Newsletter

Trump Jadi Penyelamat Hari Ini, Ketika Neraca Dagang Surplus

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
16 November 2020 06:31
ekspor
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Pada hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional, di mana konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi 4,5% pada Oktober 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara itu, impor diperkirakan ambles lebih dalam dengan kontraksi 18,6% YoY, sehingga berujung pada surplus neraca perdagangan sebesar US$ 2,22 miliar. Kali terakhir Indonesia membukukan defisit neraca perdagangan adalah pada April 2020. Selepas itu, surplus neraca perdagangan selalu dalam hitungan miliar dolar AS.

Surplus yang semestinya manis karena membantu mengurang defisit transaksi berjalan tersebut justru masih menjadi duri dalam perekonomian Indonesia karena mengindikasikan aktivitas ekonomi yang masih tersendat.

Pasalnya, komponen bahan baku dan barang modal mendominasi nilai impor kita dengan porsi mencapai 95%. Keduanya merupakan bahan adonan penting untuk manufaktur dan industri nasional. Ketika kedua komponen tersebut masih melemah, maka pesan yang tersurat adalah aktivitas manufaktur nasional masih tertekan.

Ini tentu menjadi kabar buruk bagi pelaku pasar. Jika tak ada sentimen pendukung yang bernada positif, IHSG pun berpeluang terkoreksi terutama setelah pada Jumat lalu ditutup menguat 2 poin (0,04%).

Kekhawatiran serupa menggema dari Wall Street setelah sepekan lalu menguat signifikan karena optimisme dari perkembangan vaksin Pfizer. Sepekan lalu, aliran dana investor yang masuk ke bursa saham AS mencapai US$ 45 miliar, menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah menurut Bank of America.

Terakhir, optimisme sebesar itu terjadi pada Januari 2018, menyambut pengumuman pemangkasan pajak oleh Presiden AS Donald Trump yang dilakukan pada Jumat pekan sebelum itu. Namun setelah itu, koreksi beruntun terjadi karena pasar mengevaluasi menilai kenaikan Senin tersebut adalah optimisme berlebihan karena ketiadaan sentimen positif lainnya.

Untuk kali ini, ada harapan sentimen positif masih bakal menyuntik pasar saham AS dan juga pasar saham global (termasuk Indonesia), setelah Trump secara resmi mengakui kekalahannya meski masih ngotot dirinya dicurangi.

Dalam cuitannya, Trump mengatakan bahwa " Dia (Biden) menang karena pilpres dicurangi". Meski demikian, di cuitan selanjutnya Trump kembali berujar bahwa "Kita akan Menang." Cuitan tersebut ditafsirkan sebagai pengakuan kemenangan Biden yang membuka peluang bahwa konflik politik bakal tak setinggi yang diperkirakan sebelumnya.

Sebanyak 97% suara telah dihitung, dan NBC News memperkirakan Biden akan mengantongi 306 suara elektoral, sementara Trump hanya mendapatkan 232 suara. Biden juga unggul dari perolehan suara rakyat, dengan selisih hingga 5 juta.

Sentimen positif juga bakal mengemuka dari Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) antara China, Jepang, Korea Selatan (Korsel), Australia dan Selandia Baru serta 10 negara ASEAN termasuk RI yang diteken pada Minggu (15/11/2020).

Perjanjian bebas ini mencakup hampir sepertiga dari populasi dunia (30% PDB) dan diprediksi akan menambah US$ 186 miliar ke ekonomi dunia.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular