Newsletter

Mohon Maaf Tahun Baru Dilarang Party, Awas IHSG Ambrol

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 December 2020 06:01
Jelang Rilis BPS Neraca Dagang RIyang Diramal Tekor US$ 152 Juta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Suasana Pesta kembang api malam tahun baru Pelabuhan Victoria dan Pusat Konvensi dan Pameran Hong Kong,China, Januari 1 2019. Reuters/Tyrone Siu

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia untuk bulan November. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia untuk proyeksi pertumbuhan ekspor menghasilkan median 3,29% dibandingkan November 2019 (year-on-year/YoY).

Sementara impor masih mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 24,14% YoY. Ini membuat neraca perdagangan diperkirakan surplus lumayan banyak yaitu US$ 2,72 miliar.
Sementara konsensus yang dihimpun Reuters menghasilkan median pertumbuhan ekspor di 2,66% YoY dan impor anjlok 25,52% YoY. Ini membuat surplus neraca perdagangan berada di US$ 2,67 miliar.

Meski surplus perdagangan November 2020 diperkirakan cukup tinggi, tetapi masih kalah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 3,61 miliar. Surplus perdagangan Oktober 2020 adalah yang tertinggi sejak akhir 2010.

Neraca dagang yang mencetak surplus beruntun memberikan 2 sentimen. Yang pertama, surplus tersebut bisa mempertahankan surplus transaksi berjalan (current account)
Setelah nyaris satu dekade lamanya, transaksi berjalan Indonesia akhirnya mencatat surplus lagi di kuartal III-2020.

"NPI mencatat surplus sebesar US$ 2,1 miliar pada triwulan III 2020, melanjutkan capaian surplus sebesar US$ 9,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus NPI yang berlanjut tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial," sebut keterangan tertulis Bank Indonesia (BI), Jumat (20/11/2020).

Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus persis sembilan tahun lalu, yakni kuartal III-2011. Setelahnya, transaksi berjalan terus defisit sehingga kita terbiasa dengan istilah CAD (Current Account Deficit).

CAD menjadi "hantu" bagi perekonomian Indonesia. Kala defisit membengkak, Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga guna menarik hot money di pos transaksi modal dan finansial sehingga diharapkan dapat mengimbangi defisit transaksi berjalan. Hal tersebut menjadi penting guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Saat nilai tukar rupiah stabil, maka investor asing akan lebih nyaman berinvestasi di dalam negeri, karena risiko kerugian kurs menjadi lebih rendah.

Itu efek bagus dari surplus neraca dagang. Sementara efek buruknya, surplus terjadi akibat anjloknya impor. Anjloknya impor berarti roda perekonomian di dalam negeri masih berputar dengan lambat. Sebabnya, barang modal dan bahan baku/penolong berkontribusi sebesar 69,1% dan 18,5% dari total impor, sementara barang konsumsi sebesar 11%.

Artinya anjloknya impor yang didominasi barang modal dan bahan baku/penolong menunjukkan sektor manufaktur Indonesia "mati suri", banyak pabrik yang mengurangi hingga menghentikan aktivitas produksi.



(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular