Newsletter

Semua Mata Tertuju ke Trump-Biden, Apa Kabar IHSG?

Tri Putra, CNBC Indonesia
30 September 2020 06:11
IHSG
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba drop parah jelang akhir perdagangan kemarin (29/9/20). Pada penutupan perdagangan hari ini (29/9/20), IHSG drop 0,56% ke level 4.879,09 setelah sebelumnya sempat hijau 0,89%.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 445 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,9 triliun.

IHSG berbalik arah mengekor bursa Benua Biru yang dibuka merah tercatat indeks DAX di Jerman anjlok hingga 0,79% sedangkan Indeks FTSE di Inggris anjlok hingga 1,16%

Penurunan dua indeks besar Benua Biru setelah ketakutan pasar akan kembali melesatnya angka penularan kasus Covid-19 harian yang tentu saja akan menyebabkan macetnya perekonomian apalagi di tengah negosiasi akan keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa alias Brexit.

Negosiator dari Uni Eropa memberikan sinyal bahwa mereka akan memulai peraturan dagang dengan Britania Raya seperti dilaporkan oleh The Times.

Kepala Negosiator Uni Eropa Michel Barnier siap menyelesaikan negosiasi perdagangan bebas dengan Britania Raya setelah Britania Raya keluar dari EU Januari silam dan sedang dalam proses negosiasi utamanya tentang perdagangan dengan negara-negara Uni Eropa terutama mengenai isu sensitif tentang batas negara Irlandia.

Selain itu ketidakpastian pasar jelang debat kepresidenan pertama antara Presiden AS Donald Trump dengan Calon Presiden dari Partai Demokrat Joe Biden menyebabkan investor menjauhi pasar saham, yang ditunjukkan dengan anjloknya kontrak berjangka Dow Futures sebanyak 0,27% saat penutupan IHSG.

Sedangkan, nilai tukar rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (29/9/2020), tetapi di penutupan hanya mampu menguat tipis.

Hanya saja di pasar non-deliverable forward (NDF) luar negeri, mata uang Garuda justru mampu menguat cukup tajam, artinya sentimen dari dalam negeri menjadi penghambat laju rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.850/US$, dan sempat menguat 0,07% ke Rp 14.840/US$. Tetapi kurang dari tempo 1 jam, rupiah sudah balik melemah 0,34% ke Rp 14.900/US$.

Tidak lama kemudian, rupiah kembali stagnan di Rp 14.850/US$ dan bertahan di level tersebut sepanjang perdagangan, sebelum menguat tipis 0,03% ke Rp 14.845/US$ di penutupan perdagangan.

Sedangkan harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan Selasa (29/9/2020) kompak ditutup melemah. Semua SBN cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di semua tenor SBN.

Kenaikan yield tertinggi tercatat di SBN dengan tenor 5 tahun yang naik 6 basis poin ke level 5,744% dan SBN acuan tenor 10 tahun. Sedangkan, kenaikan yield terendah terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun yang naik 0,8 basis poin ke 7,467%.

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara menguat 6 basis poin ke level 6,975% pada hari ini.

Beralih ke bursa efek acuan dunia negeri Paman Sam, Wall Street ditutup memerah pada penutupan dini hari tadi (30/9/20). Dow Jones terdepresiasi 0,48%, S&P 200 turun0,49%, sedangkan Nasdaq anjlok 0,29% setelah meningkatnya kasus corona kembali membuat takut para pelaku pasar.

Gubernur New York, Andrew Cuomo mengatakan negara bagian-nya kembali memperlihatkan tren kenaikan angka positivity rate dan walikota New York City, Bill de Blasio mengatakan presentase kasus positif dari jumlah test mencapai angka 3%, pertama kali dalam sebulan terakhir.

Sektor finansial yang kemarin melesat, kembali terkoreksi setelah investor ketakutan dan melarikan dananya karena kenaikan kasus corona berarti prospek pemulihan ekonomi akan semakin kabur.

Morgan Stanley dan Citigroup terkoreksi lebih dari 2% sedangkan Bank if America terkoreksi 1%.

Sektor maskapai penerbangan juga menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak hari ini setelah pasar kembali menilai bahwa kongres akan kesulitan dalam menyetujui anggaran paket bantuan sebesar 2,4 juta US$ yang di ajukan.

Paket ini sendiri akan memberikan bantuan subsidi pengangguran, suntikan dana langsung ke rumah tangga, hutang kepada bisnis-bisnis kecil, dan bantuan terhadap sektor penerbangan yang terpukul parah pasca diserang pandemi Covid-19.

United Airlines dan American Airlines terpaksa anjlok 4% sementara itu Delta Airlines terkoreksi 2%.

Sentimen yang pertama dan terutama pada perdagangan hari ini tentunya datang dari debat pertama presiden AS Donald Trump melawan kandidat presiden dari partai Demokrat yakni Joe Biden dalam debat pertama dari tiga debat menuju kursi presiden. Pemilu di AS sendiri tinggal 36 hari lagi.

Debat pertama ini akan menjawab pandangan kedua calon terhadap kebijakan mengenai kesehatan di tengah pandemi corona yang, kekacauan keamanan negara akibat isu diskriminasi ras dan imigrasi.

Trump juga mungkin akan mendapat pertanyaan mengenai pajaknya setelah media The New York Times merilis berita yang mengejutkan pada Minggu (27/9/20) yang menunjukkan bahwa selama 2 dekade presiden AS tersebut tidak membayar pajak dan hanya membayar US$ 750 ketika terpilih menjadi presiden.

Walaupun berita tersebut nampaknya tidak berefek terhadap pasar modal akan tetapi skandal-skandal selanjutnya tentu saja dapat berakibat buruk bagi pasar modal terutama apabila terjadi pada detik-detik akhir pemilu.

Sentimen selanjutnya datang dari Rilis data ekonomi AS, yakni angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebenarnya menunjukkan hal yang positif yang menunjukkan bahwa para konsumer tetap kuat dan mampu bertahan meski stimulus dan bantuan bagi para pengangguran sudah dihentikan pemerintah.

IKK AS terbang ke angka 101,8 pada September naik dari angka 84,8 pada Agustus, kenaikan ini bahkan jauh melampaui konsensus yang memprediksikan IKK hanya berada di angka 90.

"Kenaikan keyakinan konsumen pada bulan ini memang sesuai ekspektasi, akan tetapi besarnya kenaikan tersebut ternyata mengejutkan." Ujar rilis Investment Bank Jefferies

"Apakah karena Presiden AS, Donald Trump yang mengembalikan sebagian subsidi corona, atau karena kekuatan fundamental akan pemulihan ekonomi, hal ini menyebabkan keyakinan konsumen berhasil terbang pada bulan ini."

Selanjutnya data-data ekonomi AS seperti pembacaan ketiga GDP AS kuartal ke dua sepertinya tidak akan berubah di angka -31,7%, pembacaan ketiga ini akan memasukkan data GDP AS per industri yang pertama kali dirilis dan tentunya akan dinanti oleh para pelaku pasar untuk menilai manakah industri yang kebal corona.

Meskipun prospek pasar saham global negatif beberapa sentimen lokal yang mampu mengangkat IHSG diantaranya adalah kabar mengenai Himpunan Bank negara (Himbara) yang kembali mendapatkan dana tambahan sebesar Rp 17,5 triliun setelah sebelumnya telah ditempatkan dana Rp 30 triliun pada tahap I. Hal ini bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 

Secara rinci, dengan tambahan penempatan dana sebesar Rp 17,5 triliun tersebut diberikan kepada Bank Mandiri Rp 5 triliun,BRI Rp 5 triliun, BTN Rp 5 triliun, sehingga total Rp 15 triliun, sedangkan BNI Rp 2,5 triliun.

Diketahui perbankan besar menjadi tulang punggung indeks acuan nasional IHSG sehingga apabila perbankan menghijau maka kemungkinan besar IHSG akan menghijau pula.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Produksi Industri Jepang Bulan Agustus (6:50 WIB)
  2. Penjualan Ritel Jepang Bulan Agustus (6:50 WIB)
  3. Debat Kepresidenan Amerika Serikat (8:00 WIB)
  4. Caixin PMI Manufaktur China Bulan September (8:45 WIB)
  5. Tingkat Pengangguran Jerman Bulan Agustus (13:00 WIB)
  6. Penjualan Ritel Jerman Bulan Agustus (13:00 WIB)
  7. Pembacaan Final GDP AS Q2 (19:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (Agustus 2020 YoY)

1,32%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2020)

4%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2020)

US$ 137,04 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular