Newsletter

Ada Kabar Baik & Buruk, Monggo Dicermati

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 July 2020 06:04
Wall Street
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz

Beralih ke kiblat pasar ekuitas global yakni Wall Street, dini hari tadi tiga indeks saham utama Negeri Paman Sam ditutup dengan penguatan. Harga-harga saham di bursa New York naik dan mencatatkan kinerja kuartalan terbaik setidaknya dalam 20 tahun terakhir. 

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 215 poin atau naik 0,8%. S&P 500 terangkat 1,5% dan Nasdaq Composite melompat paling tinggi dengan apresiasi sebesar 1,9%.

Dengan begitu Dow Jones mencatatkan kinerja kuartalan terbaik sejak kuartal I-1987 dengan penguatan mencapai 17,8%. S&P membukukan lompatan tertinggi sejak kuartal IV-1998 dengan apresiasi nyaris 20% di kuartal kedua ini. Sementara itu Nasdaq Composite melonjak 30,6% dan menjadi kinerja terbaik sejak 1999.

"Kombinasi dari 1) stimulus 2) tren positif virus, 3) pembukaan kembali perekonomian dan 4) harapan ditemukannya vaksin membuat saham-saham mengalami kenaikan di kuartal kedua" tulis Tom Essaye, pendiri The Sevens Report. 

"Memasuki kuartal ketiga hanya ada satu hal yang masih tersisa : stimulus. Ini bukan berarti kita akan melihat adanya koreksi. Namun curigalah terhadap reli yang terjadi di pasar sampai kita benar-benar punya dorongan yang mendukung saham-saham, mengingat kita sangat bergantung pada stimulus saat peruntungan sedang buruk" tambahnya.

Hari selasa menjadi hari terakhir perdagangan kuartal kedua sekaligus bulan ini. Ketiga indeks utama mencatatkan apresiasi dengan Dow Jones bertambah 1,7%, sedangkan S&P dan Nasdaq Composite masing-masing naik 1,8% dan 6%.

"Sangat susah untuk melihat pasar melanjutkan apa yang sudah dicapai selama musim panas" kata Quincy Krosby selaku chief market strategist at Prudential Financial.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pasar kemungkinan akan mengalami kenaikan volatilitas jika kasus infeksi virus corona terus meningkat serta pengembangan obat dan vaksin gagal.

Jalan menuju pemulihan ekonomi yang ditempuh Negeri Paman Sam juga tidak mudah. Hal ini disampaikan langsung oleh ketua the Fed, Jerome Powell. 

"Output dan tenaga kerja masih jauh di bawah level sebelum pandemi. Jalan ke depan untuk perekonomian sangatlah tidak pasti dan akan bergantung pada seberapa sukses kita menekan [penyebaran] virus itu sendiri" kata Powell, sebagaimana diwartakan CNBC Internationl.

"Pemulihan secara total kemungkinannya kecil hingga orang-orang percaya diri untuk kembali beraktivitas" tambahnya. "Jalan ke depan juga akan bergantung pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah di semua tingkatan untuk menyediakan kelonggaran dan bantuan selama yang dibutuhkan"

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Powell setelah terjadi lonjakan kasus terutama di beberapa negara bagian yang secara agresif melonggarkan lockdown.

(twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular