Newsletter

Gaduh Soal Nasib BI Mereda, Mari Fokus Belanja!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 September 2020 06:20
Ilustrasi Supermarket (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Supermarket (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Ada harapan bahwa kegaduhan kemarin akibat wacana pendiskonan independensi BI-sebagaimana termaktub dalam draf Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Reformasi Sistem Keuangan-bakal segera berakhir.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji bahwa BI akan tetap independen. Seperti dikutip dari Reuters, Jokowi mengatakan bahwa pihaknya tidak berencana mengeluarkan Perpu yang akan mengubah wewenang BI selama ini.

Sebelumnya, ramai diberitakan mengenai adanya Dewan Moneter, yang bakal diketuai Menteri Keuangan, dalam draf RUU. Yang menjadi perkara, BI akan dibawahi Dewan Moneter dan ketentuan soal "pihak lain tidak bisa ikut campur dalam pelaksanaan tugas BI" dihapus.

Seiring dengan klarifikasi Jokowi tersebut, pelaku pasar pun bisa bernafas lega dan fokus memburu saham unggulan yang tertekan akibat kegaduhan tersebut kemarin. Harap dicatat, Wall Street telah meroket 2,4% dalam dua hari terakhir sedangkan IHSG baru naik 1,6%.

Perhatikan rilis data Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) sektor jasa AS dan Uni Eropa. Jika ada sinyal ekspansi, mengonfirmasi pemulihan ekonomi di negara maju, maka penguatan bursa tidak akan terbendung.

Konsensus yang dhimpun Tradingeconomics menyebutka bahwa indeks PMI sektor Jasa AS per Agustus (versi Markit) akan berada di level 54,8 alias lebih besar dari posisi Juli yang di angka 50. Artinya, optimisme pelaku usaha di sektor jasa AS kian meningkat yang mengindikasikan bakal ada ekspansi di sektor tersebut.

Sebelumnya, Institute for Supply Management (ISM) menyebutkan PMI sektor manufaktur AS per Agustus berada di level 56, atau yang tertinggi dalam 19 bulan terakhir. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi manufaktur, dan sebaliknya di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Untuk hari ini, harga saham terkait komoditas minyak bakal cenderung dihindari. Pasalnya, harga minyak anjlok lebih dari 2% menyusul koreksi permintaan bensin di AS sepekan terakhir. Investor mengabaikan data penurunan stok minyak AS sehari yang lalu.

Kemarin American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah AS Agustus berkurang 6,36 juta barel, melanjutkan penurunan pada Juli sebesar 4,5 juta barel. Namun hari ini, Energy Information Administraton (EIA) mengumumkan bahwa permintaan bensin di AS turun ke 8,78 juta barel per hari (bph), dari posisi sepekan sebelumnya 9,16 juta bph.

Akibatnya harga minyak jenis Brent turun US$ 1,15 per barel, atau 2,5%, menjadi US$ 44,43 per barel, menghentikan kenaikan harga 2 hari sebelumnya. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WI) melemah US$ 1,25 per barel (-2,9%) menjadi US$ 41,51 per barel.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular