Newsletter

Rupiah Sudah Lama Dilibas Dolar AS, Mau Sampai Kapan Bung?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 September 2020 06:10
Aktivitas Pelabuhan Sunda Kelapa
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Untuk perdagangan hari ini, investor dan trader perlu mencermati sejumlah sentimen yang bakal menggerakkan pasar keuangan. Sentimen pertama datang dari bursa saham AS. Penguatan tiga indeks utama Wall Street diharapkan mampu menular ke bursa Benua Kuning yang akan buka pagi ini. 

Sentimen kedua datang dari data ekonomi terutama untuk ekspor dan impor yang bakal dirilis oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Tiga puluh menit jelang istirahat sesi I perdagangan, BPS akan mengumumkan nilai ekspor dan impor RI untuk bulan Agustus ini.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan ekspor dan impor bulan Agustus masih akan terkontraksi. Namun kontraksinya mulai melandai. Penurunan impor diperkirakan bakal lebih dalam dari ekspor sehingga neraca dagang diprediksi masih akan surplus.

Nilai median ekspor diramal turun 6,5% (yoy), sementara untuk impor drop 18,78% (yoy) dan neraca dagang akan mengalami surplus sebesar US$ 2,11 miliar untuk periode Agustus.

Institusi

Pertumbuhan Ekspor (%YoY)

Pertumbuhan Impor (%Yoy)

Neraca Perdagangan (US$ Juta)

ING

-10.2

-25.3

2180

Citi

-6.5

-16.5

1800

BNI Sekuritas

-1.26

-14.6

1839.1

BCA

-14.3

-24.7

1590

Maybank Indonesia

-5.08

-18.78

2045

Standard Chartered

-9.2

-27.9

2732

Bank Permata

-7.69

-22.88

2238

Trading Economics

-

-

2500

Mirae Asset

4

-17

3090

Danareksa Research Institute

-1.95

-12.78

1624

MEDIAN

-6.5

-18.78

2112.5

Neraca dagang boleh surplus, tetapi ini bukan kabar gembira lantaran pelemahan permintaan global membuat ekspor tertekan. Sementara itu, konsumsi domestik serta belum beroperasinya pabrik manufakur secara penuh juga menekan impor. 

Melihat fakta ini, resesi adalah suatu keniscayaan bagi RI. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa kali mengatakan bahwa perekonomian di kuartal III kemungkinan masih akan berada di zona negatif. Namun, kontraksinya memang tidak akan sedalam di kuartal II lalu.

Para pengamat ekonomi tanah air bahkan menegaskan saat ini Indonesia sudah berada di jurang resesi. Hanya tinggal menunggu waktu pengumuman perekonomian kuartal III saja sebagai penegasan.

Faktor selanjutnya yang juga perlu dicermati adalah pergerakan dolar AS. Jelang rapat komite pengambil kebijakan bank sentral AS the Fed, indeks dolar yang mengukur keperkasaan mata uang Paman Sam itu melemah.

Bank sentral paling berpengaruh di seluruh dunia itu akan menerapkan sasaran inflasi rata-rata sebagai bagian dari kebijakan moneternya. The Fed akan membiarkan inflasi lebih tinggi selama secara rata-rata kisaran inflasi berada di angka 2%. Untuk mencapainya suku bunga rendah masih akan ditahan lebih lama lagi.

Suku bunga yang rendah dan inflasi berarti akan memicu devaluasi dolar AS. Pada akhirnya dolar AS pun melemah dan diharapkan bisa menjadi sentimen positif untuk rupiah, asalkan aliran dana keluar dari pasar keuangan domestik mampu diredam.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular