Newsletter

Usai Pilkada Sentimen Negatif Menyerang, IHSG Bakal Ke Mana?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 December 2020 06:05
Petugas berjaga di Pilkada. (AP/Tatan Syuflana)
Foto: Petugas berjaga di Pilkada. (AP/Tatan Syuflana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak telah dilaksanakan kemarin (9/12/2020). Pasar keuangan domestik libur karena menetapkan momen pilkada sebagai tanggal merah. Namun seandainya tidak libur bursa saham nasional berpeluang menguat.

Ada banyak sentimen positif yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi ditutup dengan apresiasi. Perkembangan terbaru vaksinasi Covid-19 membuat pasar ekuitas global sumringah. 

Dari Wall Street tiga indeks acuan saham di Paman Sam berhasil finish di zona hijau. Bahkan S&P 500 dan Nasdaq Composite menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa. S&P bertambah 0,28% dan Nasdaq Composite mencuat 0,5%. Sementara itu Dow Jones Industrial yang berisi 30 saham pilihan juga terapresiasi 0.35%. 

Ada dua kabar positif soal vaksin Covid-19 dari AS, pertama adalah Johnson & Johnson akan segera memperoleh hasil uji coba tahap akhir vaksin anti-virus corona yang sedang mereka kembangkan.

Kedua adalah rilis dokumen otoritas makanan dan obat AS (FDA). Dalam dokumen itu, FDA menilai tidak ada masalah terkait vaksin Pfizer dan mitranya dari Jerman yaitu BioNTech. Pada November lalu vaksin yang mereka kembangkan diklaim memiliki tingkat efektivitas mencapai 95%. 

Dengan begitu besar harapan AS akan menyusul Inggris untuk segera menetapkan penggunaan darurat vaksin Pfizer-BioNTech tersebut. Di negeri Ratu Elizabeth, program vaksinasi darurat Covid-19 sudah dimulai sejak Selasa (8/12/2020).

Sebanyak 800 ribu dosis vaksin Covid-19 dari pabrik Pfizer di Belgia bakal disuntikkan ke kelompok yang berisiko seperti petugas kesehatan, petugas panti jompo dan mereka yang usianya lebih dari 80 tahun. 

Mayoritas bursa saham Asia pun berhasil melenggang ke zona apresiasi. Hanya bursa Shang Hai dan Filipina saja yang indeks acuannya terkoreksi lebih dari 1%. Melihat hal tersebut sebenarnya IHSG punya peluang cukup besar untuk lanjut menguat. 

Pada perdagangan sebelumnya tepatnya Selasa (8/12/2020), IHSG ditutup hijau 0,23% meski investor asing cenderung melego aset-aset ekuitas RI dengan nilai jual bersih mencapai Rp 698 miliar di pasar reguler. 

Menambah sentimen positif adalah data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan November yang melesat tajam. Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK November berada di angka 92. Konsumen memang belum optimis, tetapi ada perbaikan sentimen yang signifikan di bulan November jika dibandingkan dengan IKK Oktober di angka 79.

Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang menjadi acuan mengalami penurunan. Data perdagangan mencatat yield SBN tersebut turun dari 6,238% menjadi 6,215%. Penurunan yield mengindikasikan adanya apresiasi harga di SBN rupiah acuan tersebut. 

Namun rupiah justru stagnan di Rp 14.080/US$ di arena pasar spot. Maklum reli kencang rupiah sudah berlangsung lama. Tepat delapan pekan beruntun rupiah mencatatkan penguatan terhadap dolar AS ketika indeks dolar rubuh ke level terendah dalam 2,5 tahun terakhir. 

Saat rupiah stagnan indeks dolar juga sedang menguat. Meski tak gerak, rupiah masih berhasil untuk menjadi runner up kedua terbaik di antara mata uang kawasan Asia lainnya. 

Setelah sebelumnya S&P 500 dan Nasdaq Composite cetak rekor, pagi tadi ketiga indeks saham Paman Sam harus terbenam di zona merah. S&P 500 drop 0.8%. Dow Jones Industrial tergelincir 0,35% dan Nasdaq Composite paling parah dengan koreksi 1,9%. 

Ketidakpastian seputar stimulus fiskal jilid II di AS membuat Wall Street tertimpa aksi jual. Di tengah pertambahan kasus infeksi baru Covid-19 di AS yang mengkhawatirkan, belum ada deal soal stimulus. 

Total kumulatif kasus Covid-19 di AS sudah tembus angka 15 juta orang dan 287 ribu warga Paman Sam telah terenggut jiwanya oleh patogen ganas yang masih satu keluarga dengan penyebab wabah SARS 17 tahun silam. 

Dalam sepekan terakhir, pertambahan kasus baru beberapa kali menyentuh angka 200 ribu. Tren pertambahan kasus baru di AS juga masih terus meningkat. Negeri Adikuasa kini sedang kewalahan menghadapi gelombang kedua wabah yang juga bertepatan dengan musim dingin. 

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sedang mendiskusikan proposal bantuan fiskal senilai US$ 916 miliar dengan ketua DPR AS Nancy Pelosi. Namun Pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnel mengatakan bahwa pihak Republik dan Demokrat masih mencari jalan keluar atas kebuntuan yang terjadi. 

"Proses negosiasi stimulus fiskal AS telah menjadi agak sengit, kongres memiliki 1,5 minggu lagi untuk berkompromi [karena batas waktu anggaran akan diajukan hingga 18 Desember]," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge kepada CNBC International.

Stimulus merupakan hal yang vital untuk terus mengupayakan agar perekonomian paling besar di muka bumi ini tidak terus menyusut. Apalagi di tengah lonjakan besar Covid-19 yang saat ini bisa dibilang sedang 'mengamuk' di AS. 

Prospek vaksinasi Covid-19 terutama untuk penggunaan darurat memang semakin di depan mata. Hanya saja berapa orang yang divaksinasi dan seberapa besar dampaknya masih harus dicermati betul.

Pelaku pasar masih terus menunggu kabar terbaru seputar stimulus dan juga vaksin. Namun jalan buntu yang ditemui membuat Wall Street jatuh ke zona koreksi. Ini merupakan berita buruk bagi pasar saham Asia yang akan buka pagi ini. 

Adanya libur cuti karena pelaksanaan pilkada di Indonesia bisa menjadi cerita yang berbeda mengingat, pasar modal Tanah Air belum mencicipi pesta yang terjadi di berbagai kawasan yang lain. Namun tetap saja investor perlu mewaspadainya. 

Di sisi lain faktor teknikal juga membuat indeks dolar menguat. Kebangkitan setelah terjerembab di level terendah 2,5 tahun berpotensi membuat greenback mampu melibas mata uang lain termasuk rupiah. 

Terkait vaksin, juru bicara Bio Farma sebelumnya mengatakan bahwa tingkat kemanjuran vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang diuji klinis di Indonesia punya tingkat kemanjuran mencapai 97%. 

Namun setelah kabar tersebut beredar baik pihak Sinovac maupun Bio Farma akhirnya memberikan klarifikasi bahwa data uji klinis interim baru akan diperoleh Januari 2021 mendatang. 

Data tersebut nantinya akan menjadi bahan pertimbangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melaksanakan program vaksinasi Covid-19 di Tanah Air. Perlu diketahui uji klinis tahap akhir vaksin Sinovac dilakukan di tiga negara yaitu Brasil, Turki dan Indonesia. 

Di Brasil dan Turki jumlah relawan ujinya mencapai 13 ribu orang, sementara di Indonesia hanya berjumlah 1.600-an orang. Klarifikasi soal vaksin ini jauh lebih baik dari pada memberikan kabar yang simpang siur soal vaksin.

Di sisi lain Inggris yang baru saja melangsungkan program vaksinasinya langsung dihadapkan pada sebuah kasus. Vaksin Pfizer-BioNTech yang mulai disuntikkan menimbulkan reaksi alergi pada dua orang staff di penyedia layanan kesehatan Inggris. 

Melansir NBC News, dua orang tersebut memang memiliki riwayat alergi. Meski sekarang sudah dalam kondisi pemulihan tetapi pihak regulator Inggris memberikan wanti-wanti jika orang yang punya riwayat alergi bakal menerima suntikan vaksin tersebut sampai investigasi selesai dilakukan. Ini cukup menjadi sentimen negatif bagi pasar. 

Sentimen lain yang juga berpotensi menggerakkan pasar hari ini adalah rilis data ekonomi nasional. Bank Indonesia (BI) dijadwalkan bakal merilis data penjualan eceran bulan Oktober hari ini pukul 10.00 WIB.

Data indeks penjualan riil bulan September tercatat mengalami kontraksi 8,7% (yoy), membaik dibanding bulan sebelumnya di angka minus 9,2% (yoy). Untuk bulan Oktober BI memperkirakan indeks penjualan riil drop 10% (yoy). 

Penjualan ritel bisa menjadi salah satu indikator apakah perekonomian Indonesia berada dalam fase pemulihan atau justru sebaliknya. 

Apabila hasilnya lebih buruk maka ini akan menjadi sentimen negatif bagi pasar. Namun jika hasilnya lebih baik dari ekspektasi ini bakal jadi sentimen positif. Lebih dari separuh output perekonomian RI ditopang oleh konsumsi domestik. 

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data Ekspektasi Inflasi Konsumen Australia bulan Desember (07.00 WIB)
  • Rilis data Penjualan Ritel Indonesia bulan Oktober (10.00 WIB)
  • Rilis data Neraca Perdagangan Inggris bulan Oktober (14.00 WIB)
  • Rilis data Produksi Industri Prancis bulan Oktober (14.45 WIB)
  • Pengumuman Kebijakan Moneter ECB (19.45 WIB)
  • Rilis data Inflasi Amerika Serikat (AS) bulan November (20.30 WIB)
  • Rilis data Ketenagakerjaan AS (20.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Ekonomi Tumbuh 5,03% - Dolar Mulai Melemah: Semoga Bisa Jadi Obat IHSG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular