasib dengan IHSG, pasar obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) lanjutkan pelemahan pada penutupan perdagangan kemarin.
Mayoritas, harga SBN di hampir semua tenor mengalami pelemahan, ditandai dengan imbal hasil (yield) yang mengalami kenaikan. Hanya SBN bertenor 3 tahun dan 30 tahun yang harganya mengalami penguatan dan yield-nya turun.
Tercatat yield SBN bertenor 3 tahun turun 3,1 basis poin (bps) ke level 4,741%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun turun 2,9 bps ke 6,982%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Senasip dengan SBN, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan kemarin, yakni sebesar 0,11% ke level Rp 13.890/US$.
Hari ini, seluruh mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. Dolar AS pada perdagangan kemarin memang sedang kuat-kuatnya akibat yield obligasi pemerintah (Treasury) AS yang mengalami kenaikan.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup cerah bergairah pada perdagangan Kamis (7/1/2020) waktu AS, setelah Kongres akhirnya mensahkan kemenangan presiden terpilih Joe Biden pada Kamis (7/1/2021) dan komitmen Presiden AS Donald Trump untuk menjalankan transisi kekuasaan yang tertib pada 20 Januari.
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,69% ke level 31.041,13, S&P 500 melesat 1,48% ke 3.803,79, dan Nasdaq Composite meroket 2,56% ke 13.067,48.
Ketiga indeks di Wall Street tersebut mencapai titik tertinggi baru di tengah meningkatnya seruan untuk pemecatan Presiden Donald Trump, satu hari setelah pendukung pro-Trump menyerbu Capitol AS dalam serangan yang merupakan catatan terburuk terhadap demokrasi Amerika.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi mendesak Trump segera dicopot dari jabatannya melalui Amandemen ke-25. Presiden terpilih Joe Biden menuduh Trump dibalik demonstrasi di Capitol AS dan mengatakan Rabu kemarin adalah salah satu hari terburuk dalam sejarah AS.
"Pasar sekarang melihat melampaui Trump dan mengharapkan kepresidenan Biden akan memberikan lebih banyak stimulus," kata Dennis Dick, trader di Bright Trading LLC.
Saham-saham sektor keuangan melonjak, sementara saham-saham sektor industri dan material mencapai rekor baru karena ekspektasi pasar terhadap Biden yang akan membentuk paket fiskal yang lebih besar dan meningkatkan belanja infrastrukturnya jika Kongres di bawah kendali Demokrat.
Saham-saham perbankan yang sensitif terhadap suku bunga ikut menguat, setelah lonjakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah (Treasury) AS tenor 10 tahun yang naik hingga lebih dari 1% dan berhasil menyentuh angka sebelum era pandemi.
Artinya, obligasi pemerintah mulai dilepas untuk berburu aset berisiko. Harga bitcoin juga menguat, sempat tembus US$ 36.000 per keping.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja merilis klaim pengangguran pekan lalu sebanyak 787.000, atau sama seperti posisi sepekan sebelumnya. Ekonom dalam polling Dow Jones memproyeksikan akan ada 815.000 pengajuan klaim tunjangan pengangguran yang baru.
Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi akan melanjutkan penguatan yang dibentuk pada Kamis kemarin. Sentimen pendukung penguatan IHSG tentunya dari penguatan tajam bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada Kamis (7/1/2021).
Kerusuhan di gedung Capitol AS turut menjadi sentimen positif selain dari kenaikan bursa Wall Street.
Ekonom sekaligus Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, kerusuhan di gedung parlemen US Capitol, Washington Amerika Serikat (AS) justru membawa sentimen positif bagi pasar saham Indonesia kendati bersifat jangka pendek.
Lantaran akibat kerusuhan itu membuat kondisi politik negeri Paman Sam menjadi panas. Sehingga memicu keluarnya dana dari pasar saham AS ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.
"Situasi chaos di capitol hill akan menyebabkan risiko politik meningkat di AS. Dampaknya bisa ke keluarnya dana dari pasar modal AS ke negara lain," tegas Bhima.
Pelaku pasar juga perlu mengamati perilisan data cadangan devisa (cadev) Indonesia yang akan dirilis pada hari ini.
Konsensus dari CNBC Indonesia memperkirakan cadev Indonesia akan meningkat menjadi US$ 135 miliar pada Desember 2020.
Selain cadev di Tanah Air, pelaku pasar perlu mengamati data ekonomi lainnya di beberapa negara, seperti data cadangan devisa Jepang periode Desember 2020 dan tingkat pengangguran di zona Euro maupun di Amerika Serikat untuk periode 2020.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data Transaksi Berjalan Korea Selatan periode November 2020 (06:00 WIB),
- Rilis data Cadangan Devisa (Cadev) Jepang periode Desember 2020 (06:50 WIB),
- Rilis data Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia periode Desember 2020 (10:00 WIB),
- Rilis data Neraca Perdagangan Jerman periode November 2020 (14:00 WIB),
- Rilis data Transaksi Berjalan Jerman periode November 2020 (14:00 WIB),
- Rilis data Neraca Perdagangan Prancis periode November 2020 (14:45 WIB),
- Rilis data Transaksi Berjalan Prancis periode November 2020 (14:45 WIB),
- Rilis data Tingkat Pengangguran Zona Euro periode Desember 2020 (17:00 WIB),
- Rilis data Non Farming Payroll (Upah Non Pertanian) Amerika Serikat periode Desember 2020 (20:30 WIB),
- Rilis data Tingkat Pengangguran Amerika Serikat periode Desember 2020 (20:30 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (kuartal III-2020, %YoY) | -3,49 |
Inflasi (2020, %YoY) | 1,68 |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Desember 2020, %) | 3,75 |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2020, %PDB) | -6,34 |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (kuartal III-2020, %PDB) | 0,36 |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (kuartal III-2020, US$ Miliar) | 2,05 |
Cadangan Devisa (November 2020, US$ miliar) | 133,56 |
TIM RISET CNBC INDONESIA