
Dear Investor, Jadi Perlukah Aksi Ambil Untung Hari Ini?

Sentimen pasar hari ini secara umum baik, dengan beberapa emiten unggulan mengindikasikan dan bahkan mengumumkan rencana aksi korporasi strategis.
Ini semestinya menjadi bahan bakar yang cukup untuk kembali menghangatkan perdagangan bursa hari ini. Kecuali, pelaku pasar merasa insecure dan latah mengikuti jejak pemodal Amerika Serikat (AS) yang dini hari tadi buru-buru merealisasikan keuntungan.
Wall Street memang ditutup di jalur merah, dengan memakai rilis penjualan data ritel yang melemah 0,3% sebagai alasan atas aksi jual mereka. Pelaku pasar terlalu berekspektasi konsumsi masyarakat cepat terjadi, dengan konsensus pertumbuhan penjualan ritel nasional sebesar 0,5%.
Koreksi yang terjadi di bursa terbesar dunia tersebut bisa dipahami karena indeks Dow Jones sehari sebelumnya memang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa berkat eforia temuan vaksin.
Itulah yang menjadi pembeda antara kondisi bursa AS dan bursa saham nasional. Alih-alih mencetak rekor tertinggi seperti Dow Jones, IHSG sepanjang tahun berjalan terhitung minus 12,22% sehingga masih terbuka kue penguatan jika mengasumsikan ekonomi pulih tahun depan menyusul temuan vaksin di AS.
Rasio harga terhadap laba per saham (price to earning rato/PER) IHSG saat ini di level 11,6 kali, atau masih lebih rendah dari level sebelum pandemi yang berada di kisaran 14 kali. Artinya, harga saham-saham emiten kita masih terhitung diskon. Hal inilah yang memicu aksi beli pada perdagangan kemarin, yang terutama menimpa saham-saham unggulan.
Kondisi ini berpeluang berlanjut pada hari ini meski dengan skala yang lebih ringan. Pasalnya, tidak ada sentimen negatif yang menghantam psikologi pasar.
Saat ini, kasus aktif di Indonesia mencapai 59.000 atau 12,27%, jauh di atas kasus aktif dunia berdasarkan data Worldometers sebesar 28,04%. Tingkat kesembuhan di Indonesia juga lebih aik, yakni mencapai 84,02%, sementara angka kesembuhan di dunia di level 69,56%.
Di Eropa, gelombang kedua kenaikan kasus Covid juga dilaporkan melambat pagi ini, berkat pengetatan pembatasan sosial di Prancis, Belanda, dan Belgia. Kasus di Jerman, Spanyol, dan Italia kian stabil, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
![]() |
Di tengah indikasi pemulihan ekonomi tersebut, beberapa saham unggulan juga terindikasi bakal melakukan aksi korporasi besar seperti misalnya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang baru saja mengaudit laporan keuangan triwulan III-2020.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk telah mengumumkan masuk ke Gojek dengan injeksi senilai Rp 2,1 triliun, melalui PT Telkomsel. Jangan lupakan juga merger bank PT BCA syariah dengan PT Bank Interim yang menyehatkan anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tersebut dengan naiknya modal disetor menjadi Rp 2,25 triliun.
Namun, jika pelaku pasar tetap memilih buru-buru melakukan aksi ambil untung besar-besaran, ya apa daya..
(ags/ags)