
Siapkan Parasut! IHSG Sepertinya Akan Terjun Hari Ini

Ketakutan akan merebaknya pandemi corona jilid dua juga terjadi di seluruh dunia, ini menyebabkan harga minyak mentah kembali anjlok.
Harga kontrak berjangka untuk minyak mentah WTI anjlok 8,2%, sementara minyak mentah Brent turun 7,7%. Turunnya harga minyak dunia ini akibat tingginya pasokan minyak dalam negeri AS, bahkan tertinggi dalam 3 tahun terakhir, apalagi Wall Street terpantau anjlok karena ketakutan akan munculnya gelombang kedua pandemi Covid-19.
"Peningkatan pasokan minyak mentah AS sekarang berada di level 538 juta barel, melewati pasokan tahun 2017, bahkan faktanya tertinggi sejak 1982," ujar analis dari ING melalui publikasinya.
Rebound selama 6 pekan kemarin sendiri dikarenakan pemotongan produksi oleh OPEC+ dan penutupan sumur minyak di AS.
RDG The Fed yang memprediksi pemulihan ekonomi akan lambat juga menjadi kontribusi anjloknya harga minyak mentah dunia. Akan tetapi Presiden AS Donald Trump tidak setuju dengan prediksi tersebut.
Kemarin (11/6/20) Trump berpendapat via twitter bahwa The Fed sering membuat kesalahan. Presiden Trump juga sudah melihat dan menilai data tersebut dan mengatakan bahwa AS pada kuartal ketiga akan baik-baik saja, bahkan pada kuartal keempat akan menjadi sangat baik, dan pada tahun 2021 akan menjadi tahun terbaik AS. Vaksin dan obat juga sebentar lagi akan ditemukan.
Sementara itu dari kawasan Benua Kuning, sentimen negatif juga muncul setelah Indeks Harga Produsen (PPI) di China pada bulan Mei anjlok karena rendahnya permintaan akibat pandemi corona.
PPI anjlok 3,7% dari bulan May tahun lalu, menurut data Biro Statistik Nasional China, angka ini jauh lebih tinggi daripada konsensus yang dihimpun Reuters.
PPI yang negatif ini diperkirakan akan terus muncul karena lemahnya tingkat permintaan, menurut Teck Kin Suan, kepala riset United Overseas Bank seperti dilansir dari CNBC Internasional.
Pada bulan Mei, Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 2,4% dibanding tahun lalu, angka ini juga lebih rendah dari konsensus Reuters yang memprediksi akan CPI akan naik 2,7%.
Ekonom di Capital Economics berpendapat dalam publikasinya bahwa dengan ditingkatkannya kebijakan stimulus ini akan menyokong perekonomian dan mengurangi tekanan harga pada bulan-bulan ke depan.
Sementara itu dari dalam negeri, rilis data Juru Bicara Pemerintah Khusus untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto pada Kamis lalu (11/6/20) menunjukkan bahwa terjadinya penambahan harian kasus positif virus nCov-19 yang cukup tinggi yaitu 979 pasien positif dalam sehari dengan total 35.295 pasien positif dan 2.000 korban jiwa.
Kenaikan ini sangat mengkhawatirkan mengingat akan dibukanya pusat perbelanjaan alias mal pekan depan yang akan menarik kerumunan masyarakat.
Rilis data ini tentunya akan mendatangkan ketakutan bagi para pelaku pasar akan munculnya gelombang kedua virus Covid-19. Apalagi banyak yang berpendapat bahwa gelombang pertama virus corona saja belum berhasil dilewati.
(trp)