Newsletter

Persiapan Terakhir! IHSG Menuju Penguatan 11 Pekan Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 December 2020 06:03
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia, mencetak rekor tertinggi sepanjang masa kemarin, hal tersebut tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia hari ini, termasuk IHSG. Dengan demikian, peluang IHSG memperpanjang reli menjadi 11 pekan beruntun terbuka lebar.

Setelah The Fed berkomitmen untuk menerapkan kebijakan moneter longgar setidaknya 2 tahun ke depan, perhatian kini tertuju ke stimulus fiskal.

Kongres AS punya tenggat waktu hingga Jumat malam waktu setempat sebab pemerintahan AS akan mengalami shutdown pada hari Sabtu kecuali anggaran belanja pemerintah kembali diperpanjang selama selama satu minggu, seperti yang dilakukan pada pekan lalu.

Anggaran untuk tunjangan pengangguran akan habis sehari setelah Natal, sehingga stimulus fiskal harus dicairkan sebelum akhir pekan depan. Hal tersebut membuat pelaku pasar optimis stimulus akan segera cair, dan sentimen pun membaik.

Saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah cenderung punya tenaga untuk menguat. Apalagi dolar AS akan mendapat pukulan ganda, dari komitmen The Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter longgar dalam waktu yang lama, serta cairnya stimulus fiskal. Jumlah uang yang beredar di perekonomian AS akan meningkat, dan nilai tukar dolar AS akan melemah.

Pasar SBN juga akan diuntungkan, sebab The Fed mengindikasikan akan mempertahankan suku bunga hingga tahun 2023. Artinya yield obligasi (Treasury) AS masih akan rendah dalam waktu yang lama, sehingga obligasi Indonesia dengan imbal hasil yang relative tinggi akan jauh lebih menarik.

Yield SBN tenor 10 tahun saat ini di level 6,007%, sementara Treasury AS tenor yang sama di level 0,9346%.

The Fed memperkirakan inflasi di AS tahun ini sebesar 1,2%, sehingga yield riil yang diperoleh di AS akan menjadi negatif. Sementara itu BI memprediksi inflasi akan di bawah 2% di tahun ini, sehingga yield riil yang diperoleh di Indonesia masih relatif tinggi.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular