Newsletter

Wall Street Tembus Rekor Tertinggi, Pertanda Cuan Nih!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 December 2020 06:00
Ilustrasii Dollar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
lustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Sentimen ketiga, investor perlu mewaspadai potensi kebangkitan dolar AS. Pada pukul 03:39 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,04%.

Maklum, mata uang Negeri Paman Sam sudah lama 'teraniaya'. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index anjlok 1,56% dan sejak kuartal IV-2020 koreksinya mencapai 3,76%.

Selain itu, kebutuhan valas korporasi akan tinggi pada akhir bulan. Ada kebutuhan untuk membayar impor, utang jatuh tempo, dividen, dan sebagainya. Ini akan membuat penguatan dolar AS jadi semakin beralasan.

"Kita akan segera memasuki liburan, tidak banyak yang bisa menggerakkan pasar. Mungkin ini hanya rebound sementara bagi dolar AS," ujar Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti dikutip dari Reuters.

Ya, sepertinya penguatan ini (jika terjadi) akan fana belaka. Ke depan, prospek dolar AS rasanya masih akan suram.

Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, pelaku pasar memperkirakan tren pelemahan dolar AS asih akan terjadi pada 2021. Sebanyak 51 dari 72 ekonom/analis (70,83%) memperkirakan tren depresiasi mata uang Negeri Adidaya masih bertahan hingga setidaknya pertengahan tahun depan. Sementara 21 orang respoden (29,17) memperkirakan tren pelemahan akan berbalik sebelum tengah tahun.

kursSumber: Reuters

"Dolar AS masih terlalu mahal (overvalued) karena sudah menguat selama kurang lebih dua tahun terakhir. Dengan perbedaan kebijakan moneter antara AS dengan negara-negara maju lainnya, keuntungan investasi jadi lebih menarik di negara-negara lain," kata Kit Juckes, Head of FX Strategy di Societe Generale, seperti dikutip dari Reuters.

"Kita semua tahu bahwa dolar melemah, tetapi tidak ada mata uang lain yang cukup atraktif sebagai sarana berinvestasi. Namun kini dengan kenakan harga komoditas, ada tempat untuk menaruh uang," ujar Steve Englander, Head of Global G10 FX Research di Standard Chartered, seperti diberitakan Reuters.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular