
Siapkan Parasut! IHSG Sepertinya Akan Terjun Hari Ini

Dari bursa saham acuan global di Amerika Serikat (AS) pada perdagangan (11/6/20), ditutup anjlok tajam. Penurunan lebih dari 5% terjadi di 3 indeks besar Wall Street
Indeks Dow Jones anjlok tajam 6,90% atau turun1861 poin ke level 25.128,17. Selanjutnya S&P 500 yang juga ikut terdepresiasi 5,89% atau amblas188 poin ke level 3.002,10 sementara Nasdaq terkoreksi tajam sebesar 5,27% atau turun527,61 poin ke level 9.492,73.
Keprihatinan akan gelombang kedua penyebaran virus corona muncul setelah beberapa negara bagian AS membuka kembali ekonomi.
Sebagai dilaporkan AP, Texas mencatatkan rekor tertinggi pasien Covid-19 dalam tiga hari terakhir. Sembilan wilayah di California juga melaporkan kenaikan kasus corona dan juga jumlah pasien yang terkonfirmasi terkena virus berbahaya tersebut.
Dalam laporan riset yang dikutip CNBC International, analis makroekonomi EvercoreISI Dennis DeBusschere menilai kebijakan moneter ramah dari Federal Reserve tidak bisa mengimbangi dampak buruk gelombang kedua Covid-19.
"Dengan peningkatan kasus dan pasien baru di Texas, Arizona, dan California, investor prihatin bahwa aksi demonstrasi baru-baru ini akan menyulut gelombang infeksi, yang mengancam ekonomi yang masih rendah dan pertumbuhan laba bersih," tuturnya.
Kasus corona baru di AS meningkat menjadi 20,2486 kasus per hari dari sebelumnya 17,376. Secara total, jumlah pengidap virus corona mencapai 2 juta orang di AS dengan 116.000 korban jiwa.
Dengan naiknya kasus harian ini, para pelaku pasar memikirkan ulang apakah benar pemulihan ekonomi akan terjadi dengan cepat, apalagi setelah prediksi RDG The Fed yang menyatakan ekonomi ke depannya akan agak suram.
Saham di bidang energi, wisata, perbankan, yang kemarin berhasil reli setelah dibukanya ekonomi, hari ini anjlok tajam. Citigroup anjlok 13%, Wells Fargo turun 9,8, sementara JP Morgan tumbang 8,3%.
Sementara itu klaim pengangguran turun ke angka 1,5 juta, di bawah konsensus 1,6 juta.
"Semuanya dijual, ada ketakutan kita masih jauh dari puncak, isu yang beredar kembali ke akan merebaknya pandemi corona gelombang kedua" ujar Tim Ghriskey kepala analis investasi Inverness Counsel dilansir dari Reuters.
(trp)