Newsletter

Jangan Takut Resesi! Amerika Serikat Saja Pernah 33 Kali...

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 July 2020 06:05
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Pemerintah Singapura pada hari Selasa melaporkan perekonomian mengalami kontraksi di kuartal II-2020. Tidak tanggung-tanggung produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2020 minus 41,2% quarter-to-quarter (QtQ) setelah minus 3,3% di kuartal I-2020. Kontraksi pada periode April-Juni tersebut lebih buruk dari konsensus di Trading Economic sebesar -37,4%.

Sementara secara tahunan atau year-on-year (YoY) PDB minus 12,6%, juga lebih buruk dari konsensus minus 10,5% YoY. Tidak hanya lebih buruk dari konsensus, PDB tersebut juga terburuk sepanjang sejarah Negeri Merlion. Di kuartal I-2020, PDB mengalami kontraksi tipis -0,3% YoY.

Sehingga, Singapura sah mengalami resesi. Terakhir kali Singapura mengalami resesi pada tahun 2008 saat krisis finansial global.

Namun, pada periode yang sama Indeks Strait Times Singapura justru menguat nyaris 5% dan dolar Singapura menguat 2%.

Dalam kasus pandemi Covid-19, resesi di beberapa negara tak terelakkan, maklum saja kebijakan social distancing hingga lockdown membuat roda bisnis mati suri. Tetapi ketika virus corona bisa dikendalikan, roda tersebut perlahan akan kembali berputar sehingga perekonomian akan bangkit. Apalagi jika virus corona berhasil dihilangkan, niscaya pertumbuhan ekonomi akan kembali melesat.

Sehingga tidak perlu takut menghadapi resesi, yang perlu ditakuti adalah penyebaran virus corona yang tidak terkendali. Banyak perusahaan sedang berlomba membuat vaksin virus corona, dan di pekan ini banyak kabar menggembirakan.

Terbaru vaksin perusahaan buatan Swedia-Inggris AstraZeneca dan Universitas Oxford yang disebut AZD1222 telah memasuki tahap uji coba manusia Fase III. Uji coba skala besar itu telah dilakukan untuk menilai apakah vaksin dapat melindungi dari Covid-19, dan hasilnya akan dipublikasikan pada 20 Juli. 

Sementara dari dalam negeri, PT Bio Farma akan segera melakukan uji klinis fase tiga pada Juli 2020, setelah pengembangan vaksin Covid-19 bersama Sinovac Biotech Ltd berjalan cukup efektif dalam beberapa waktu terakhir.

Hal tersebut dikemukakan Direktur Utama Bio Farma Honseti Basyir dalam konferensi pers bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait yang disiarkan langsung Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (16/7/2002).

"Kami berencana melakukan uji klinis tahap tiga, bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, dan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan," kata Honseti.

Jika vaksin pada akhirnya benar-benar ditemukan dan diproduksi masal, maka kebangkitan ekonomi global akan segera terjadi.

Guna memutar kembali roda perekonomian, pemerintah Indonesia sudah menggelontorkan stimulus fiskal, sementara Bank Indonesia (BI) dengan stimiulus moneternya.

Kemarin, BI memangkas lagi suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4%, sesuai dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Youtube Resmi Bank Indonesia, Kamis (16/7/2020).

"Keputusan ini juga mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas nilai tukar," kata Perry.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga BI sebelumnya membuat rupiah tertekan. Kemarin rupiah merosot 1,39%.

Penurunan suku bunga dapat membantu perekonomian berputar lebih cepat dan segera bangkit dari kemerosotan akibat pandemi (Covid-19). Hal ini tentunya memberikan efek positif ke IHSG.

Di sisi lain saat suku bunga dipangkas, yield Surat Berharga Negara (SBN) tentunya juga akan menurun. Apalagi sepanjang tahun ini BI sudah memangkas suku bunga sebesar 100 bps. Dengan inflasi yang rendah, 1,96% YoY di bulan Juni, pasar melihat adanya peluang BI kembali memangkas suku bunga di sisa tahun ini, belum lagi jika melihat defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang berpeluang membaik setelah necara dagang mencatat surplus di bulan Mei dan Juni.

Jika suku bunga kembali diturunkan, daya tarik investasi menjadi menurun, aliran modal ke dalam negeri berisiko seret, pasokan valas berkurang dan rupiah pun kehabisan "bensin".

Tetapi kemarin Gubernur Perry saat ditanya peluang suku bunga kembali diturunkan memberikan pernyataan berbeda. Pada RDG bulan lalu, Perry mengatakan masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga, tetapi kali ini ia menyebut tergantung dari data-data ekonomi.

"Bagaimana kebijakan suku bunga ke depan, akan kita lihat bagaimana pola pemulihan ekonomi dan dampaknya ke inflasi. Masa-masa pandemi Covid-19 kita harus sering cermati data terbaru untuk merespon suku bunga" kata perry.

Selain itu, Perry menekankan dalam kondisi saat ini pemulihan ekonomi lebih efektif melalui jalur kuantitas, yaitu bagaimana dari aspek likuiditas dan pendaan, seperti quantitative easing yang sudah dilakukan BI.

Pernyataan tersebut memberikan gambaran BI mungkin tidak akan menurunkan suku bunga lagi di tahun ini. Rupiah pun berpeluang kembali melanjutkan penguatan.

(pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular