
Hai Investor! Wall Street 'Kebakaran' Lho, IHSG Gimana?
![[DALAM] Rupiah Sentuh 30.000](https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/07/20/thumb-rupiah-sentuh-30000_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di hari pertama perpanjangan PSBB transisi DKI Jakarta, pasar keuangan domestik ditutup dengan kinerja yang positif. Aset-aset keuangan mulai dari saham, nilai tukar hingga obligasi pemerintah kompak menguat.
Ketika mayoritas bursa saham kawasan Asia terbenam di zona merah, indeks harga saham gabungan (IHSG) justru berhasil melenggang ke zona hijau di akhir sesi perdagangan.
Di sepanjang perdagangan, IHSG tak pernah terperosok ke zona merah. Dari awal sampai akhir, IHSG konsisten berada di zona apresiasi. IHSG pun ditutup naik 0,62% ke 5.144.
Asing pun terlihat mulai masuk ke aset ekuitas dalam negeri. Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 175 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 7,1 triliun.
Adanya aliran modal masuk (inflow) ke aset keuangan terutama saham juga membantu membuat nilai tukar rupiah menguat melawan dolar AS. Di arena pasar spot US$ 1 dibanderol Rp 14.630 atau menguat 0,14%.
Sementara jika mengacu pada kurs referensi Bank Indonesia (BI) yaitu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rupiah dipatok Rp 14.697/US$ menguat dibanding posisi akhir pekan lalu di Rp 14.738/US$.
Beralih ke pasar obligasi pemerintah RI, harga surat berharga negara (SBN) RI tenor 10 tahun mengalami penguatan. Hal ini tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) aset tersebut sebesar 1,8 basis poin ke level 6,611% pada hari ini.
Sehari sebelum perdagangan dibuka tepatnya di hari Minggu (25/10/2020), Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan bahwa PSBB di ibu kota akan diperpanjang sampai dua pekan ke depan terhitung per kemarin (26/10/2020).
Bahkan Anies mengatakan jika terjadi lonjakan kasus infeksi yang mengkhawatirkan di libur panjang pekan ini yang akan dimulai hari Rabu nanti, pihaknya tak segan untuk mengambil kebijakan rem darurat.
Perdagangan minggu ini memang sangat singkat, hanya berlangsung dua hari saja. Pemerintah telah menetapkan hari Rabu dan Jumat sebagai tanggal cuti bersama dan pada Kamis merupakan hari libur memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.
Beralih ke barat tepatnya bursa saham New York, tiga indeks saham utama Wall Street ditutup anjlok ke zona merah dini hari tadi. Ketiga indeks saham acuan terkoreksi dalam. S&P 500 ambles 1,86%, Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpangkas 2,29% sementara Nasdaq Composite terpangkas 1,64%.
Kasus infeksi Covid-19 di AS terus melonjak dan membuat pasar saham AS babak belur. Data kompilasi Universitas Johns Hopkins menunjukkan pertambahan kasus infeksi akibat virus Corona harian di AS telah meningkat menjadi rata-rata 68.767 kasus selama tujuh hari terakhir.
Ini adalah sebuah rekor. Pada hari Minggu saja, lebih dari 60.000 kasus dilaporkan. Paman Sam melaporkan lebih dari 83.000 infeksi baru pada hari Jumat dan Sabtu setelah wabah di negara bagian Sun Belt, melampaui rekor sebelumnya sekitar 77.300 kasus
"Bagi saya, ini adalah gelombang kedua pandemi," kata Frank Rybinski, kepala strategi makro di Aegon Asset Management. "Sampai kita berhasil memberantas virus, itu akan menjadi seperti awan abu-abu di pasar." tambahnya.
Melansir CNBC, Rybinski menambahkan bahwa perusahaannya telah "mengurangi risiko" dari portofolionya dalam beberapa bulan terakhir.
Optimisme seputar kesepakatan soal stimulus lanjutan Covid-19 juga meredup. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada CNBC dalam acara "Squawk Box" pada hari Senin bahwa pembicaraan telah melambat, tetapi ia menambahkan bahwa negosiasi masih berlangsung.
Ketua DPR Nancy Pelosi, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dalam semua undang-undang kami, kami telah menekankan pentingnya pengujian, tetapi Pemerintah tidak pernah menindaklanjuti.
"Pasar kemungkinan akan turun lebih rendah dalam waktu dekat (level support pertama S&P 500 di 3.209) dalam menghadapi kekecewaan Stimulus ... kebangkitan virus, dan meningkatnya ketidakpastian pemilihan," kata Julian Emanuel, ahli strategi di BTIG.
"Pukulan ganda dari RUU stimulus yang macet dan kenaikan kasus baru tertinggi adalah pengingat keras dari banyak kekhawatiran yang masih ada di luar sana," kata Ryan Detrick, kepala strategi pasar di LPL Financial.
"Sebagian besar data ekonomi baru-baru ini kuat, tetapi ketika Anda melihat sebagian Eropa kembali ke penutupan secara bergulir, itu mengingatkan kita bahwa pertarungan ini masih jauh dari selesai" pungkasnya.
Hari ini akan menjadi hari perdagangan terakhir pekan ini. Untuk itu, investor perlu mencermati berbagai sentimen yang bakal menggerakkan pasar. Baik kabar positif maupun negatif memang membanjiri pasar.
Sentimen pertama datang dari bursa saham New York yang ditutup kebakaran akibat negosiasi soal stimulus yang mandek dan kenaikan kasus infeksi Covid-19 di AS yang cetak rekor.
Anjloknya tiga indeks saham utama Wall Street secara signifikan menjadi sentimen buruk di pasar saham Asia yang bakal buka pada hari ini. Ada kemungkinan anjloknya Wall Street akan memantik aksi jual aset-aset ekuitas Asia tak terkecuali Indonesia.
Kasus infeksi Covid-19 secara global sudah tembus angka 43 juta lebih secara kumulatif. Angka kematian akibat penyakit ganas tersebut juga telah melampaui 1,15 juta orang.
AS, India & Brazil menjadi penyumbang kasus total terbanyak secara global dengan masing-masing lebih dari 5 juta kasus. Lonjakan kasus juga banyak terjadi di negara-negara Eropa belakangan ini seperti di Prancis, Spanyol, Inggris, Italia dan Jerman belakangan ini.
Negara-negara Eropa tersebut sejatinya sempat mencatatkan pertambahan jumlah kasus yang melandai. Namun kini harus menghadapi gelombang kedua yang menebar ancaman.
Kenaikan kasus yang signfikan juga bertepatan musim dingin yang biasa berlangsung akhir tahun. Banyaknya kasus baru yang tercatat terutama di Eropa telah membuat prospek pemulihan ekonomi menjadi penuh ketidakpastian.
Beralih ke kabar baiknya, kandidat vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca disebut mampu memicu timbulnya antibodi pada respon kekebalan tubuh lain berupa aktivasi sel T pada kelompok berisiko tinggi yakni lansia.
Saat ini vaksin yang dinamai AZD1222 atau ChAdOx1 nCoV-19 itu sedang berada di fase terakhir uji klinis. Uji klinis sempat dihentikan serempak di berbagai negara pada September lalu setelah seorang relawan di Inggris dilaporkan mengalami gangguan berupa peradangan pada sarafnya (myelitis transversal).
Bahkan belum lama otoritas kesehatan Brazil melaporkan salah satu dokter yang juga menjadi relawan uji kandidat vaksin tersebut dikabarkan meninggal dunia. Namun karena relawan tersebut tidak masuk ke dalam kelompok perlakuan dan tidak ada tanda membahayakan lain sehingga uji coba pun dilanjutkan.
Perkambangan vaksin yang positif setidaknya menjadi kabar bernada positif bagi pasar. Terlepas dari banyaknya perdebatan yang ada vaksin masih menjadi senjata yang dielu-elukan untuk menyelamatkan manusia dari serangan ganas patogen bernama SARS-CoV-2.
Banyak pihak menggantungkan harapan pada vaksin untuk mengembalikan kehidupan normal seperti sedia kala dan menggerakkan roda perekonomian yang sempat mati suri akibat lockdown.
Sentimen selanjutnya datang dari pemilu AS yang tinggal menghitung hari. Sebelum pemilu investor biasanya cenderung wait & see. Debat masing-masing kandidat presiden AS sudah berakhir.
Dalam berbagai poling nasional, Joe Biden dari Partai Demokrat lebih diunggulkan dari rivalnya dari Partai Republik yang juga kebetulan merupakan petahana yaitu Donald Trump.
Namun sistem pemilu di AS yang menggunakan lembaga pemilihan (electoral college) membuat poling berdasarkan popularitas tak bisa menjadi indikator yang kuat untuk memprediksi siapa yang bakal jadi presiden AS untuk empat tahun ke depan.
Pasar tampaknya mulai terbiasa dengan gagasan Biden akan memenangkan pertempuran sengit dalam pemilu tahun ini. Partai Demokrat yang cenderung lebih berani dalam merekomendasikan kebijakan stimulus bernominal besar berpotensi semakin mendevaluasi dolar AS.
Kebijakan fiskal ekspansif yang dibarengi dengan stance dovish bank sentral dan kebijakan moneter ultra longgar the Fed membuat injeksi likuiditas membanjiri pasar dan perekonomian.
Pasokan uang yang berlimpah dan era suku bunga murah di negara maju terutama di AS nantinya akan memicu terjadinya aliran modal ke negara-negara berkembang. Hal inilah yang membuat bank investasi global Morgan Stanley mengatakan ini saatnya untuk all in masuk ke mata uang dan aset kredit pasar berkembang.
Dalam laporan terbarunya, bank Wall Street itu menyukai real Brasil, peso Meksiko, dan peso Kolombia, dan telah memasuki posisi buy di rand Afrika Selatan dan rubel Rusia.
Lagipula mata uang yang disebut oleh Morgan Stanley sudah di-punish oleh pasar sehingga nilainya telah terdepresiasi sangat tajam di hadapan dolar AS sepanjang tahun ini.
Di pasar kredit Morgan Stanley mengatakan hal itu telah meningkatkan eksposur ke Afrika Selatan, Brasil, Mesir, Ghana, Ukraina, dan Pemex Meksiko.
Indonesia memang tidak disebut. Namun di Asia, Indonesia memang berpotensi bakal menadah aliran dana asing tersebut mengingat aset keuangan domestik masih memberikan imbal hasil yang menarik.
Suku bunga riil yang didapatkan dari pengurangan suku bunga acuan dengan inflasi di Indonesia masih berada di teritori positif. Yield obligasi pemerintah RI juga masih memberikan imbal hasil riil di kisaran angka 5%.
Pagi ini Korea Selatan juga akan mengumumkan pertumbuhan PDB kuartal ketiganya untuk pembacaan awal. Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng berada di -1,9% (yoy) di kuartal ketiga, membaik dari kuartal sebelumnya yang berada di -2,7% (yoy).
Apabila rilis data tersebut lebih baik dari konsensus, maka ini menjadi kabar positif untuk pasar karena mengindikasikan ekonomi mulai rebound pasca resesi global akibat lockdown.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data pertumbuhan PDB Korea Selatan Q3 2020 pembacaan awal (06.00 WIB)
- Rilis data laba industri China bulan September (08.30 WIB)
- Rilis data penjualan sepeda motor Indonesia bulan September (10.30 WIB)
- Rilis data pinjaman rumah tangga, korporasi dan pasokan uang bulan September Zona Euro (16.00 WIB)
- Rilis data pemesanan barang tahan lama AS bulan September (19.30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Nilai |
Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY) | -5,32% |
Inflasi (September 2020 YoY) | 1,42% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2020) | 4% |
Defisit Anggaran (APBN 2020) | -6,34% PDB |
Transaksi berjalan (kuartal II-2020) | -1,18% PDB |
Neraca pembayaran (kuartal II-2020) | US$ 9,24 miliar |
Cadangan devisa (September 2020) | US$ 135,15 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Suku Bunga Tinggi Sudah Tak Mengerikan Lagi, Tapi...