Newsletter

Kalau Trump Saja Bisa Kena Covid, Apa Kabar Kita-kita?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
05 October 2020 06:11
Pasien OTG Covid-19 ikuti senam pagi di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. AP/Achmad Ibrahim
Foto: Pasien OTG Covid-19 ikuti senam pagi di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi. AP/Achmad Ibrahim

Pelaku pasar hari ini bakal memantau kemajuan kesehatan Presiden AS Donald Trump dan paket stimulus fiskal yang sudah lama menjadi fokus pasar. Sejauh ini, pertaruhannya masih positif. Trump diperkirakan baik-baik saja, sehingga investor global mengambil pertaruhan bahwa Wall Street bakal menghijau.

Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerikat Serikat (AS) pun menguat tipis sebesar 150 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdag juga naik tipis, masing-masing sebesar 0,4% dan 0,5%.

Trump kini ditangani tim medis di Walter Reed National Military Medical Center dan dilaporkan membaik kondisinya. Namun sempat beredar kabar bahwa kondisinya buruk hingga dia memerlukan alat bantu dan harus dipindahkan ke rumah sakit.

"Pasar akan memantau update dari staf medis Gedung Putih dan akan memantau bagaimana presiden berkomunikasi dengan publik," tutur Julian Emanuel, Kepala Ekuitas & Derivatif BTIG sebagaimana dikutip CNBC International.

Fakta sakitnya Trump bisa memperburuk keyakinan pasar dan memperlambat kemajuan atau pemulihan ekonomi yang sekarang dicapai. Pasalnya, jika orang nomor satu di AS saja bisa terpapar corona, apalagi ente-ente, atau kite-kite?

Oleh karena itu, kondisi Trump memicu kekhawatiran pasar bahwa publik di AS bakal kian parno dan memilih berdiam diri di rumah ketimbang berbelanja atau makan malam di luar. Jika ini terjadi, maka konsumsi masyarakat AS yang menyumbang sektar 70% Produk Domestk Bruto (PDB) bakal tertekan.

Saat ini status Trump dan Melania dilaporkan dalam kondisi menengah, tetapi pasar ingin mengetahui bagamana kondisi terbarunya dan sejauh mana itu akan memengaruhi pemilihan presiden (pilpres).

Dari situasi ekonomi global, pasar akan memantau hasil survei PMI sektor jasa dari negara maju, mulai dari AS dan negara-negara Uni Eropa. Rilis ini bakal menunjukkan kondisi sektor jasa di negara maju tersebut dan menjadi parameter untuk mengukur sejauh mana pandemi memukul perekonomian.

Sebagaimana diketahui, sektor jasa merupakan sektor yang paling terpukul oleh kondisi abnormalitas aktivitas distribusi dan konsumsi massyarakat, karena maraknya karantina wilayah (lockdown) di banyak negara baik dalam skala parsial maupun total guna mengatasi efek pandemi.

Dari dalam negeri, kita akan melihat bagaimana pasar merespons keputusan pemerintah dan Dewn Perwakilan Rakyat (DPR) yang menyelamatkan Jiwasraya dengan suntikan senilai Rp 22 triliun setelah diterpa skandal saham gorengan dan produk investasi kontroversial berskema saving plan.

Sebagai salah satu investor institusi di bursa, keberadaan Jiwasraya yang dipertahankan tentu memberikan harapan bahwa likuiditas pasar akan bertambah karena mereka masih bisa memutar dana kelolannya ke pasar modal.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular