Newsletter

Stay Tuned! Stimulus Rp 12.600 Triliun di AS Bentar Lagi Cair

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 December 2020 06:04
perencanaan keuangan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri bervariasi pada perdagangan Selasa kemarin, meski dihantam sentimen negatif dari luar dan dalam negeri. Sementara itu pada perdagangan hari ini, Rabu (16/12/2020), sentimen positif datang dari luar negeri yang bisa membuat pasar keuangan kembali kompak menghijau. Sentimen tersebut dibahas di halaman 3. 

Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,04% di 6.010,128, meski sebelumnya sempat merosot hingga 0,78%.

Meski melemah tipis, tetapi investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 566 miliar, setelah selalu melakukan aksi jual bersih (net sell) dalam beberapa hari terakhir. Nilai transaksi kemarin tercatat sebesar Rp 17,6 triliun.

Sementara itu rupiah membukukan pelemahan 0,14% melawan dolar AS ke Rp 14.090/US$, setelah sempat merosot hingga 0,64%. Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) justru menguat. Yield SBN tenor 10 tahun turun 3,5 basis poin (bps) ke 6,125%.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat yield turun harga naik, begitu juga sebaliknya.

Lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) memberikan sentimen negatif ke pasar global. Amerika Serikat sudah memulai vaksinasi masal pada Senin pagi waktu setempat. Namun, Walikota New York, Bill De Blasio Senin kemarin mengatakan kemungkinan akan dilakukan "full shutdown" untuk meredam penyebaran Covid-19. Padahal, New York menjadi kota pertama yang dilakukan vaksinasi.

Kemudian dari Inggris, pengetatan pembatasan sosial juga akan dilakukan di London mulai Rabu tengah malam. Jerman juga melakukan hal yang sama.

Dari Asia, Jepang juga mencatatkan rekor dalam penambahan kasus harian Covid-19 dengan kali pertamanya kasus infeksi virus Corona di negara ini melampaui 3.000 kasus pada Sabtu (12/12/2020).

Berdasarkan laporan NHK, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (13/12/2020), peningkatan kasus Covid-19 di Jepang ini dipicu dari mulai masuknya musim dingin. Pada Sabtu waktu setempat, berdasarkan laporan NHK, tambahan kasus harian mencapai 3.041.

Korea Selatan juga mencatatkan rekor tambahan kasus baru Covid-19 hingga mencapai 1.030 pada Minggu (13/12/2020), melebihi dari puncak jumlah kasus sebelumnya pada akhir Februari yang mencapai 909, sehingga Presiden Korea Selatan Moon-Jae in pun menyebut negara dalam status "darurat" menghadapi gelombang ketiga Covid-19.

Sementara itu dari dalam negeri pemerintah memutuskan untuk melarang kerumunan dan perayaan tahun baru di tempat umum, serta Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta yang kemungkinan diketatkan, akibat penambahan kasus Covid-19 yang meningkat.

Keputusan ini diambil dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Bali secara virtual di Kantor Maritim pada Hari Senin (14-12-2020) yang dipimpin oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan. Dia meminta agar implementasi pengetatan ini dapat dimulai pada tanggal 18 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021.

Selain itu Luhut juga memerintahkan Gubernur Anies Baswedan untuk kembali memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta.

Lebih rinci, Luhut meminta kepada Anies Baswedan untuk mengetatkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) hingga 75%. "Saya juga minta Pak Gubernur untuk meneruskan kebijakan membatasi jam operasional hingga pukul 19:00 dan membatasi jumlah orang berkumpul di tempat makan, mall, dan tempat hiburan," pintanya.

Pasar keuangan dalam negeri mampu menahan tekanan tersebut Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode November 2020 yang kembali mencatat surplus. Data ini membawa kabar gembira, bukti bahwa ekonomi dalam negeri mulai bergeliat.



Bursa saham AS (Wall Street) melesat pada perdagangan Selasa waktu setempat menyambut perkembangan vaksin corona, serta harapan akan cairnya stimulus fiskal di AS.

Indeks Dow Jones melesat 1,13% ke 30.119,31, S&P 500 memimpin penguatan sebesar 1,29% ke 3.694,62, dan Nasdaq naik 1,25% ke 12.595,06.

Seperti diketahui sebelumnya, AS sudah memulai vaksinasi massal sejak hari Senin pagi waktu setempat setelah pada Jumat (11/12/2020), Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) menyetujui penggunaan darurat vaksin Pfizer dan BionTech.

Kini FDA kembali memberikan kabar bagus, vaksin besutan Moderna dikatakan memenuhi ekspektasi untuk penggunaan darurat, yang menjadi langkah krusial sebelum muncul persetujuan penuh.

Vaksinasi massal di AS akhirnya dimulai, tetapi jumlah kasus meninggal akibat Covid-19 sudah lebih dari 300.000 orang di Negeri Paman Sam. Tren penambahan kasus baru juga masih tinggi, beberapa hari lalu tercatat lebih dari 200.000 kasus per hari.

Walikota New York, Bill De Blasio Senin kemarin mengatakan kemungkinan akan dilakukan "full shutdown" untuk meredam penyebaran Covid-19.

"Kami melihat infeksi virus corona yang sangat cepat, dan tidak pernah terjadi sejak bulan Mei. Kami harus menghentikan laju penyebaran tersebut, atau kapasitas rumah sakit kita akan penuh," kata de Blasio sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (14/12/2020).

"Dengan berlanjutnya kenaikan kasus dan vaksinasi masal, kita berpeluang melihat pelemahan lebih lanjut di lapangan pekerjaan dan bahkan pergerakan mendatar di mana tidak ada lapangan kerja baru yang tercipta," tutur Luke Tilley, ekonom kepala Wilmington Trust, sebagaimana dikutip CNBC International.

Luke menilai, stimulus fiskal sangat diperlukan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi AS. Stimulus tersebut kini sedang dibahas oleh para pembuat kebijakan, yang nilainya mencapai US$ 908 miliar.



Wall Street yang melesat lebih dari 1% tentunya memberikan angin segar ke pasar saham Asia pagi ini setelah mayoritas tumbang Selasa kemarin, termasuk IHSG.

Sebagai kiblat bursa saham dunia, pergerakan Wall Street tentunya cenderung diikuti oleh bursa saham lainnya. Apalagi, penguatan tersebut juga terkait dengan stimulus fiskal yang selama ini dinanti-nanti.

Titik terang mulai terlihat dari pembahasan stimulus fiskal di AS setelah Partai Demokrat dan Partai Republik merilis proposal senilai US$ 908 miliar atau setara Rp 12.600 triliun (kurs Rp 14.000/US$) Senin lalu. Partai Demokrat saat ini menguasai House of Representative (DPR) sementara Partai Republik menguasai Senat, hal ini yang membuat penambahan stimulus terus mengalami tarik ulur.

Kabar baiknya, para ketua mayoritas dan minoritas di masing-masing "kamar" tersebut kini sudah bertemu dan sedang melakukan perundingan. Ada Ketua DPR Nancy Pelosi dari Partai Demokrat, ketua minoritas DPR Kevin McCarthy dari Partai Republik, ketua mayoritas Senat Mitch McConnel dari Partai Republik, dan ketua minoritas Senat Chuck Schumer dari Partai Demokrat.

"Kami tidak akan pergi dari sini tanpa paket stimulus. Kami akan tetap di sini sampai paket stimulus untuk mengatasi Covid-19 tercapai, berapa pun lama waktu yang diperlukan," kata McConnel sebagaimana dilansir CNBC International.

Paket stimulus senilai US$ 908 miliar tersebut dibagi menjadi 2 bagian. Yang pertama sebesar US$ 748 miliar untuk program belanja pemerintah, termasuk di dalamnya tunjangan pengangguran sebesar US$ 300 per pekan, serta US$ 300 miliar untuk pinjaman dalam Paycheck Protection Program, yakni pinjaman lunak yang ditujukan ke usaha kecil.

Para pemimpin tersebut berharap kesepakatan antara kedua belah pihak akan tercapai paling cepat pada hari Selasa waktu setempat. Perundingan tersebut masih berlangsung saat ini, dan seandainya kesepakatan tercapai tentunya akan langsung memberikan dampak ke pasar Asia, IHSG berpotensi melesat kembali, begitu juga dengan rupiah, serta SBN.

Sementara itu seperti disebutkan di halaman 1, rilis data dari data neraca perdagangan Indonesia yang surplus US$ 2,62 miliar menunjukkan perekonomian mulai bergeliat. Data tersebut mampu meredam pelemahan IHSG maupun rupiah, dan masih berpotensi menjadi sentimen positif hari ini.

Nilai ekspor pada November 2020 tercatat US$ 15,28 miliar. Naik 9,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Realisasi ini jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 3,29% YoY. Sedangkan konsensus versi Reuters adalah 2,66% YoY.

Pertumbuhan ekspor yang 9,54% adalah rekor tertinggi sejak Februari 2020. Sementara dari sisi nilai, US$ 15,28 miliar adalah yang tertinggi sejak Juli 2019

Kemudian impor tercatat sebesar US$ 12,66 miliar. Turun 17,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Impor memang masih terkontraksi, tetapi lebih landai dibandingkan Oktober 2020 yang ambles 26,93%. Kontraksi impor 17,46% YoY adalah yang paling landai sejak Juni 2020. Dari sisi nilai, impor yang US$ 12,66 miliar jadi yang tertinggi sejak Maret 2020.

Dari sisi penggunaan barang, impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal masih terkontraksi masing-masing 22,02% YoY, 20,05% YoY, dan 2,85% YoY. Namun lebih baik ketimbang Oktober 2020 yang negatif masing-masing 27,88%, 47,4%, dan 24,24%.

Impor barang modal yang membaik signifikan membawa harapan bahwa dunia usaha mulai berencana ekspansi. Ini tentu akan mendorong pertumbuhan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi di komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB).

Neraca dagang yang sudah mencetak surplus dalam 7 bulan beruntun juga akan mampu mempertahankan transaksi berjalan (current account) tetap surplus di kuartal IV-2020.
Setelah nyaris satu dekade lamanya, transaksi berjalan Indonesia akhirnya mencatat surplus lagi di kuartal III-2020.

Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus persis sembilan tahun lalu, yakni kuartal III-2011. Setelahnya, transaksi berjalan terus defisit sehingga kita terbiasa dengan istilah CAD (Current Account Deficit).

CAD menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money di pos transaksi modal dan finansial sehingga diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan. Hal tersebut menjadi penting guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Saat nilai tukar rupiah stabil, maka investor asing akan lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri, karena risiko kerugian kurs menjadi lebih rendah.

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data neraca dagang Jepang (6.50 WIB)
  • Rilis data PMI manufaktur Jepang (7.30 WIB)
  • Rilis data inflasi Inggris (14.00 WIB)
  • Rilis data PMI manufaktur dan jasa Prancis (15.15 WIB)
  • Rilis data PMI manufaktur dan jasa Jerman (15.30 WIB)
  • Rilis data PMI manufaktur dan jasa zona euro (16.00 WIB)
  • Rilis data PMI manufaktur dan jasa Inggris (16.30 WIB)
  • Rilis data penjualan ritel AS (20:30 WIB)
  • Rilis data PMI manufaktur dan jasa AS (21.45 WIB) 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap) Next Article Pekan Penting! Pasar Finansial Bakal Guncang atau Terbang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular