
Reli Wall Street Terhenti, Awas Kepeleset Seperti Emas!

Kinerja Wall Street yang tak apik dini hari jelas menjadi sentimen negatif untuk bursa saham Asia termasuk Indonesia yang akan buka pada pagi hari ini. Untuk itu investor perlu lebih berhati-hati dan mencermati berbagai sentimen lain yang menjadi penggerak pasar pada perdagangan hari ini.
Sentimen pertama yang perlu dicermati tentunya seputar perkembangan pandemi Covid-19. Data John Hopkins University CSSE menunjukkan penderita Covid-19 secara global sudah mencapai angka lebih dari 20 juta orang. Setidaknya ada 738 orang yang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit ganas tersebut.
Seperti yang diketahui bersama, pandemi Covid-19 menjadi risiko terbesar bagi perekonomian abad ini. Lockdown secara masif untuk mengendalikan penyebaran wabah telah menimbulkan konsekuensi serius berupa resesi global terparah sejak depresi hebat 1930.
Saat ini dunia tengah berlomba untuk mengembangkan vaksin penangkal patogen berbahaya yang awal mulanya ditemukan di Wuhan, China bagian tengah tersebut. Kemajuan yang pesat dalam pengembangan vaksin memicu pasar keuangan menjadi bergairah.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Rusia bakal menjadi negara pertama yang menemukan vaksin corona. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa vaksin yang dikembangkan Rusia tersebut telah disuntikkan kepada anaknya.
Belum ada publikasi resmi atau data ilmiah yang menunjukkan keamanan dan efektivitas vaksin yang diceritakan Putin tersebut sehingga menimbulkan pandangan skeptis dari banyak pihak.
Selain terkait perkembangan pandemi, investor juga perlu mencermati perkembangan hubungan Washington-Beijing yang semakin hari semakin panas.
Setelah pekan lalu pemerintahan Donald Trump memberikan sanksi ekonomi bagi 11 pejabat eksekutif China, kini giliran China yang melakukan aksi balasan dengan memberikan sanksi kepada 11 anggota parlemen AS seperti senator Ted Cruz, Marco Rubio and Tom Cotton.
Kisruh bilateral antara duo raksasa ekonomi global ini semakin membuat kondisi ekonomi global tertekan. Prospek pemulihan ekonomi ke depan suram dan penuh ketidakpatian.
Risiko ketidakpastian yang tinggi pada akhirnya bisa memicu volatilitas yang tinggi pula di pasar keuangan.
Sentimen lain yang perlu dicermati adalah penguatan dolar AS. Indeks dolar mulai bangkit dari posisi terlemahnya dalam dua tahun terakhir pada akhir pekan lalu. Keperkasaan greenback ini membuat rupiah berhasil bertekuk lutut.
Tak hanya rupiah saja yang dilibas oleh dolar AS, tetapi juga emas yang terus mencatatkan reli dalam sembilan pekan terakhir. Harga logam mulia tersebut akhirnya jatuh ke bawah US$ 2.000/troy ons akibat dolar AS yang begitu tangguh.
Penguatan dolar AS ini perlu diwaspadai karena bisa memperburuk kinerja rupiah serta menjadi sentimen negatif di pasar keuangan domestik.
(twg/twg)