
Siap-siap Cari Cuan, Lur! Vaksin Corona Sudah Tiba di RI

Untuk pekan ini pasar keuangan global masih akan digerakkan oleh sentimen terkait stimulus dan perkembangan vaksin Covid-19. Semakin mulusnya jalan stimulus akan membuat pasar ekuitas menjadi bullish.
Di sisi lain kabar positif tentang vaksin Covid-19 juga masih akan menghiasi perdagangan awal pekan ini. Kali ini kabar positifnya datang dari RI sendiri. Vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang juga diuji klinis di dalam negeri dan dipesan RI akhirnya mendarat di Tanah Air kemarin malam.
Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin yang diangkut menggunakan pesawat milik maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), pesawat jenis Boeing 777-300ER tersebut mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pukul 21.25 WIB pada Minggu (6/12/2020).
Vaksin diangkut dengan meggunakan kontainer khusus bertuliskan ENVIROTAINER berkode RAP81179PC. Tampak beberapa petugas langsung menyemprot konteriner yang baru tiba tersebut.
Kehadiran vaksin Covid-19 di Tanah Air tersebut pun mendapat sambutan dari RI-1 Joko Widodo (Jokowi).
"Saya ingin menyampaikan satu kabar baik, hari ini pemerintah sudah menerima 1,2 juta doss vaksin Covid, vaksin ini buatan Sinovac yang kita uji secara klinis di Bandung dari Agustus lalu," kata Jokowi dalam siaran pers-nya kemarin.
"Kita masih mengupayakan 1,8 juta dosis yang akan tiba awal Januari 2021. Selain vaksin dalam bentuk jadi, bulan ini akan tiba 15 juta dosis vaksin dan Januari 30 juta dosis dalam bentuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut oleh Bio Farma," tambah Jokowi.
Dalam sambutannya Jokowi juga menyampaikan penggunaan vaksin ini menunggu izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tentu saja ini menjadi kabar baik bagi pasar maupun ekonomi Indonesia ke depan terutama tahun 2021 mengingat performa keduanya masih nyungsep di sepanjang tahun ini akibat merebaknya pandemi.
Hari ini juga bertepatan dengan pengumuman data cadangan devisa Indonesia yang akan dirilis oleh Bank Indonesia (BI). Bank sentral nasional itu mencatat cadangan devisa bulan Oktober berada di US$ 133,7 miliar, turun US$ 1,5 miliar dibandingkan posisi akhir September.
Cadangan devisa untuk bulan November masih berpeluang untuk naik. Apalagi dibarengi dengan tren peningkatan ekspor dan kenaikan harga komoditas terutama untuk batu bara dan minyak sawit mentah (CPO) yang jadi komoditas unggulan Indonesia.
Trading Economics memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia untuk bulan November akan berada di US$ 136,2 miliar atau mengalami kenaikan sebesar US$ 2,5 miliar dibanding bulan Oktober.
Peningkatan cadangan devisa bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan dalam negeri. BI jadi memiliki lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak. Stabilitas rupiah dapat membuat investor asing lebih nyaman berinvestasi di Indonesia, karena risiko kerugian akibat kurs menjadi berkurang.
Selain Indonesia negara-negara lain yang juga akan menyampaikan posisi cadangan devisa bulan November pada hari ini antara lain Jepang, China dan Singapura.
Memasuki akhir tahun, secara musiman biasanya IHSG akan mencatatkan kinerja bulanan yang positif di bulan Desember dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tak terlepas dari adanya fenomena window dressing.
Seperti diketahui, window dressing merupakan manuver yang sering kali dilakukan oleh perusahaan terbuka atau fund manager seperti reksadana untuk 'mempercantik' kinerjanya.
Sejak tahun 2001-2019, IHSG selalu mencatatkan kinerja bulanan yang positif di Desember. Rata-rata return yang dihasilkan dalam kurun waktu tersebut adalah 4,4% (mom). Imbal hasil terendah yang tercatat sebesar 0,4% pada 2013 dan tertinggi sebesar 12,1% (mom) pada 2003.
Ini akan menjadi tenaga tambahan bagi IHSG untuk bisa menutup akhir tahun ini dengan kinerja yang ciamik sebelum menyongsong tahun 2021 yang diharapkan bakal lebih cerah dari tahun ini.
(twg)