Newsletter

Kalau Trump Saja Bisa Kena Covid, Apa Kabar Kita-kita?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 October 2020 06:11
Infografis/Trump Positif Corona, Rival AS beri dukungan untuk kesembuhannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melewati pekan berat kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini bakal haus sentimen dominan, sehingga "dipaksa" untuk ikut memantau kabar kondisi kesehatan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang terjangkit virus Covid-19.

Indeks acuan bursa nasional itu pekan lalu melemah 0,39% ke 4.926,734. Dalam 5 hari perdagangan, IHSG hanya menguat 1 kali pada Kamis. Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 1,69 triliun.

Sentimen pekan lalu memang sedang buruk. Serangkaian data menunjukkan Indonesia kian berisiko mengalami resesi di kuartal III-2020. Pada Kamis (1/1/2020), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) September berujung pada deflasi secara bulanan (month-to-month/MtM) sebesar -0,05%.

Ini menjadi yang ketiga dalam 3 bulan beruntun, di mana deflasi tidak terputus sepanjang kuartal III-2020. Angka yang dilaporkan BPS tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu deflasi 0,03% MtM.

Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 1,42%, tidak jauh dari konsensus pasar yang memperkirakan level 1,43%. Kemudian inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) adalah 0,89%. Artinya, daya konsumsi masyarakat yang menyumbang separuh lebih ekonomi nasional masih belum pulih.

Pasar pun khawatir bahwa kondisi ekonomi bakal memburuk pada kuartal ketiga. Pada kuartal II-2020 lalu, produk domestik bruto (PDB) Indonesia terkontraksi 5,3% year-on-year (YoY), dan kini pasar memperkirakan kontraksi bakal masih dalam pada kuartal III-2020.

Markit juga melaporkan sektor manufaktur Indonesia terkontraksi lagi. Aktivitas manufaktur yang tercermin oleh Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) pada September 2020 berada di 47,2 atau turun dari bulan sebelumnya (50,8). PMI memakai angka 50 sebagai titik awal. Kalau di bawah 50 berarti kontraksi, di atas 50 berarti ekspansi.

Di pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar terkoreksi, dengan kenaikan yield sebesar 10,4 basis poin ke 5,783%. Ini merupakan koreksi terdalam dibandingkan dengan seri yang lain.

Penguatan harga terjadi pada SBN di tiga tenor yakni 3 tahun, 5 tahun, dan 20 tahun. SBN 3 tahun mencatatkan reli harga terbesar, yang terlihat dari penurunan yield-nya sebesar 8,8 basis poin menjadi 5,078%. Untuk diketahui pergerakan yield dan harga SBN berlawanan arah, saat harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.

Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah sepanjang pekan lalu menguat tipis sebesar 0,1% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.830/US$. Jika ditarik lebih ke belakang, rupiah sebenarnya dalam tren pelemahan meski tidak bergejolak seperti yang pernah terjadi pada bulan Maret lalu.

Sentimen buruk datang dari Barat pada Jumat pekan lalu di mana Trump dan istrinya Melania Trump dinyatakan positif terjangkit Covid-19, setelah sebelumnya ajudan Hope Hicks dilaporkan positif.

Kasus Covid-19 global kini sudah tembus angka 34 juta orang lebih. Angka kematian juga sudah berada di atas 1 juta. Lonjakan kasus di beberapa tempat di Eropa dan AS memaksa beberapa negara seperti Spanyol dan Inggris mulai memikirkan langkah karantina wilayah (lockdown) lagi.

Ketika Trump mencuit pesan bahwa dia dan sang istri terpapar Covid-19, bursa saham mengalami koreksi besar-besaran. Indeks S&P 500 ditutup melemah 1%, setelah pekan sebelumnya menguat 1,5%. Pasar memantau ketat perkembangan mantan taipan properti yang bantng setir jadi politisi tersebut.

Terbaru, kondisi Trump yang dirawat di Rumah Sakit Walter Reed dikabarkan membaik. Dokter kepresidenan Sean Conley, pada Sabtu waktu setempat mengatakan bahwa tim medis yang berjaga sangat senang melihat perkembangan kesehatan presiden.

"Pada hari Kamis ia menderita batuk ringan dan hidung mampet serta kelelahan. Sekarang semuanya sudah diatasi dan kondisinya membaik," katannya sebagaimana dilansir CNBC International

Namun, pernyataan Conley berbeda dengan seorang sumber dari Gedung Putih. "Kondisi vital presiden dalam 24 jam terakhir sangat mengkhawatirkan, dan 48 jam ke depan menjadi sangat penting dalam hal perawatannya," kata sumber tersebut kepada beberapa wartawan yang bertugas meliput Gedung Putih.

"Kita belum berada pada posisi penyembuhan total," kata sumber tersebut sebagaimana dilansir CNBC International. Kondisi ini pun membuat agenda piilpres menjadi berantakan. Jadwal debat pilpres masih belum dipastikan sampai sekarang. 

Penantang Trump, yakni mantan Wakil Presiden AS Joe Biden sejauh ini mengungguli Trump dalam polling setelah debat pertama pada Selasa malam waktu setempat, pekan lalu. Tidak heran, muncul kecurigaan bahwa Trump hanya bersandiwara dengan sakitnya tersebut, sebagaimana disebutkan aktivis cum sutradara Michael Moore. 

Pelaku pasar kurang gembira dengan rencana Biden menaikkan tarif pajak jika dia terpilih nanti, tetapi rencananya untuk menggenjot infrastruktur dinilai sebagai sentimen yang positif. Program Trump yakni penurunan tarif pajak lebih disukai pasar, tetapi kondisi perekonomian masih buruk karena dampak pandemi corona yang masih berlarut-larut.

Pasar juga memandang bahwa stimulus yang kini digodok bakal segera keluar setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi meminta maskapai penerbangan untuk tak memecat karyawannya. Dia berjanji akan membuat paket tersendiri atau paket penyelamatan yang bahkan lebih besar untuk menolong industri tersebut.

DPR mengajukan paket stimulus senilai US$ 2,2 triliun pekan ini, tapi belum disetujui faksi Partai Republik. Menteri Keuangan Steven Mnuchin yang didukung faksi Partai Republik mengajukan angka US$ 1,6 triliun.

Di luar itu, pelaku pasar juga memantau pidato Ketua The Fed Jerome Powell di forum Asosasi Nasional Ekonom Bisnis (National Association of Business Economists). Dia diperkirakan bakal mendorong stimulus disahkan untuk membantu pemulihan ekonomi.

Data tenaga kerja terbaru masih mengirimkan sinyal bahwa ekonomi belum bisa berbalik menguat sebagaimana perkiraan. Hanya ada 661.000 lapangan kerja yang tercipta pada September, atau jauh di bawah ekspektsi sebanyak 800.000 posisi.

Pelaku pasar hari ini bakal memantau kemajuan kesehatan Presiden AS Donald Trump dan paket stimulus fiskal yang sudah lama menjadi fokus pasar. Sejauh ini, pertaruhannya masih positif. Trump diperkirakan baik-baik saja, sehingga investor global mengambil pertaruhan bahwa Wall Street bakal menghijau.

Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerikat Serikat (AS) pun menguat tipis sebesar 150 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdag juga naik tipis, masing-masing sebesar 0,4% dan 0,5%.

Trump kini ditangani tim medis di Walter Reed National Military Medical Center dan dilaporkan membaik kondisinya. Namun sempat beredar kabar bahwa kondisinya buruk hingga dia memerlukan alat bantu dan harus dipindahkan ke rumah sakit.

"Pasar akan memantau update dari staf medis Gedung Putih dan akan memantau bagaimana presiden berkomunikasi dengan publik," tutur Julian Emanuel, Kepala Ekuitas & Derivatif BTIG sebagaimana dikutip CNBC International.

Fakta sakitnya Trump bisa memperburuk keyakinan pasar dan memperlambat kemajuan atau pemulihan ekonomi yang sekarang dicapai. Pasalnya, jika orang nomor satu di AS saja bisa terpapar corona, apalagi ente-ente, atau kite-kite?

Oleh karena itu, kondisi Trump memicu kekhawatiran pasar bahwa publik di AS bakal kian parno dan memilih berdiam diri di rumah ketimbang berbelanja atau makan malam di luar. Jika ini terjadi, maka konsumsi masyarakat AS yang menyumbang sektar 70% Produk Domestk Bruto (PDB) bakal tertekan.

Saat ini status Trump dan Melania dilaporkan dalam kondisi menengah, tetapi pasar ingin mengetahui bagamana kondisi terbarunya dan sejauh mana itu akan memengaruhi pemilihan presiden (pilpres).

Dari situasi ekonomi global, pasar akan memantau hasil survei PMI sektor jasa dari negara maju, mulai dari AS dan negara-negara Uni Eropa. Rilis ini bakal menunjukkan kondisi sektor jasa di negara maju tersebut dan menjadi parameter untuk mengukur sejauh mana pandemi memukul perekonomian.

Sebagaimana diketahui, sektor jasa merupakan sektor yang paling terpukul oleh kondisi abnormalitas aktivitas distribusi dan konsumsi massyarakat, karena maraknya karantina wilayah (lockdown) di banyak negara baik dalam skala parsial maupun total guna mengatasi efek pandemi.

Dari dalam negeri, kita akan melihat bagaimana pasar merespons keputusan pemerintah dan Dewn Perwakilan Rakyat (DPR) yang menyelamatkan Jiwasraya dengan suntikan senilai Rp 22 triliun setelah diterpa skandal saham gorengan dan produk investasi kontroversial berskema saving plan.

Sebagai salah satu investor institusi di bursa, keberadaan Jiwasraya yang dipertahankan tentu memberikan harapan bahwa likuiditas pasar akan bertambah karena mereka masih bisa memutar dana kelolannya ke pasar modal.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Tingkat Pengangguran Jepang Bulan Agustus (6:30 WIB)
  2. RUPST PT Bank Jago Tbk (14:00 WIB)
  3. Rilis PMI Inggris Sektor Jasa per September (15:00 WIB)
  4. Rilis PMI Uni Eropa Sektor Jasa per September (15:00 WIB)
  5. Penjualan ritel Uni Eropa (16:00 WIB)
  6. Rilis PMI AS Sektor Jasa per September (21:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (September 2020 YoY)

1,34%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (September 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2020)

US$ 137,04 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular